44. Di Mata Ku

311 64 19
                                    

"ngga rey. Lebih baik sekarang kamu cepet lari dari sini sebelum orang itu datang dan lihat kita."

"nggak! Gue disini cuma buat ketemu sama lo. Dan disaat gue udah tau lo dimana, lo malah ngusir gue. Gue disini buat nyelametin nyawa lo sann.."

"bukan gitu! Gue ngga mau kena masalah lagi sama orang itu. Kalo sampai dia tau gue kabur dari pengawasan dia, dia ngga segan - segan buat siksa gue lebih kejam dari pada yang gue alami selama ini. Udah. Hidup lo itu berharga.
Jangan buang - buang waktu lo buat gue"

"sekarang gue tanya, kenapa?? Kenapa lo pikir hidup lo ngga berharga? Sedangkan gue berpikir jika hidup lo sangat amat berharga di mata gue. San, nyawa semua orang itu berharga. Dan Lo jangan pernah ngerendahin harga diri lo buat siapapun bahkan ditindas pun lo ngga berkutik. Itu salah."

"gue ngga ngerendahin harga diri gue sendiri. Tapi emang ini jalannya. Semakin gue berontak, semakin gue disiksa. Udah cukup buat semua luka yang gue dapet dan gue hadapi sendiri. Maaf kalo lo risih denger keluhan gue untuk pertama kalinya. Tapi gue manusia. Wajar jika gue selalu beranggapan jika hidup gue ngga berharga dan suram. Gue lelah. Gue udah capek untuk semua permasalahan yang ada. Hidup gue udah ngga berarti lagi buat gue, atau siapapun. Lebih baik jika gue mat-"

"NGGAK SANN! ENGGA!!"

Aku memeluknya dan memberinya ketenangan disana. Aku tidak pernah melihatnya se depresi ini dan berpikir bahwa mati akan menghilangkan semua masalahnya. Dia benar benar rapuh

Ia menangis dan memukul mukul lenganku. Tetapi aku tetap tidak mau melepaskannya. Sampai akhirnya ia diam dan menangis dalam peluk ku.

"ngga san!! Lo selalu nasihatin gue apa artinya hidup. Lo selalu kasi semua nasihat apapun itu ke gue. Gue ngga akan lupa itu! Tapi disaat lo terpuruk dan kehilangan arah, jangan sesekali berpikir jika mati atau mematikan diri sendiri itu bisa menyelesaikan sebuah masalah san. Pertanggung jawaban Dunia di Akhirat, Itu yang paling kejam dari berjuta masalah di hidup kita. Gue pernah berpikir kalo hidup gue penuh dengan kegelapan.
Dan gue juga berpikir jika mati lebih menyenangkan dari pada kita meratapi masalah. Tapi ada sosok yang menghidupkan pikiran, hati, dan raga gue untuk tau seberharga apa kehidupan di dunia. Dia sosok manusia yang berhati malaikat. Dan itu lo sann! Sekarang gue mau jadi pelindung semua rintangan yang lo hadapi. Lo selalu bantu gue san. Apa sih sebenernya yang udah pernah gue kasi ke lo? Luka? Iyaa. Itu pasti! Gue tau itu dan ngga akan pernah bisa lupa semuanya. Dan gue minta maaf sebesar - besar nya akan hal itu..."

Nada bicaraku yang lirih, membuat isaknya sedikit berhenti dan tenang di dekapku.

Aku mendongakan wajahnya untuk meyakinkannya bahwa semua yang kita miliki itu berarti.

"san.. I know what you think in your mind. I know that. Gue disini sebagai pelengkap lo. Dan gue udah janji, kalo gue bakal bawa lo pulang dan ngga akan lagi lo lihat orang brengsek itu lagi. Udah, jangan nangis lagi. Lo harus Happy dengan cara lo sendiri. Dan gue bakal wujud-in itu."

Aku mengusap pipinya dengan lembut untuk menghilangkan air matanya yang tak pernah berhenti menetes setiap detik. Sudah lama sekali aku tidak menatapnya dari dekat seperti ini. Ditambah lagi ia tersenyum manis dan mengangguk saat aku mencoba menenangkannya.

Bughhh!!!..

"arghhhhkk!!.."

Hantaman hebat mendarat pada punggungku. Entah siapa yang melakukannya, tetapi yang ku tau tiba - tiba aku sudah tersungkur dan lemas.

Aku tak bisa melihat sandy dan orang yang melakukan ku seperti ini. karena aku tersungkur membelakanginya.

"STOP! OR I WILL CALL THE POLICE TO ARRANGE YOU FOR YOUR RUDE!
(BERHENTI! ATAU AKU AKAN MEMANGGIL POLISI UNTUK MENANGKAPMU KARENA KEKASARANMU INI!)

Sendu untuk Sandy (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ