Bagian Dua Puluh Tiga

19.7K 2.5K 61
                                    

• K A L E •

Aku masih fokus memperhatikan heart rate monitor yang menampilkan persentase denyut jantungku selama latihan saat Anta masuk kedalam ruang olahragaku dengan pakaian setengah basah. Tangannya memegangi kedua sisi handuk yang menyampir di lehernya.

Ia memperhatikanku sambil menyandarkan tubuhnya di kusen pintu.

"Udah balik lo." Sapaku.

"Kalau gue belum balik terus yang berdiri disini siapa? Jin qorin?"

"Sewot amat lo Ta. Kurang sajennya?"

"Bodo amat Kal, bodo amat." Dia masuk dan duduk di sudut ruangan dekat cermin besar.

"Wina balik sama lo kan?"

"Yoi. Tenang aja, gue balikin utuh."

Aku turun dari treadmill dengan nafas yang masih sedikit tersengal. "Ngelepasin adik gue jalan sama cassanova memang kudu overthinking, Ta."

Anta melemparkan handuk basahnya dan tepat mengenai wajahku jika tak segera kutangkis. "Sialan lo. Gue brengsek juga liat-liat orang kali."

Aku terkekeh sambil menyeka wajahku yang sudah penuh keringat dengan handuk baru.

"Gue bawain bonus tuh dibawah." Katanya lagi.

"Bonus apaan?"

"Guess what."

"Bubur ayam Mas Dewo?" Jawabku berusaha menebak. Bubur ayam Mas Dewo adalah bubur langganan yang dulu biasa kami beli saat masih kuliah.

"Calon bini lo." Anta menaik-turunkan kedua alisnya.

"Ngaco."

"Terserah sih kalau lo nggak percaya."

Seketika segala lelah yang kurasakan hilang tak bersisa. Hatiku terasa ringan hanya dengan membayangkan kehadirannya di sekitarku.

"Serius? Kok bisa? Ketemu dimana?"

Anta bangkit dari duduknya kemudian berjalan pelan ke arahku. Langkahnya terlihat ragu. "Di depan Alaska. Pas gue sama Wina mau beli kopi tadi, terus nggak sengaja ketemu Ayna."

Aku mengangguk paham. "Gitu. Gue ke bawah deh."

"Kal."

Langkahku terhenti untuk menatap Anta ditempatnya berdiri. "Oit?" Ia masih diam. Raut ragu tercetak jelas di wajahnya.

"Kenapa Ta?"

"Di depan Alaska tadi gue lihat si Kenes maksa minta balik sama Ayna."

"Hah!"

"Dia narik-narik tangan Ayna Kal lo tau. Sampai Ayna kelihatan shock parah. Untung banget gue sama Wina notice dia disitu."

Dadaku bergolak. Emosi tentu saja dengan cepat naik ke kepala dan mendominasiku.

"Brengsek. Bener-bener nggak bisa dibiarin. Maunya apa sih tuh orang."

Quarter Life CriShit [TAMAT]Where stories live. Discover now