30. Impianku

420 61 6
                                    

Semester 1 dan 2 telah ku lewati. Dan sekarang, aku telah menginjak semester 3. Lagi lagi, setiap hari hsrus bertemu ama kakak tingkat super ngga ada akhlak itu.

Terkadang males kuliah, tp gimana lagi? Impianku cuma satu, bisa lanjutin kuliah di Luar negeri. Ngga lupa juga, buat bahagiain bunda.

Kerja partime telah ku coba. Aku menyambung kuliahku dengan kerja sampingan. yaa ala alaa mahasiswa gitu lah. Tapi, walaupun aku harus kerja di kedai kopi gini, ngga ada yang ngehalangin jalanku untuk tetap maju.

Terkadang, aku teringat dengan Sandy. Walaupun, sudah hampir 1 tahun aku tak berjumpa dengannya, Aku selalu merasakan kehadirannya disaat apapun keadaanku. Aku telah cukup senang jika aku bisa merasakan nya ada bersama ku. Walaupun, hanya bayang semunya.

***

Aku meraih IPK tertinggi se fakultasku. Sebelumnya, tak ada pikiran untuk bisa se berhasil ini. Tapi ternyata, Tuhan berkehendak lain. Ia memberikanku kebahagiaan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.

Hari ini, aku pasti bertemu dengan kakak tingkat itu lagi. Sudah bosan ku memandang tampangnya yang seolah olah, ia bisa Menaklukan semuanya.

"ck ck ckk... Masi bisa yah, lewat wilayah gue disini. Mau cari mati lu?!"

Aku mencoba menyela dan menghindar dari ketiga laki laki itu. Tapi apa daya?

"heh heh heh! Mau kemana lu? Takut? Kalo takut, kaga usah lewat sini bego!"

"Sorry yaa, gue disini ngga cari masalah sama kalian. Jadi tolong, biarin gue pergi dari pada ngeladenin lu bertiga!"

"bilang aja, lo takut kan? Bocah cupu kayak lo, mana ada yang bisa ngelawan kita. Modal tampang doang, tapi adu tenaga aja kaga bisa. Laki apa laki lo? Hahahahaa!"

Dengan santai nya, mereka bertiga tertawa lepas disaat seperti ini?

"ck, apaan si ini orang. Nyari masalah mulu, giliran kalo diladenin aja, menciut. Sebenernya yang cupu gue, atau dia sih?!"

Aku berpikir untuk menyela saja. Dari pada gue makin kesulut emosi cuma gegara ngeladenin mereka.

Tangan nya mencoba untuk memegang kasar pundak ku. Tapi aku merasa saat aku berjalan menyela, ia mulai menghentikan langkah ku. Sesegera mungkin, ku lepas kasar tangan itu jauh jauh dari tubuhku. Ditambah lagi, secara frontal gue menendang perut nya sampe sampe dia tersungkur kebawah.

Brughhh!

"ashhh.., bocah ngga tau adab! Vin, Ar, ladenin tuh bocah ingusan! Buruan! Jangan plonga plongo!"

"i-iyaaa i-iyaa b-bram"

"oh, ternyata namanya Bram. Dan dua orang disampingnya itu? Hanya bisa seperti patung"

Brughhh...
brughhh...

"awww..."

Mereka berdua langsung tersungkur kebelakang mengikuti arah doronganku.

"Padahal, aku hanya mendorong perutnya saja. Tapi? Ashh, sudahlah. Dari mana Bram menemukan anak buah semacam itu? Membuat lawakan saja."

"dasarr temen bego! Kalian setiap hari latihan. Tapi kenapa. Ash!"

"ck ck ck ckk... Sekarang dibalik deh. Yang cupu lu, atau gue sekarang? Jangan sok jagoan deh. Toh juga apa? mempermaluin diri lo sendiri atas perbuatan semena - mena ke adek adek lu. Gua ngga akan takut mau lo se brontak apapun se kuat apapun. Tapi yang harus lu tau, perbaiki perilaku lu sebelum orang lain yang akan ikut campur untuk memperbaiki perilaku lu!"

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang