Bagian Sembilan Belas

20.5K 2.8K 42
                                    

A Y N A

Aku dan Bunda sedang duduk bersampingan di bangku besi di depan ruangan dokter Rudy untuk pemeriksaan rutin saat gawaiku berdering cukup nyaring. Membuat beberapa orang yang juga sedang duduk tak jauh dari kami menoleh. Aku mengabaikannya namun tak lama kemudian kembali berdering.

"Diangkat Ay. Berisik."

"Ini Kak Ranum kok Bun. Paling mau nanyain hasil konsultasi. Nanti biar Ayna telfon balik."

"Seenggaknya ya diangkat Ay, bilang kalau kita masih nunggu giliran."

Dalam hati aku mengiyakan lalu menggeser tombol hijau pada layar ponselku.
"Halo Kak."

"Masih di rumah sakit Ay?"

"Iya nih. Masih nunggu giliran. Ada apa Kak?"

"Mas Antamu pulang tuh. Nanti dari rumah sakit kamu kerumah kakak ya, dia nanyain kamu terus."

"Beneran?!"

Ternyata suaraku cukup meninggi sampai Bunda menepuk pahaku. "Beneran kak?" Ulangku lagi sedikit berbisik.

"Bener. Pokoknya nanti kamu kesini ya."

Suara seorang perawat di depan pintu dokter Rudy memanggil nama Bunda.

"Oke. Udah dulu ya Kak. Nama Bunda udah dipanggil."
Lalu panggilan berakhir.

***

Suara klakson dari mobil dibelakang mengejutkanku yang ternyata asik melamun sejak tadi, lampu di depan sudah berubah warna hijau, membuat beberapa mobil lain berjubal dibelakang mobilku.

Buru-buru aku menarik pedal gas dan melaju sebelum pengendara lain semakin kesal. Ingatanku lagi-lagi melayang—kembali ke ruangan dokter Rudy.

Setelah serangkaian pemeriksaan, aku dan bunda duduk menghadap dokter Rudy yang sedang fokus membaca hasil elektrokardiogram kemudian beralih pada foto rontgen dada dan hasil pemeriksaan darah bunda.

Kerut di dahinya tercetak jelas, beberapa kali ia menghembuskan nafas agak berat. Jantungku dag dig dug menunggu penjelasannya. Ia berdeham cukup dalam.

"Apa ada masalah dok?" Tanyaku tak sabar.

Beliau memandangku dan bunda bergantian. "Ini nggak baik. An, aku mohon sama kamu sebagai seorang teman, please jangan keras kepala lagi. Kamu harus segera dioperasi."

"T-tapi kenapa dok? Apa keadaan Bunda semakin memburuk?"

Ia mengangguk ragu. "Waktu itu kita belum bisa mengidentifikasi penyebab katup aorta nya tidak bisa membuka dan menutup secara sempurna karena tanpa gejala. Tapi dari hasil rekam jantung ini gejalanya sudah teridentifikasi, endokarditis infektif.
Semacam infeksi dalam lapisan pembuluh darah dan jantung, dan ini bahaya."

Kata bunda, Dokter Rudy adalah salah satu teman bunda sejak SMU, kemudian mereka masuk ke perguruan tinggi yang sama meski berbeda fakultas. Dokter Rudy adalah sosok jenius yang selalu menerapkan ilmu padi, beliau sangat humoris dan aku sangat menghormati kecerdasan dan dedikasinya dalam dunia kesehatan.

Quarter Life CriShit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang