"M-maaf, Bu. Ini salah Yossi. Yossi pengen naik angkot, jadi ...."

"Seterusnya, kalau kamu terlambat, kamu Ibu hukum tidak usah mengikuti pelajaran Ibu selama satu minggu," putus Bu Rika seraya mencatat di atas kertas.

"Baik, Bu," jawab Yossi pasrah.

■Flashback Off■

Tanara memutar balik otaknya, mencerna pelan-pelan cerita yang didengar dari sahabatnya.

"Jadi ... Yossi saudara tirinya Tiara?"

***

Keras kepala!

Itulah julukan untuk Yossi dari para guru. Sudah tahu sakit, disuruh pulang tidak mau. Katanya masih kuat, padahal wajah sudah pucat.

Tapi, mau bagaimana lagi? Yossi tak ingin pulang ke rumah dengan cepat. Dia ingin menghabiskan harinya di luar, sebelum malam tiba dan waktu habis hanya di dalam kamar.

Yossi menaruh tasnya di atas meja, dia hendak duduk di lantai namun, Tanara menghentikannya.

"Siapa suruh lo duduk di lantai?"

"B-biasanya, kan, aku di sini, Ra," ucap Yossi menunjuk ke lantai.

"Pantes aja lo dibilang bego. Di depan orang aja kek gini, apalagi di pelajaran," protes Tanara membuat Yossi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Duduk di sebelah gue! Sebelum gue berubah pikiran!" gertak Tanara.

Yossi ragu-ragu duduk di kursi tanpa ada guru untuk pertama kalinya. Sangat canggung, tapi nyaman kala duduk di kursi ini.

"Mumpung Levin masih di luar kelas, cepetan ngomong!" perintah Dimas yang tak sabaran.

"Okeh, gini Yos. Gue izinin lo duduk di sini kapanpun lo mau, asalkan lo jauhin Levin!" Tanara menegaskan nama Levin.

"Kenapa?"

"Pake nanya lagi. Ya karena gue suka sama Levin dan gue gak suka lo deket-deket sama dia!" ketus Tanara. Siswa mendengar suaranya justru berbisik-bisik dan memandang aneh.

"Tenang, Ra. Aku gak seiman sama Levin, jadi mana mungkin aku dekat lebih dari teman. Setelah tantangan selesai, aku janji bakal ngejauhin Levin." Yossi mengucap janji tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya.

"Janji?" Tanara mengacungkan jari kelingking.

Yossi menautkan jari kelingkingnya, "Janji!"

Sebuah senyuman lebar nampak di bibir Tanara, kini hubungan mereka berdua membaik. Entah itu si bodoh maupun pintar, jika memang hatinya baik maka hubungan apapun akan membaik.

"Oh, ya. Ada yang punya info pekerjaan?" tanya Yossi mengalihkan topik pembicaraan.

"Lo mau kerja? Bukannya Ayah lo .... kaya?" tanya Tanara heran.

Yossi terbelalak mendengar ucapan Tanara. Apakah Tanara sudah tahu?

"Udah tenang, gue tau dan rahasia lo aman," bisik Tanara tepat di telinga Yossi.

"Iya ... tapi apa salahnya kerja?" Yossi yang tidak tahu harus bagaimana ya terpaksa jujur. Toh, Tanara sudah tahu dan janji akan merahasiakannya dari orang lain.

"Kebetulan ada lowongan kerja di restoran bokap gue, lo mau kerja di sana? Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Emangnya gak apa-apa jadi pelayan?" tanya Tanara, lagi. Kali ini penuh selidik.

Yossi kembali menunjukkan senyumnya yang khas dan menjawab, "Gak apa-apa, yang penting halal."

Pelajaran terakhir telah usai. Untuk pertama kalinya, Tanara-- gadis yang dikenal judes, pembenci, tak suka bergaul dengan orang bodoh ataupun miskin, kini mengajak Yossi pulang bersama.

Yossi ingin menolak, namun niat Tanara untuk memberinya pekerjaan membuat Yossi tak bisa menolak. Sempat Yossi berpikir, apakah Tanara menjadi baik setelah mengetahui kebenarannya?

Yossi akan sangat sedih jika itu benar.

Ada rasa mual yang hadir ketika Yossi masuk ke dalam mobil. Tanara yang peka langsung memberikan minyak kayu putih untuk mencegah Yossi muntah.

"Tasya juga sering mual kalau naik mobil beginian, makanya aku sediain minyak," jelas Tanara mulai menyetir mobil sambil menikmati lagu.

"Gue ... boleh nanya?" tanya Tanara.

"Boleh."

"Apa bener, lo suka sama Kak Zio? Bukan Levin?" selidik Tanara dengan serius. Seakan rasa penasarannya sudah sangat menggebu-gebu.

"Kenapa Levin? Selama ini, aku anggap dia sebatas teman, gak lebih," jawab Yossi menghirup aroma minyak yang bersahabat dengan indra penciumannya.

"Iya, mungkin aja lo punya rasa sama Levin. Dan di lapangan tadi, lo cuma bersandiwara." Cemburu nampak jelas hanya mendengar kata-kata Tanara saja. Wajah, jutek ceria, tegar yang biasa Yossi dapati berubah sendu hari ini.

"Memangnya ... aku siapanya Levin sampai-sampai menyukainya lebih dari teman, padahal Tuhan kami berbeda?" Yossi tersenyum dengan tulus. Senyum inilah membuat orang tertentu merasa Yossi itu spesial.

"Tuhan beda, apa salahnya saling suka?" tanya Tanara lagi, lagi, dan lagi.

"Iman kami berbeda. Jadi, apa yang membuatku pantas merebutnya dari Tuhannya? Aku juga bukan Tuhan yang Levin sembah sampai-sampai mencintainya lebih dari seorang teman." Yossi menatap kaca jendela, merenungi keadaan yang berlalu begitu cepat.

Zio adalah salah satu makhluk yang berhasil membuka pintu hatinya, meskipun tanpa sengaja sehingga bayangan pemuda itu selalu ada di benak Yossi.

"Seandainya Kak Zio punya perasaan untuk aku, mungkin cintaku gak bertepuk sebelah tangan, Ra," lirih Yossi memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang lagi-lagi berniat keluar.

"Cinta kita sama, Yos. Sama-sama bertepuk sebelah tangan."

Bersambung ....

Holla, readers. Hayoo, siapa nih yang cintanya bertepuk sebelah tangan? Semoga masalahnya ceoat selesai, ya?

Jika tak berhasil, cobalah ikhlas. Jika berhasil, ya, Alhamdulillah.

Jangan lupa votement-nya, ya. Votement kalian semangat aku ....

Sampai jumpa di part selanjutnya ....

Daaaa ....

Nona Bakso

Wound In A Smile [On Going]Where stories live. Discover now