Bagian Tiga Puluh Enam

20.2K 2.2K 53
                                    

Haii..haii...
Jadi seperti yang kalian tau, aku ini berasal dari bintang 🤣🤣 dan karena hari ini adalah hari pertama kalinya aku jatuh ke planet biru ini 22 tahun yang lalu (baca: lahir tanpa persetujuanku). Aku berbaik hati mempercepat jam update nya (tepuk tangannya mana jamaah?) Wkwkwk. Double update loh ini 😜
Sekian muqoddimah yang penting nggak penting ini. Akhir kata, Enjoy manteman ❤️
Akhir kata lagi, vomment nya dong 🤣✌️

• A Y N A •

Kupikir setelah Mas Kale memutuskan untuk menyewa penginapan sendiri hidupku akan tenang karena tidak akan lagi melihat dia berkeliaran di sekitarku, yang mana hal itu akan semakin membuatku gelisah terutama setelah insiden mabuk dan tersedak di kamar mandi.

Ternyata aku salah, ia malah lebih sering keluar masuk flat Wina. Aku tau aku tidak berhak melarangnya datang kesini, toh ini memang tempat tinggal adiknya. Tapi kupikir dia tau kalau aku masih butuh space untuk menjernihkan pikiranku kembali makanya dia mengalah untuk tinggal di tempat lain.

Sejujurnya aku tidak menyangka kalau ia juga akan datang ke Dublin, terutama jika alasannya karena aku. Fakta bahwa dia sekarang ada disini saja sudah cukup membuatku mengerti mengapa Wanda masih tetap terobsesi mencemarkan namaku di media.

Kemarin  sebelum kami pergi ke Henry Street Wina sudah mengatakan segalanya padaku, tentang ia yang ternyata melihat kejadian di supermarket malam itu dan ia yang memberi tahu mas Kale tentang keberadaanku. Aku ingin marah sebenarnya, tapi tak punya cukup alasan yang kuat untuk melakukan itu semua.

Wina percaya bahwa mas Kale pasti punya alasan yang kuat mengapa ia bisa melakukan itu dan ia percaya bahwa mas Kale layak diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Aku tidak menyalahkannya, sebagai seorang adik dia pasti punya penilaian sendiri tentang kakaknya.

Aku ingat saat dia mengatakan. "Kak Ayna, tolong jangan marah sama aku. I just think that he deserves a second chance, bukan karena mas Kale saudara kandungku. Tapi karena aku percaya bahwa hubungan kalian juga layak untuk diberi kesempatan. Aku tau kak Ayna sudah dewasa dan bisa berpikir jernih, jadi tolong pertimbangkan ini ya Kak."

Sejak saat itu aku benar-benar mempertimbangkannya. Apakah benar memberikan kesempatan kedua untuk mas Kale. Atau apakah benar tetap membiarkan dia berada disekitarku dan melemahkan hatiku lagi.

Malam itu aku tau, alasan ingin berkeliling Temple Bar hanyalah strategi Wina dan Matt agar aku pulang berdua dengan mas Kale. Aku membiarkannya, toh ini cuma jalan pulang. Sepanjang jalan aku sibuk berbicara pada diriku sendiri, bahwa pria yang sekarang sedang berjalan dibelakangku hanyalah orang asing dan tidak selayaknya membuatku gugup dan tidak tenang.

But, sometimes shit always happen. Segerombolan pria bertubuh tinggi menabrakku dan membuat tubuhku oleng. Tidak seratus persen salah mereka karena aku juga andil didalamnya, sampai akhirnya aku menemukan diriku sudah berada di dalam rangkulan mas Kale. Tak bisa ku cegah hatiku yang mengembang, kupu-kupu diperutku yang beterbangan kesana-kemari, dan semua itu terasa menyakitkan. Seandainya dia tidak pernah menorehkan luka semenyakitkan itu.

Dan kata-katanya yang paling membuatku tidak bisa tidur masih saja terngiang-ngiang sampai detik ini.
"Gimana kalau aku bilang aku cinta sama kamu Ay!"
"I am totally into you Ayna, for the rest of my life."

Shit. Dia tidak seharusnya menggunakan kata-kata itu untuk menghentikan langkahku.

"Wakey wakey!" Suara Matt mengejutkanku.

Ia sudah berdiri tegak disampingku, jadi aku bisa membalasnya dengan satu tinjuan di lengannya. "Kaget tau."

Matt terkekeh. "Makanya jangan melamun. Kalau kamu kerasukan roh laut, bisa repot. Kita nggak ada yang punya bakat exorcism."

Quarter Life CriShit [TAMAT]Where stories live. Discover now