Celin menggeleng, entah kenapa hatinya sakit mendengar Dikta kembali menghinanya. "Aku dipaksa Leon, aku dipaksa manfaatin kamu sama Avelon. Aku juga nggak sayang sama Aji, aku sayangnya sama kamu," ungkap Celin masih berharap Dikta mau menerimanya.

Dikta mendengus, dia tampak jengah dengan Celin yang terus merusuhi hidupnya. Kalau sudah mantan, artinya sudah selesai, kan? Lalu kenapa gadis di sampingnya ini tidak mengerti?

"Lo pulang sebelum gue kehilangan kesabaran, dan lukain lo tanpa mau lihat kalau lo seorang perempuan," papar Dikta berusaha membuat Celin untuk mengerti.

Kali ini Celin memegang lengan atas Dikta, masih tak kapok dengan penolakan lelaki itu beberapa saat lalu. "Aku tahu kamu masih cinta sama aku, aku tahu kalau hubungan kita masih bisa diperbaiki," ucapnya.

Dikta menghela napasnya, keras kepala! Mantan pacarnya ini sangat keras kepala. "Lo!" panggil Dikta yang sekarang menyorot Zoeya.

Zoeya yang sadar kalau dirinya yang dipanggil kemudian berkata, "Apa?"

"Kesini dan bawa teman lo ini pergi dari pandangan gue. Gue bukannya luluh tapi jijik lihat kelakuannya!" jelas Dikta tak berperasaan.

Zoeya mendekat, kembali berjalan dan berdiri di hadapan Dikta dengan jarak cukup jauh. "Gue tanya satu hal boleh, nggak?" tanya gadis itu.

Dikta menaikan satu alisnya. "Gue minta lo ke sini bukan buat kuis. Bawa teman lo pergi, gue nggak suka lihat dia di sini," balasnya.

"Lo cinta sama Celin?" Nyatanya Zoeya tak memperdulikan kalimat Dikta, perempuan itu malah betulan melemparkan pertanyaan pada tetangganya.

"Nggak!" balas Dikta tegas.

"Ngomongnya yang lebih meyakinkan, dari hati!" perintah Zoeya.

"Gue nggak cinta sama cewek rendahan yang mau mohon-mohon minta balikan padahal udah punya pacar." Kalimat itu membuat Celin berkaca-kaca, ah, bertemu Dikta ternyata malah membuat hatinya semakin sakit saja. Tapi, dia sangat ingin menemui lelaki itu tadi.

Tanpa diduga Zoeya menganggukan kepala, gadis itu kini melangkah, mendekat pada Celin dan meraih tangannya. Menggenggamnya kemudian mengajak gadis itu pergi. "Lo udah dengar sendiri, kan, kalau Leon nggak mau lagi sama lo? Berusaha boleh, berjuang boleh, tapi sebagai perempuan lo jangan rendahkan diri sendiri. Apalagi buat orang kayak Leon. Di luar sana masih banyak laki-laki lain yang jauh lebih baik dari pada Leon," nasehatnya.

Celin tak membalas, gadis yang sudah mengeluarkan air mata itu hanya bisa tertunduk merasakan sakit yang kian membesar pada hatinya. Zoeya kini menarik tangan Celin, berusaha membawa gadis itu pergi seperti yang Dikta mau. Celin juga sudah menurut, dia mau diajak meninggalkan Dikta. Namun semuanya tak terjadi, acara meninggalkan Dikta gagal karena lelaki itu sendiri yang menahan lengan atas Zoeya dan menekannya kuat. Zoeya heran, kenapa bisa Dikta sangat gemar menarik lengannya saat dia ada di atas motor.

"Apa maksud lo orang kayak gue?" tanya Dikta menekan tiga kata terakhirnya.

Zoeya meringis, bisa-bisanya Dikta menekan lengannya kuat seperti ini. Pemuda itu jelas tak punya perasaan. Zoeya kini melepas genggamannya pada Celin, lalu berbalik dan menghadap Dikta. "Tuhan berkahi lo fungsi otak, lo bisa merenungi itu di dalam kamar nanti. Maaf kalau gue menyinggung lo. Sekarang, bisa lepas tangan lo dan biarin gue pergi?"

Meski dengan gerakan kasar, Dikta melepas tangannya dari Zoeya, membuat Zoeya diam-diam bersyukur dalam hati. Hey, sebenarnya jantungnya berdetak kencang tadi, takut kalau Dikta tersinggung dan berakhir marah besar. Sudah dibilang, kan, gadis itu kapok membuat Dikta murka.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Zoeya berbalik, kembali menarik Celin dan membawanya pergi. Kali ini gerakannya lebih cepat dari tadi, karena sesungguhnya dia tak mau melihat respon Dikta lagi. Hey, sekali lagi, dia... takut.

Sedangkan Dikta yang melihat Zoeya buru-buru hanya tersenyum miring, oh, rupanya dia sudah paham bahaya apa yang mengancamnya kalau berurusan dengan dirinya. Dikta kini memutar kuncinya, menyalakan mesin motornya, lalu melajukan kuda besi itu memasuki rumahnya.

----🛹🛹🛹----

Makin ke sini makin membosankan nggak, sih? Maaf, loh, yah. Huhuhu.
Alurnya lambat, ya? Udah part 30 tapi masih gini-gini aja. Hum, maklum deh yah aku bikin MBN tanpa mikir sama sekali, karena sebenarnya ini cerita selingan karena aku kehabisan ide buat ceritaku yang aku seriusin.
Tapi tenang, aku selalu usaha yang terbaik buat bisa selesaiin MBN dengan sempurna.
Kritik, saran, vote, dan komentar selalu nantikan loh, miskah-!

20.07.2021

----TBC----

My Bad Neighbor (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang