Zoeya kini beralih pada aplikasi WhatsApp, mencari kontak Dikta dan mengetik pesan untuk lelaki itu.

Pulang! Nyokap lo nungguin di luar!

Begitulah isi pesan yang ia ketik dengan setengah hati. Setelah mengirimkan itu pada Dikta, Zoeya segera keluar dari kamarnya. Niatnya adalah menuju ruang tamu di mana Tante Indri sedang menunggunya guna mendapat kabar dari Dikta.

Zoeya menuruni satu persatu anak tangga, kemudian berjalan melewati ruang keluarga yang berisi ayahnya guna sampai di ruang tamu.

Begitu sampai di tujuannya, dia bisa melihat Tante Indri yang duduk di sofa ditemani dengan ibunya yang sedang memangku adik kecilnya yang tengah tertidur.

"Dikta nggak apa-apa Tante. Dia angkat telepon aku. Aku udah suruh dia pulang, tapi jangan berharap. Dia kayaknya lagi sama teman-temannya," ucap Zoeya diakhiri dengan senyum kecil khasnya.

Tante Indri membuang napasnya lega, setidaknya dia tahu anak semata wayangnya itu sehat-sehat saja. "Anak itu giliran kamu yang telepon dia angkat. Tapi syukur kalau Dikta nggak kenapa-kenapa, makasih, yah, Zoya. Maaf, loh, Tante ngerepotin kamu terus," balasnya.

Zoeya mengangguk kecil. "Iya, Tan, nggak apa-apa. Tante nggak usah tunggu Dikta di luar lagi, dia pasti langsung masuk kalau udah pulang," ujarnya.

Tante Indri mengangguk, ibu rumah tangga itu kemudian berdiri dari duduknya. "Bu Jessy maaf, ya, saya ganggu waktu keluarganya," ucapnya dengan nada sopan pada ibu Zoeya yang juga sudah berdiri.

Bu Jessy tersenyum ramah, wanita itu juga menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa kok, Bu, malah saya senang ada yang bertamu ke rumah," ungkapnya.

Setelahnya Tante Indri pamit untuk kembali ke rumahnya sendiri yang berada di seberang kediaman keluarga Zoeya. Tentunya Zoeya dan Ibunya mengantar wanita itu hingga depan rumah.

"Diktanya lagi di mana, sayang?"

Seraya melangkah menuju ruang keluarga, Bu Jessy melontarkan pertanyaannya pada anak pertamanya itu.

"Kayaknya club, deh, Bun, berisik banget soalnya," jawab Zoeya seadanya. Ia bisa menjawab itu karena memang ia merasa Dikta berada di sana. Terdengar dari musik yang diputar dan suara Dikta yang terdengar lemah.

"Anak itu, ibunya khawatir di rumah, eh, anaknya malah di tempat kayak gitu," balas Bu Jessy. "Kamu jangan sampai ikut-ikutan."

Zoeya menggerakan mulutnya ke samping. Ayolah, mana mungkin dia mau berperilaku seperti Dikta. Membayangkannya saja dia sudah tak suka duluan.

"Nggak mungkin lah, Bun," kata Zoeya  seraya mendudukan dirinya di kursi tepat di sebelah ayahnya yang sedang menonton program berita malam.

"Kenapa Bu Indri, sayang?" tanya ayahnya tanpa menoleh pada Zoeya sama sekali. Pria berumur itu malah fokus dengan tontonannya.

"Biasa, Yah, nanyain Dikta," jawab Zoeya seraya melirik sekilas sosok Ayahnya.

Ayah Zoeya hanya mengangguk saja dalam menanggapinya.

"Tumbenan Ayah ada di rumah dari pagi tadi," ucap Zoeya kembali membuka suara.

Tak salah gadis itu melontarkan perkataan semacam itu, karena memang biasanya Sang Ayah juga Sang Ibu tak pernah diam seharian di rumah. Mereka berdua paling awal datang ke rumah sewaktu magrib, dan untuk hari ini keduanya tiba-tiba ada di rumah sejak pagi, membuat Zoeya bertanya-tanya.

Hal yang membuat kedua orang tua Zoeya jarang di rumah tak lain adalah pekerjaan. Ya, apalagi kalau bukan itu? Mereka adalah Presdir juga Wakil Presdir dari salah satu perusahaan pesawat terbang termaju dunia cabang Asia. Kaya? Oh, tentu saja, kekayaan mereka bahkan sempat disinggung oleh berita gossip para publik figur.

"Ayah sama Bunda kamu milih pulang dulu buat hari ini. Sengaja buat ketemu kamu sama Orion sebelum kami terbang ke Inggris. Kantor pusat manggil kami, sayang," jawab Ayah Zoeya santai.

Zoeya hanya mangut-mangut, ia tak kaget atau mengeluarkan ekspresi yang berlebihan. Itu terjadi karena memang dirinya sudah sering menghadapi kejadian serupa. Bunda dan Ayahnya memang selalu terbang jauh ke negara lain untuk urusan pekerjaan mereka. Tapi tentu saja Zoeya tak mempermasalahnya, karena meski begitu, ia tetap mendapat kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya.

"Udah malam, tidur sana, sayang. Ayah juga mau istirahat. Bunda kamu malah udah istirahat duluan," ucap Ayah Zoeya seraya mematikan televisi yang ditontonnya. Kebetulan program berita sudah selesai tayang, berubah menjadi film action luar negeri yang membuat Ayah Zoeya tak tertarik menontonnya.

"Yaudah, Yah, aku tidur dulu," papar Zoeya seraya bangkit dari duduknya. Melangkah menaiki tangga guna menuju kamarnya sendiri.

----🛹🛹🛹----

Bayangkan betapa kayanya Zoeya! Keuanganku menangis melihat ini :'). Tapi nggak apa-apa, deh, toh Zoeya itu anakku.
Kritik, saran, vote, sama coment selalu aku nantikan loh, miskah-!

15.07.2021

----TBC----

My Bad Neighbor (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang