Malam hari sekitar pukul 11 malam, Dikta baru saja melajukan motornya untuk pulang. Setelah puas mengajari Celin bermain sketboard hingga tiga jam lamanya, pemuda itu akhirnya memulangkan pacarnya ke rumahnya. Dirinya langsung berniat untuk pulang, hingga ia jadi tak menyempatkan diri untuk mampir ke markas Stark dan merayakan kemenangan mereka. Tapi tak apa-apa, untuk urusan mampir ke markas, besok juga masih sempat ia lakukan.

Dirinya kini membelokan motornya memasuki area perkomplekan, terus melaju dengan kencang tanpa berpikir soal keselamatan. Lagipula, jalanan komplek di jam-jam seperti ini sangat sepi, membuat Dikta jadi merasa raja di sini. Pria itu menyipitkan matanya saat di depan sana ia seperti melihat gerombolan orang dengan motor yang berjajar menghalangi jalan. Pria itu memelankan laju motornya, hingga akhirnya berhenti karena jalanan memang tak bisa ia lewati.

Dikta memperhatikan mereka yang tampak tak asing di matanya. Sepersekian detik kemudian, dia akhirnya menyadari kalau itu adalah gerombolan anggota Stark. Tapi sedang apa mereka menutup jalanan seperti ini?

Dikta mematikan mesin motornya, kemudian menstandarkan kuda besinya itu, lalu tangannya bergerak untuk melepas helm yang dikenakannya.

Pergerakannya itu tak lepas dari tatapan orang-orang Stark, membuat Dikta merasa ada yang aneh sekarang. Baru saja dia akan membuka mulut, Karei, Darma, Louis, dan Kaisar muncul dari sisi kanannya.

"Baru pulang lo... pengkhianat?"

Dikta mengerjap, Karei berkata seperti itu seraya menatap tajam padanya, seolah pertanyaan itu diberikan untuknya. Tapi tidak mungkin, kan? Dia bukan pengkhianat.

"Bang, lo--"

"Nggak sangka gue, Yon, lo bisa setega itu sama Stark."

Dikta tak melanjutkan perkataannya saat tiba-tiba Velo dan Angkasa datang dari sisi kirinya dan langsung menyela perkataan Dikta. Dikta menelan ludahnya, suasana di sini semakin mencekam. Sorot tajam anak-anak Stark kini terarah padanya, seolah memberi tahu kalau ia adalah musuh mereka.

Dikta kini turun dari motornya, berjalan pelan menghampiri anggota inti dengan wajah herannya. "Maksud kalian apa? Kenapa bisa gue jadi pengkhianat?" tanyanya.

Darma tiba-tiba menyunggingkan senyum miringnya, pemuda yang tengah bersedekap dada itu menyorot Dikta marah.

"Lo nggak bisa nyangkal apapun, Yon, semuanya udah terbukti. Lo terbukti seorang pengkhianat!" Louis ikut ambil suara. Sama seperti yang lainnya, pria bule itu juga menyorot Dikta marah.

"Bang, kalian tau itu dari siapa? Gue nggak mungkin khianatin Stark.  Kalian salah," sangkal Dikta seberusaha mungkin untuk terlihat menyakinkan. Pria itu kini berbalik, melihat Velo dan Angkasa, kemudian melanjutkan, "Vel, Sa, kalian tau gue, kan? Gue nggak mungkin berkhianat, kan? Lo berdua pasti percaya gue."

Angkasa menggeleng lemah, tatapannya tampak kecewa sekarang. "Semuanya udah jelas, Yon, lo bukan lagi bagian dari kami," ucapnya.

Dikta berdecak, perasannya mulai tak karuan sekarang. Dia tak mengerti kenapa bisa dirinya dicap pengkhianat? Di setiap pertarungan, dia selalu berusaha mati-matian untuk bisa membuat Stark menang, tapi, kenapa bisa jadi seperti ini?

Dikta kembali berbalik, menyorot para Inti yang masih belum juga melunak. "Gue ketusuk waktu itu, bukannya itu jelas buktiin kalau gue bagian dari kalian? Kalau gue bersekutu sama Avelon, anggota Avelon nggak mungkin berani nusuk gue. Bang, percaya sama gue, informasi yang kalian dapat itu salah," jelas Dikta.

Karei menaikan satu alisnya. "Salah? Lo mau bilang kalau Ages salah? Biar gue perjelas, di pertarungan kali ini, masing-masing pemimpin pasukan dikasih formasi dan strategi yang beda-beda. Tapi selain gue, Ages, sama Alan, kalian nggak sadar itu. Louis sama Kaisar dapat informasi strategi beda, Kaisar sama Darma juga beda, lo sama Louis beda, lo sama pemimpin pasukan lain juga beda. Ages siapin satu strategi buat satu pasukan, dan kenyataannya, yang diketahui Avelon adalah strategi yang Ages siapin buat pasukan lo. Artinya jelas, lo bocorin strategi kita ke Avelon. Lo pengkhianat Leon. Sampah yang nggak pantas ada di Stark!" jelas Karei panjang.

Dikta yang menyimak penjelasan itu semakin tak mengerti, dia bingung dengan perkataan yang keluar dari mulut Karei. Dia membocorkan strategi? Hey, kenal dengan satu anggota Avelon pun dia tidak. Dikta yakin, pasti ada kesalahan di sini. Dia tidak pernah berkhianat dan tidak pernah ada sedikitpun niat untuk melakukan hal rendahan seperti itu.

"Anggota, bisa aja, kan, anggota pasukan gue yang berkhianat? Mereka juga dikasih strategi yang sama kayak gue," papar Dikta.

Kaisar maju ke depan, mendekat ke arah Dikta dan memegang bahu pemuda itu. Sedetik kemudian, Kaisar mendorongnya ke bawah, membuat Dikta terduduk di jalanan.

Kaisar merunduk, wajahnya ia dekatkan ke arah wajah Dikta yang menengadah. "Anggota? Lo nggak ingat kalau anggota biasa hanya dapat perintah buat tarung di bawah instruksi pemimpin? Mereka nggak dapat bocoran strategi selengkap pemimpin, Leon. Percuma lo sangkal kayak gimanapun, karena lo udah jelas seorang pengkhianat!" ucapnya tajam.

Dikta merasa terfitnah, ada hal aneh menyakitkan yang terasa di dadanya, sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Baru saja Dikta akan menyangkal, itu tak jadi dilakukan karena saat ia membuka mulut, Kaisar malah menjejalkan mulutnya dengan sepatu yang ia pakai.

"Lo nggak diijinin buat buka mulut!" desis Kaisar seraya mendorong kakinya yang ada di mulut Dikta, membuat Dikta terdorong dan menabrak motornya.

Kedua tangan Dikta memegang sepatu Kaisar, berusaha menyingkirkan benda kotor itu dari mulutnya. Meskipun yang masuk hanya ujungnya saja, tetap saja itu menjijikan, dan yang lebih penting, itu memalukan. Namun tetap saja, sekuat tenaga Dikta menyingkirkan kaki Kaisar, kekuatan Kaisar jelas lebih besar darinya. Kaisar kini tersenyum miring, dengan kasar dia menyingkirkan kakinya, membuat Dikta langsung meludah ke samping.

Tidak, Dikta belum lolos saat ini, dengan kedua tangannya, Kaisar meraih kerah Dikta, mengangkat pemuda itu hingga berdiri dan langsung melemparnya ke samping, ke arah gerombolan anggota Stark yang sudah menanti bagian.

"Matiin dia!"

----🛹🛹🛹----

Duarr-!!! Menurut kalian gimana, ya, nasib Dikta? Dia nggak mungkin menang kalau lawan anggota inti Strak. Huhuhu, kasihan anakku. Tapi nggak apa-apa, deh, sekali-kali Dikta itu harus dikasih pelajaran. Tapi, kenapa, ya, Dikta bisa dicap pengkhianat? Siapa orang kurang kerjaan yang udah manfaatin Dikta? Ayo sini main tebak-tebakan. Hwhwhwhwhw.
Kritik, saran, vote, dan komentar selalu aku nantikan miskah-!

18.07.2021

----TBC----

My Bad Neighbor (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें