34. Erat

458 63 14
                                    

"gue udah bilang, gue udah makan. Kenapa lo masii pesenin gue makanan?!"

"jangan keras kepala. Aku tau kamu sebenernya belum makan."

Ia terdiam dengan wajah sayu nya. kenapa, ia sekarang begitu sedih?

Aku membawanya, ke salah satu korean food di New York City. Tak berada jauh dari tempatku semula.

"san, aku minta ma-"

"apa? Kamu mau ngomong apa?"

Seketika aku terbungkam dengan perkataannya. Sepertinya dia tau jika aku ingin meminta Maaf mengenai kejadian dulu. Tapi... sudahlah. Tak perlu dibahas lagi.

Aku Menggeleng dengan pelan. Aku tak sanggup menatap raut wajahnya. Memang tak ada yang berbeda dari wajahnya. Ia masih sama. Manis, dan cantik. Tetapi, aku menemukan sebuah kegundahan yang berada pada pandangannya.

Makanan yang aku pesan telah datang dihadapanku. Dua mangkuk Ramen yang terlihat sangat menggiyurkan.

"san, dimakan"

"hem? Oh i-iyaa"

Aku membuyarkan lamunannya. Kenapa sekarang ia selalu melamun di keadaan apapun? Ada yang tidak beres.

Ia memakan semangkuk ramen itu dengan lahap. Aku tersenyum menatap perempuan manis itu. Disisi lain, aku juga terharu melihatnya. Entahh apa yang kurasakan saat ini. Perasaan, dan keadaan yang sulit untuk dijelaskan.

***

"san"

"hem?"

Ia berdehem sembari mendongak kearahku. Wajahnya begitu lucu dan menggemaskan.

"eumm, gimana kabar Mama kamu? Sehatkan?"

Ia merubah ekspresinya menjadi sayu, dan gundah. Apa sebenarnya yang sedang ia rasakan selama ini?

"san"

Kedua kalinya, aku membuyarkan lamunanya.

"iyaa?"

"kamu kenapa? Mama kamu, sehatkan?"

Ia menatap jendela yang berada pas didepan nya. Entah apa yang ia lihat disana.

"Mamaa.. Eumm.. Ma-maa udah ngga ada 2 tahun yang lalu"

Deg

Apa yang ia katakan sekarang, membuat napas ku terburu.

"san.. Ka- kamu serius?"

"iyaa."

"san.. Aku minta maaf yah, bukan bermaksud buat kamu sedih lagi. Aku beneran ngga tau hal ini"

Ia tersenyum simpul dan menatapku dengan sangat amat dalamnya.

"ngga papa. Ngga usah minta maaf."

aku sangat amat terkejut dengan hal ini. lalu, Papa nya? Papanya dimana?

"kalo Papa kamu? Sehatkan selama disini?"

"Kalo Papa... Udah jarang pulang sekarang. Papa juga sering mabuk. Sekalinya pulang, pasti bawa perempuan lain ke rumah. Maka dari itu, aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk keluar rumah daripada dirumahku sendiri. Dan sekarang, aku merasa perlahan - lahan, orang yang aku sayang, menghilang satu persatu. Dan aku merasa, di Dunia ini, yang bener - bener sayang sama aku, yang bisa ngertiin aku, cuma Allah, dan diriku sendiri. Aku juga ngga mau lebih menggantungkan harapan pada seseorang, ketimbang sama Allah. Dengan diri ku sendiri ini, aku bisa bertahan sampai sekarang"

Sendu untuk Sandy (END)Where stories live. Discover now