14. Prinsip

528 68 3
                                    

Setelah malam terindah itu berlalu, gue mengantar Sandy sampai kerumahnya. Saat gue balik, gue sempet di kasi wejangan sama duo sahabat terbaik gue.

"Rey."

"paan?"

"udah duduk aja dulu"

"iya iya. Dah, lo mau ngomong apaan?!"

"gue mau ngomong, kalo lo harus punya prinsip untuk menjaga orang yang tepat. Sandy ngga main main bro. Dia tulus sayang sama lo. Tapi kalo suatu saat lo nyakitin Sandy, bagi kita lo orang asing Rey. Jaga hatinya. Jaga mindset buruknya tentangmu. Lo tau apa yang bakal terjadi? Kalo lo berani nyakitin Sandy. Lo udah kehilangan Sandy, dan lo juga kehilangan orang yang lu sayang selain Sandy. So, keputusan ada ditangan lo. Lo berani nembak dia, lo juga harus berani jaga hatinya. Lo ngehianatin, Sandy sama aja lo nyakitin Ibu lo sendiri. Hargai Perempuan bro. Itu cuma pesen gue si. Jangan sampe lo salah langkah. Soalnya gue tau lo orang nya labil. So, inget inget terus apa yang gue ucap!"

"gue pasti kok jaga perasaan Sandy. Dan gue bener bener tulus ke dia. Makasi, kalian udah selalu kasi gue support dan wejangan yang amat berharga buat gue."

"okay! Kita berdua pegang omongan lu. Bentar, gue kebelett. Ntar ntar"

Acaa mengikuti langkah Ica yang ingin ketoilet. Pikir ku, Aca ingin menjaili Ica, namun ternyata salah.

"heh sya! Lo ngapain ngikutin gue ke Kamar mandi?!"

"ha? Gue juga kebelett!"

"hih, gue duluan woe! Lo pake kamar mandi tempat Rey! Gue udah diujungg tandukk. Udahh sonooo! Byee!"

Icaa berjinjit jinjit berlarian ke kamar mandi. Sepertinya, memang sungguh tak bisa tertahan. Aca pun berlari ke atas untuk memakai kamar mandi di kamar gue. Gue hanya bisa tertawa kecil melihat mereka berdua. Begitu beruntungnya gue punya sahabat, dan lingkungan yang selalu mendukung gue untuk melakukan hal yang lebih baik lagi.

Jam mengarah pada pukul 02.00 dini hari. Saat dua sahabat gue tertidur lelap, gue terbangun dan memutuskan untuk sholat tahajud. Di setiap doa, yang gue Ucap selalu Orang Tua gue, Sahabat Gue, Dan yang pasti Sandy. Entah mengapa, gue meneteskan air kesedihan yang mengalir deras. Waktu itu aku mengingat kata kata Ica seakan akan itu resiko gue melakukan hal yang tak mampu di maafkan. Gue sayang Sandy. Dan Perempuan yang gue perjuangin Pertama kali, Hanya Sandy seorang. Seakan, suasana dini hari itu menjadi suasana duka bagiku. Gue malah memikirkan ngga ngga tentang diriku sendiri. Aku sadar, tanggung jawab seorang lelaki tak ringan. Maka dari itu, gue bisa belajar dari wewenang sahabat gue, dan Sandy sendiri. Gue merenung cukup lama. Tak gue sadari, jam mengarah pada pukul 02.44
Gue putuskan untuk bergegas tidur. Walau esok hari adalah Hari libur, tetapi gue sendiri tak terbiasa bangun siang.

***

Saat itu, gue terbangun pada jam 05.06
Gue bergegas sholat subuh, dan tak lupa untuk membereskan kamar gue sendiri. Hari ini, gue berencana untuk tidak mengajak Sandy keluar. Ia sendiri pasti lelah dengan peristiwa tadi malam. Gue mencoba untuk mengabarinya. Waktu itu, jam mengarah pada angka 05.34

*

Sandribong❤👽
-Terakhir dilihat pada pukul 04.58-

Sandribong❤👽 :
Selamatt pagiii Ibu Sandy, punya nya Bapak ReyBong 👦⛅

Reybee❤👽 :
Good Morning To
Bapak Reybee punya
nya Sandy!!👦
Udah bangun?

Sendu untuk Sandy (END)Where stories live. Discover now