Married Life

31K 2.8K 170
                                    

Halooo...
Sebelumnya, aku tau kalian pasti mau marahin aku banget karena menghilangnya kelamaan 🙈
Huhuhu maapkeun diriku dan real life ku yg belakangan super duper hectic 😭
Mau cerita sedikit, kalau aku akhirnya jadi anak perantauan guys dan sebulan belakangan aku masih amat sangat berusaha menyesuaikan diri di kota orang seorang diri. Dan yang paling tidak diinginkan itu malah datang. Aku sakit beberapa hari belakangan 😭 tapi tiba-tiba kangen banget sama novelku yang ngegantung ini 😭 jadi aku bela-belain deh begadang sampai jam segini padahal besok kerja lagi 🤣🤘 ini masih mentah banget, jadi harap di maklumi 😍👍

****


Senyum Kale masih belum layu meski mereka berdua kini sudah masuk ke dalam mobil yang mulai melaju di jalan raya, membelah jalanan kota yang sedang ramai siang itu. Sementara wanita yang duduk sambil melipat kedua tangan disampingnya merasa jengah melihat tingkah Kale yang sejak tadi hanya mencuri pandang sambil tersenyum penuh arti padanya.

"Kita mau makan siang dimana, cantik?"
Tanya Kale lembut, masih dengan senyuman yang teramat manis meski menurut Ayna terlihat sangat menyebalkan.

"Terserah."

"Duh, juteknya. Udah dong ngambeknya sayang."

Kale meraih sebelah tangan Ayna dan mulai menciumi setiap jengkal kulit halus istrinya itu.
Ayna masih tak menggubris. Dia benar-benar berhasil dibuat kesal oleh suaminya hari ini. Dan tentu bukan tanpa alasan ia bersikap kekanak-kanakan seperti itu.

Ayna tidak pernah sekalipun melarang jika suaminya itu ingin datang ke kantornya, tapi mulai detik ini, wacana pelarangan itu sepertinya sudah tersusun rapih di dalam kepalanya.

Beberapa saat lalu Kale mengabari akan datang ke kantornya, seperti biasa—mengajak Ayna makan siang bersama di luar. Berada di satu kawasan perkantoran membuat Kale selalu ingin memanfaatkan kesempatan sekecil apapun itu untuk bisa bersama Ayna. Ayna tidak pernah merasa terganggu selama ini, apalagi jika Kale tiba-tiba saja sudah ada di dalam ruangannya dan seringkali membuatnya terkejut.

Tapi kejadian kali ini rasanya benar-benar sudah berlebihan, dan dia tidak bisa lagi mentolerir itu.

Ini semua karena Nessi, co-founder Carnation-sekaligus atasannya yang hari ini ketahuan membawa kabur suaminya ke coffee shop dekat lobi gedung kantornya. Kalimat 'membawa kabur' mungkin terdengar berlebihan, tapi memang seperti itulah yang Ayna rasakan saat itu. Ayna bukan tidak tau bahwa atasannya itu mulai menyimpan perasaan suka pada suaminya sejak beberapa bulan yang lalu. Instingnya sebagai seorang wanita membuatnya tidak bisa begitu saja tutup mata.

Jika selama ini ia memilih diam, itu hanya karena Nessi adalah atasannya di Carnation, dan wanita itu pun selama ini tidak pernah mengambil langkah terlalu jauh untuk memperjuangkan perasaan yang tentu tidak bisa dipertanggungjawabkan itu.

Awalnya Ayna berbesar hati menerima itu, ia berpikir bahwa rasa suka adalah hak siapa saja, selama ia tidak mengambil tindakan apa-apa, Ayna merasa baik-baik saja. Ya lagi pula siapa yang tidak akan  jatuh cinta semudah itu dengan seorang Kale Arsana Malik yang tersohor.

Tapi Kali ini Nessi sudah melewati semua batasan. Dan Ayna tidak bisa diam lagi.

Melihat Ayna yang masih saja terdiam sepanjang perjalanan, membuat Kale mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap-usap puncak kepala istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Istri Mas ini biasanya nggak ngambekan begini loh."

Ayna malah balas menatapnya tajam. "Jadi maksud kamu sekarang aku tukang ngambek, gitu?"

Bibir Kale melipat dalam, sadar ia sudah salah mengolah kata. "Bukan gitu sayang."

"Nggak tau ah. Kamu ngeselin banget hari ini."

Quarter Life CriShit [TAMAT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن