MBN 31

4.6K 362 3
                                    

Siang ini langit tampak mendung, ramalan cuaca menyebutkan kalau hujan akan kembali mengguyur kota. Kondisi ini disyukuri oleh sebagian besar murid-murid di kelas 11 IPA D. Alasannya sederhana, karena mendung, mereka jadi tak perlu menghadapi panas matahari saat jam olahraga. Ya, hari ini, jam terakhir kelas Zoeya adalah mata pelajaran olahraga.

Alkana dan Zoeya tampak tengah duduk di bangku pinggir lapangan, memperhatikan anak lelaki yang sedang bermain bola sambil menunggu giliran untuk mereka melakukan hal serupa. Ya, setelah materi tentang sepak bola diberikan minggu lalu, minggu ini sang guru olahraga memutuskan untuk melaksanakan prakteknya.

"Kenapa nggak pakai bola plastik aja, sih, kayak anak SD? Bola yang begitu berat kalau ditendang," keluh Alkana dengan mata yang mengikuti pergerakan bola.

"Sekolah kan punya bola yang beneran, Na, ya dipergunain lah," balas Zoeya yang juga tengah melakukan hal yang sama.

Alkana hanya memanyunkan bibirnya, meratapi nasib kakinya kalau harus menendang benda bulat yang orang-orang perebutkan di lapangan. Uh, apa mungkin dia akan kuat?

Suara peluit terdengar, disusul oleh teriakan guru olahraga yang menyatakan kalau permainan telah usai. Para siswa lelaki yang mendapati itu mulai saling berkerumun, saling melakukan salam yang entah untuk apa manfaatnya. Serentak mereka berjalan menuju pinggir lapangan, mengistirahatkan tubuh mereka yang baru saja mengeluarkan banyak tenaga.

Peluit kembali ditiup, guru itu melambai pada siswa perempuan, menyuruh mereka untuk mendekat dan segera melaksanakan permainan. Sebagian besar dari perempuan tampak malas, mereka tak suka kalau disuruh olahraga dan berakhir berkeringat. Itu terasa sangat tak nyaman. Zoeya juga termasuk pada golongan itu, dia tak suka olahraga, terlebih dia tak bisa melakukan sepak bola. Tapi demi nilainya, gadis itu akan tetap melakukannya.

"Seperti yang sudah kalian lihat dari para lelaki, coba lakukan hal sama di lapangan. Kalau kalian mempelajari materinya, setidaknya kalian akan bisa gerakan dasarnya!" jelas guru olahraga yang hanya mendapat balasan suara malas dari para muridnya.

Guru itu kembali meniup peluitnya, membuat para siswa perempuan segera menuju lapangan. Melakukan apa yang diperintahkan.

Zoeya mendapat posisi sebagai penyerang, entah apa yang membuat dirinya menyandang posisi itu, rekan timnya memang tak bisa diandalkan dalam memposisikan orang dengan sesuai. Menurutnya Alkana lebih enak, karena nyatanya dia malah kebagian menjadi penjaga gawang yang Zoeya pikir bisa bermain santai. Bahkan bisa sambil jongkok dan makan Chiki.

Permainan sudah terjadi, dengan kakinya Zoeya berlari kesana sini, mengejar bola yang sedang dikuasai oleh tim lawan. Baru saja beberapa menit, rasa lelah sudah menghampiri gadis itu. Namun sekali lagi, demi nilai dia akan tetap melakukannya.

Dapat, Zoeya sekarang berhasil mendapatkan bola yang dioperkan rekan timnya. Gadis itu membawa bola berbalik, berlari menuju wilayah lawan dengan berani. Oh, sekarang dia merasa sangat percaya diri. Sempat terlintas pikiran kalau dia mungkin berbakat soal ini, namun rasa percaya dirinya itu sedikit lenyap saat di kanan kirinya malah ada yang berlari. Sial, itu adalah orang-orang dari tim lawan.

"Biarin gue masukin bola," ucap Zoeya yang malah mengajak mereka berbicara.

Namun dua orang itu tampak serius, mereka tak memperdulikan Zoeya dan fokus pada pertandingan. Orang di samping kanan Zoeya tersenyum, dia melihat peluang untuk merebut bola sekarang. Dia mulai ancang-ancang, mengayunkan kakinya untuk menendang bola pada rekannya di depan sana. Senyumnya makin lebar, uh, dia pasti berhasil.

Bruuk

Semuanya berhenti, peluit kembali ditiup saat kejadian tak terduga terjadi. Zoeya sekarang tersungkur di lapangan saat kakinya menabrak kaki lain. Padahal niatnya ingin menendang bola dengan kuat, namun dia malah menabrak kaki teman sekelasnya dan berakhir tersungkur dengan denyut nyeri di pergelangan kaki.

My Bad Neighbor (END)Where stories live. Discover now