Bagian Empat

28.5K 3K 134
                                    

-Ayna-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Ayna-

Senin pagi di tanggal merah. Aku sudah rapi dengan celana kulot putih panjang dan tartan blouse cokelat yang bagian bawahnya kumasukkan kedalam celana. mematut refleksi diriku sendiri di dalam cermin, memastikan tidak ada lipstick yang belepotan keluar dari jalur atau lembaran cabai merah yang seringkali terselip di antara sela gigi.

Ootd oke, riasan tipis no make up make up look udah oke, rambut juga udah kece badai. Aku segera memasukkan handphone, dompet, lipstick dan facemist kedalam tas. Tak lupa menyambar kunci mobil di atas nakas samping ranjang dan keluar dari kamar, menyusuri tangga kayu untuk turun ke lantai bawah.

"Mau ke mana kamu Ay? Ada interview kerja?"

Tanya Ayah yang sedang duduk santai di atas sofa begitu aku sampai di ruang tengah. Mengalihkan pandangannya dari koran dan secangkir teh di genggamannya.
Aku tersenyum kemudian mendekat ke arah Ayah.

"Pagi Yah." Ku cium pipi kirinya.

"Mau ke mana? Bukannya ini tanggal merah?" Tanya Ayah lagi.

"Ayna bukan mau interview kok."

"Terus mau kemana?"

"Ketemu temen."

Ayah memicingkan matanya curiga.
"Kamu nggak mau nemuin si Kenes itu kan?"

Aku menghela nafas pelan. Setelah kemarin ayah tau apa yang terjadi antara aku dan Kenes, dengan tegas ayah melarang aku untuk menemuinya lagi. Sepertinya Ayah yang lebih sakit hati dari pada aku sendiri yang ditolak dengan alasan nggak nemu chemistry dan masih pengangguran. Ya, ucapan terakhirnya kusimpulkan begitu.

"Enggak Yah."

"Awas kalau kamu nemuin dia lagi."
Ayah kembali memfokuskan pandangan ke koran di genggamannya.

"Ya nggak begitu dong Yah. Gimanapun Kenes itu anak baik. Masak karena kita berdua nggak bisa lanjut terus Ayna nggak boleh berteman sama dia."

Ayah masih tak bergeming. Bibirnya sudah mengerucut dan sesekali membetulkan posisi kacamata yang tersangkut di hidung bangirnya.

"Ya udah kalau gitu Ayna pamit ya Yah. Bunda mana?" Tanyaku, mengalah.

"Lagi di depan. Beli sayur."

Segera saja ku salami tangannya dan berjalan menuju teras. Ku temukan Bunda sedang memilah milih sayur dan sesekali bercengkrama dengan ibu-ibu lain yang berkumpul mengelilingi gerobak sayur Pak Mamat di pinggir jalan depan rumah Bu Tari.

Aku berjalan beberapa langkah mendekat ke arah Bunda yang kini sedang membolak-balik ikan kakap merah, memperhatikan betul-betul kondisi mata dan insang si ikan yang sekarang persis seperti sedang diotopsi.

"Bunda, Ayna berangkat ya?"
Ucapku begitu berdiri di samping Bunda.

Suasana yang tadinya ramai mendadak hening. Bisa ku rasakan semua mata sedang tertuju ke arahku saat ini.

Quarter Life CriShit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang