Ugly 1 - Biang Rusuh

Start from the beginning
                                    

"Tiap hari saya terus yang disuruh jaga bicara, jaga sikap, jaga semuanya. Tapi apa Ibu pernah mikirin gimana perasaan saya? Saya juga siswa Ibu, lho. Bukan cuma Aluna!"

Bu Tuti mengacak rambut yang disanggulnya dengan frustasi. Wanita itu kehabisan cara menghadapi siswi nakal seperti Scarletta. Jika orang tuanya bukan donatur tetap sekolah ini, mungkin sudah dari dulu gadis itu dikeluarkan. Atau setidaknya di skors dalam waktu yang cukup lama.

Wanita paruh baya itu kemudian meraih buku isi seratus dengan sampul berwarna hitam yang ada di depannya. "Minggu ini, sudah sepuluh kali nama kamu masuk daftar hitam. Dan rata-rata kamu bermasalah sama Aluna. Sebenarnya mau kamu apa, sih? Kasihan anak baik-baik seperti Aluna. Dia nggak salah apa-apa. Jangan menyakiti orang lemah, Scarletta!"

"Sebagai tenaga pendidik, harusnya Ibu bersikap netral. Coba sesekali lihat dari sudut pandang saya. Jangan anak emas Ibu terus yang Ibu bela!"

"Saya capek, Bu. Saya nggak sejahat itu. Hanya saja orang-orang yang memancing setan dalam tubuh saya keluar." Bola mata Scarletta memanas. Entah kenapa hatinya merasa sakit tiap diceramahi oleh Bu Tuti.

Seorang antagonis tentu memiliki alasan dalam setiap tindakannya, bukan?

"Diam kamu, jangan menasehati saya. Saya catat nama kamu di sini!" Bu Tuti menunjuk halaman yang berisikan daftar tabel dan nama-nama yang dicoret dengan tinta merah di buku tersebut.

"Silahkan, Bu. Mau Ibu telepon orang tua saya detik ini juga nggak masalah. Saya udah kebal!"

Detik setelahnya gadis itu memutar badan untuk keluar dari ruangan itu. Atmosfer dalam tubuhnya terasa panas. Bahkan napasnya pun terasa memburu. Ingin Scarletta berteriak bahwa ia juga butuh keadilan, butuh pembelaan. Tapi apa? Seolah yang dilakukannya selalu salah.

Menangis. Gadis itu menitikkan air mata. Bagaimana pun ia adalah manusia yang diciptakan dengan perasaan. Walau orang-orang mengatakan, bahwa ia tidak punya hati untuk merasakan penderitaan orang lain. Sungguh itu hanya hipotesis yang mereka lihat dengan mata terbuka saja.

Siapa yang tahu jika gadis sekeras itu sebenarnya memiliki hati yang rapuh? Ia rasa tidak ada. Bahkan tunangannya pun, menganggap kehadirannya hanya seperti sampah yang merusak dan mengganggu suasana.

Kini ia terus berlari, menjauhi ruangan yang terpisah khusus di samping kantor kepala sekolah. Sebelah tangannya sibuk menyeka air mata, takut jika ada yang melihat tanda kelemahannya.

o0~AMU~0o

"Aluna, kamu kenapa, apanya yang sakit?"

Riyu memegangi bahu Aluna. Gadis itu menyandarkan punggungnya ke arah kepala brankar UKS.

"Aku ditampar sama Letta, Yu. Sakit pipi aku. Rambutku juga dijambak," lirih Aluna mengiba.

Riyu mengeraskan gerahamnya. Buku jarinya memutih. Mulutnya berkomat-kamit melayangkan kata-kata umpatan pada gadis yang menyebabkan Aluna terbaring di brankar ini.

"Memang gimana kronologinya?" cemas Riyu.

"Tadi aku cuma ucapin selamat karena kalian udah bertunangan, dan Letta marah. Terus dorong aku sampai jatuh ke lantai, Yu." Air mata Aluna mengalir semakin deras.

"Itu cewek benar-benar nggak waras!" gerutu Riyu.

Aluna mengambil tangan Riyu dan menggenggamnya erat. "Aku nggak apa-apa, kok. Aku senang kamu masih peduli sama aku walau sekarang kalian udah tunangan. Tetap kayak gini, ya, Yu?"

Riyu menatap wajah Aluna yang basah karena air mata. Diraihnya tubuh gadis itu, dipeluknya erat. "Maafin aku. Aku yang salah terlalu cepat mengambil keputusan, dan hubungan kita yang jadi korbannya."

After Me UglyWhere stories live. Discover now