Bagian Sembilan

23.1K 3.1K 154
                                    

- KALE -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


- KALE -

Aku membawa Ayna ke alun-alun kota yang ternyata sudah ramai di sore menjelang petang ini bukan tanpa alasan, selain tempat ini yang terdekat dari rumah Ranum aku juga harus membicarakan sesuatu yang sangat penting dengan Ayna dan harus selesai hari ini juga.

Setelah berhasil menemukan tempat untuk parkir aku dan Ayna keluar.
"Ternyata rame banget Ay. Nggak papa kan?" Ayna mengangguk.

Kami berdua sudah duduk lesehan disebuah warung pecel lele yang paling dekat dengan parkiran. Kami tidak memesan makanan karena perut masih penuh dengan berbagai macam kudapan dan makanan berat di rumah Ranum tadi.
"Kamu mau makan Ay?"

"Enggak, aku minum aja."

"Wedang jahe aja dua ya Mbak. Terimakasih."

" Jadi kamu mau ngomong apa Mas?" Ucapnya setelah pelayan tadi pergi.

Aku berdeham. "Sebelumnya saya mau minta maaf banget sama kamu tapi Ay seperti yang kamu tau kalau saya nggak bisa menerima ide perjodohan ini. Kamu tau kan kalau saya sudah punya pacar."

"Terus kenapa Mas nggak bilang itu langsung di depan orang tua kita tadi."

"Nggak bisa Ay. Situasinya nggak menguntungkan buat saya."

"Memangnya situasinya menguntungkan buat aku?"
Tanyanya ketus, aku tau tentu saja. Sejak tadi Ayna jelas sedang berusaha menghindar dariku.

"Masalahnya Ay, Ayah kamu itu calon investor di perusahaan saya. Saya nggak mungkin mengecewakan beliau, tapi disisi lain saya juga nggak bisa menerima perjodohan ini."

Penjelasanku terjeda karena pesanan kami datang. Ayna tampak meniup gelas yang mengepul dihadapannya.
"Terus mau Mas gimana?"

"Saya mau minta tolong sama kamu untuk bicara sama kedua orang tua kamu karena saya nggak mungkin melakukan itu."

Ia mulai menyesap wedang jahenya. "Oke. Lagian aku juga nggak berencana untuk menerima perjodohan konyol ini."

Ayna tak menatapku dan hanya fokus dengan minumannya. Entah mengapa aku jadi lebih memperhatikannya kali ini, apa aku lupa mengatakan kalau dia terlihat berbeda hari ini? Vibes-nya dengan gamis dan kerudung seperti ini benar-benar terlihat berbeda dengan Ayna yang aku tau, dia terlihat lebih positif. Bukan berarti Ayna yang selama ini negatif, tapi bagaimana ya mengatakannya, Ayna yang sekarang ada dihadapanku ini terlihat bercahaya meski sejak tadi aku tidak melihatnya tersenyum sama sekali. Apa ini namanya sindrom ukhtyholic?

"Ay, saya nggak menyinggung perasaan kamu kan?" Ucapku setelah lama terdiam.

"Enggak."

"Saya masih merasa nggak enak sama kamu karena kejadian tadi malam."

Ia mengangkat pandangannya dan menatapku. "Bisa nggak kita sepakat untuk nggak membahas ini lagi Mas?"

"Okay, i'm sorry."

Quarter Life CriShit [TAMAT]Where stories live. Discover now