Bagian Tiga Puluh Empat

20.7K 2.4K 33
                                    

• A Y N A •

Gejolak di dalam perut yang terasa begitu menyiksa membuatku mau tak mau harus membuka mata. Aku memicing, rasanya kepalaku akan meledak sebentar lagi.
Effect after alkohol benar-benar menyebalkan.

Kududukkan diriku di tepi ranjang sambil memegangi kepala yang luar biasa pusing, memijatnya lembut berharap rasa sakitnya sedikit berkurang. Tadi malam aku bermimpi aneh—tidak, lebih tepatnya menyeramkan. Bertemu dengannya tentu bukan hal  yang aku harapkan saat ini, i think i need so many time to face him—untuk menata ulang hatiku yang cukup dibuat berserakan dan menghadapinya tanpa merasakan apapun.

Aku lihat mas Kale duduk di sini, di tepi ranjang yang saat ini sedang kududuki. Mengusap rambutku seperti biasa dia melakukannya, dan, ya Tuhan aku bahkan bermimpi dia menciumku, di sini, tepat di keningku—rasanya sama persis seperti dia menciumku di dalam mobil waktu itu.

Gejolak di dalam perutku semakin menjadi-jadi.
I need to go to bathroom now, nggak lucu kan kalau aku muntah di atas ranjang cuma gara-gara minum setengah gelas bir hitam guinness.

Dengan langkah gontai aku keluar dari kamar, tak lagi memikirkan betapa acak-acakannya penampilanku pagi ini.

"Kak Ayna baik-baik aja?" Wina langsung menatapku panik begitu melihat aku keluar dari kamar sambil menutup mulut. Kulihat ia sedang duduk bersila di atas sofa dengan laptop kuning cerah di pangkuannya.

Ku angkat sebelah tanganku yang bebas, memberinya jawaban berupa isyarat untuk menunggu. Sementara tanganku yang lain sibuk menutup mulut, berusaha menghalau cairan yang hendak menerjang keluar dari lambung.

Secepat kilat aku pergi ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutku. Betapa menyiksanya. Aku bersumpah tidak akan pernah lagi menyentuh minuman laknat itu—never again. Gejolak diperutku sudah sedikit mereda namun nyeri dikepalaku sepertinya masih ingin mengajak baku hantam.

Aku bisa merasakan tangan seseorang tiba-tiba ikut memijat tengkukku, sepertinya ingin membantu gadis menyedihkan yang tampak K.O di depan wastafel.

"Ini minum dulu." Segelas air hangat tersodor di hadapanku.

Aku menerimanya dengan tangan bergetar akibat terjangan gelombang dahsyat dari dasar perut. Sebutir aspirin juga ia berikan untukku.

"Thank you." Lalu aku meminumnya susah payah.

Air hangat yang memenuhi lambungku sedikit melegakan, kuminum lagi seteguk air yang tersisa di gelas. Tapi tunggu, rasanya ada yang tidak beres..

"Masih pengar ya Ay?"

Usapan di belakang kepala menuntunku untuk menoleh kebelakang, kemudian detik itu juga air yang nyaris melewati kerongkonganku kembali terdorong keluar melalui mulut dan hidung. Ya Tuhan, perih.

Aku terbatuk-batuk menyedihkan sementara Mas Kale dihadapanku semakin terlihat panik. Benar-benar keterlaluan kalau ini ternyata masih bagian dari mimpi sialan itu.

• K A L E •

Pagi pertamaku di Irlandia ternyata tak berjalan dengan mulus, lagi pula apa yang boleh aku harapkan, Ayna tidak menendangku dari sini saja rasanya sudah sangat terberkati.

Quarter Life CriShit [TAMAT]Where stories live. Discover now