"Dia bahkan memperkosaku semalaman"
Pria Jung tertawa lebar.
"Sudah hal biasa baginya meniduri setiap wanita atau pria Omega. Tapi yang ku tahu, Jin tidak pernah meniduri orang yang sama. Apalagi sampai memperlakukannya dengan spesial. Sepertimu"
Dahi V berkerut dalam. Ia menelan pancake strawberry-nya buru buru sebelum kembali bertanya,
"Spesial? Spesial dari mana?"
"Kau masih di ijinkan untuk tidur nyaman saat ia bekerja. Dia bahkan memintaku secara langsung untuk merawatmu. Sebuah hal yang tidak pernah ia lakukan sekalipun bahkan dengan pelacur kelas kakap dari Dubai."
Pemuda asal Korea tercenung. Ia meletakkan garpu yang ia pegang dan memilih berfokus pada ucapan pria baik yang satu ini.
"Dengar, pelacur Dubai itu sangatlah cantik. Tubuhnya begitu molek. Bahkan sesiapapun yang memandang di buat iri olehnya. Tapi sayang, Jin hanya memakainya sekali. Setelah itu, melemparnya pada anak buahnya. Seperti barang bekas lainnya"
"A-apa?!"
Manik V melebar.
"Ayolah, hal itu hal biasa yang sangat biasa terjadi dalam kehidupan para mafia. Jin akan membagi apapun yang perlu di bagi. Sekalipun itu jalang beharga, menurut yang lain"
"J-jadi, semua anak buahnya menggilir wanita malang itu? Memakainya bergantian? Termasuk pria dengan lesung pipi yang bersamamu semalam?"
Hoseok terkekeh melihat reaksi berlebihan dari V.
"Tentu saja. Bukankah sudah sepantasnya mereka di perlakukan demikian?" terang si Jung enteng. Ia bahkan sempat menikmati cocktail yang ada di trolley.
"K-kau tidak marah? Maksudku, setahuku kau cukup dekat pada pria yang selalu bersama Tuan Jin"
"Untuk apa? Mereka hanya jalang. Kekasihku dan alpha lainnya memakainya sebatas pelampiasan nafsu saja. Tak lebih dari itu. Jadi, tak ada alasan khusus bagiku untuk marah. Bukankah itu bonus untuknya? Anggap saja begitu. Toh Jin langsung yang memerintahkan"
V menggeleng heran. Ia di buat menganga dengan pengakuan mencengangkan oleh Hoseok.
"Kau pun harus mempersiapkan diri dari sekarang. Sepertinya Jin menyukaimu. Jadi siapkan dirimu untuk merelakannya jika ia bermain main dengan para jalang. Hahaha"
Sakit.
Ntah mengapa hati kecilnya serasa di cubut mendengar penuturan tersebut. Seperti tak rela namun ia tak lebih dari seorang budak. Jujur saja, Perangai lembut Jin pagi ini cukup membuat hatinya berdesir. Apalagi Alpha tampan itu secara langsung memerintahkan salah satu orang kepercayaannya untuk merawatnya. Ada rasa percaya diri berlebihan untuk hal yang satu ini.
Mungkinkah ia benar benar menyukaiku?
"Segeralah mandi, manis. Berendamlah dengan air hangat. Jin akan kembali saat makan siang tiba. Kau harus menyambutnya, okay? Jangan buat dia kecewa"
Setelah berucap demikian, pria Jung bergegas dan mengambil sesuatu dari bawah trolley untuk ia letakkan ke atas ranjang.
"Pakailah ini. Jin sendiri yang menyiapkan setelan ini untukmu. Ia berharap, kau menyukainya"
V menengok sejenak setelan baju yang tergeletak di depannya. Terlihat mahal dengan brand tag yang masih menggantung.
Dia menyiapkannya untukku? Seorang Jin? Ya ampun, rasa apa ini?
Omega manis itu memegangi dadanya rapat rapat saat tiba di dalam kamar mandi. Entah mengapa jantungnya berdegup jauh lebih kencang saat mendapati hal baik tersebut. Terlebih lagi, ada rasa bahagia terselip di dalamnya. Sejenak lupa dengan perlakuan tak manusiawi yang ia terima semalam.
.
V telah selesai membersihkan tubuh. Ia pun terlihat manis dan memukau dengan setelan baru yang di terimanya pagi ini. Kini ia sedang berkeliling kamar mencari celah baginya untuk meloloskan diri. Tentu tak mungkin untuknya untuk terus berdiam diri tanpa berbuat sesuatu. Jika pun ada kesempatan untuk menyelamatkan diri, ia akan melakukannya. Tanpa peduli dengan kebaikan yang ia terima sebelumnya.
"Ah, kaca ini bisa dibuka!" serunya senang saat berhasil menggeser kaca kamar. Ia pun memutuskan untuk keluar menuju balkon untuk menghirup udara segar.
Manik yang sebelumnya berbinar kini kembali terlihat redup saat mendapati banyak pengawal yang berjaga. Mereka berjejer rapi hingga ke pintu bagian belakang.
Putus harapan sudah niatnya untuk kabur. Penjagaan terlalu ketat di setiap titik. Belum lagi tubuh mereka sangat besar. Akan mudah bagi para penjaga untuk menangkapnya dengan sekali tangkap.
Di tengah rasa gelisah, sayup sayup terdengar kumpulan suara penuh semangat mengisi gendang telinganya. Seperti latihan berkelompok yang di koordinir oleh salah seorang. Hentakan suaranya terdengar begitu bersemangat dan menggelegar.
V semakin hilang nyali. Ia benar benar telah terjebak dalam kandang singa saat ini. Ia pun menekuk lututnya di tepi balkon seraya menangis. Tak ada celah sedikitpun baginya untuk kembali ke Korea.
"Appa, eomma, aku takut. Aku ingin pulang"
Air mata kembali membasahi pipi. Namun tak lama kemudian, getaran pada ponsel di saku membuatnya tersadar.
Ya, ponsel.
Dengan telepon genggam yang masih ia simpan rapi, ia bisa menghubungi seseorang. Siapapun itu untuk meminta bantuan.
Benar.
Maniknya berbinar saat ia mengecek isi ponsel. Berharap akan ada pesan ataupun panggilan seseorang yang tetiba mencarinya.
"Bukan. Bukan. Aaaarrgghh!" umpatnya kesal ketika apa yang ia harapkan tak sesuai
dengan apa yang ia lihat. Hanya kumpulan pesan yang mengatakan jika nomor pribadinya berada dalam luar jangkauan. Ia di wajibkan untuk melakukan roaming jika ingin melakukan panggilan keluar.
V pun bergegas untuk mengecek sisa pulsa yang tersedia.
Kosong.
Ia begitu jarang mengisi uang elektronik ke dalam ponselnya. Kini ia menyesali perbuatan sepele tersebut. Omega manis itu melempar ponselnya kesal ke atas lantai dan kembali menangis.
Ia merasa hidupnya sungguh sial.
"Aku ingin mati saja. Aku ingin mati" pekiknya seraya memeluk kedua lutut. Cukup lama baginya untuk meratapi nasibnya saat ini. Hingga sebuah ide lain kembali melintas.
"Bukankah ada telepon rumah?! Ayo coba, V! Cepat!" monolognya pada diri sendiri yang kemudian bergegas kembali masuk ke dalam kamar.
Ia mencari cari dimana letak telepon kamar berada.
Gotcha!
Tertata rapi di atas nakas dekat ranjang.
V pun berlari mendekai benda tersebut dan menekan nomor telepon yang ia ingat di luar kepala.
Nomor telepon rumah.
"Berapa kode negara Korea? Ah, kenapa aku bodoh sekali?!"
Jemarinya menekan tombol angka asal untuk melakukan panggilan ke negaranya. Berharap besar jika sambungan interlokal ini dapat tersambung.
'Kamu tidak dapat melakukan panggilan ini'
Pucat.
Omega manis itu total pucat pasi mendengar kalimat tersebut. Ia menjatuhkan diri di atas lantai bak tak bertulang. Sudut matanya kembali berair.
"Tentu saja. Tentu saja mereka memblokir panggilan keluar. Dasar sial! Dasar bodoh! Dasar tak berguna!" serunya penuh kekesalan.
V menangis tersedu sedu. Ia tak lagi memiliki harapan untuk bertahan dalam situasi saat ini. Hidupnya telah sepenuhnya hancur. Tak ada hal baik yang mampu membuatnya bertahan lebih jauh.
"Appa, eomma, V takut. V ingin pulang"
To be continued...
Terimakasih dukungannya 💜
30-07-2021
YOU ARE READING
• K R A C H T • JINV • ABO
Fanfiction• When the mafia fights for the position and love • -6th book- TAGS : -Dark Fiction -ABO-VERSE (ALPHA, BETA, OMEGA) -MPREG (Male Pregnant) -Romance -Action + Gore -Happy/Sad Ending -Death Chara -Written in Indonesian, English and Dutch TRIGGER WAR...
• Between Slaves and You •
Start from the beginning
