43. Rapuh

328 54 16
                                    

Aku membalikan badanku untuk segera pergi dari rumah itu. Aku benar benar lelah. Dimana lagi aku harus mencarinya? Sudah sejauh ini, tetapi belum ada hasil apapun.

Aku mempercepat gerak ku untuk mempersingkat waktu. Sekarang sudah hampir pukul 19.00. Dan aku masih berdiri disini untuk, mencarinya kembali.

Aku tidak tau apa yang hati kecilku ini bisikan. Rasa ingin menyerah, tapi itu bukan aku. Rasa ingin kembali, tetapi bagaimana bisa aku kembali tanpanya? Menyerah bukanlah jalan dari semua masalah.

Tapi aku manusia.
Tak luput juga dari kata lelah dan menyerah. Aku hanya yakin pada tujuanku. Pada saat ini pun, usahaku tak gentar untuknya. Tetapi, kekuranganku dalam doa untuknya.

Kenapa aku jadi takut jika tidak menemukannya? Tidak! Jika semua jalan menuju keberhasilan sudah ku lakukan, tidak akan mungkin aku tidak menemukannya atau bahkan tidak akan melihatnya lagi. Tuhan tidak terlelap, dan Dia tau segalanya tentangku. Segalanya.

Jalanan ramai, suara klakson dimana - mana, semua itu mengganggu ketenangan ku. Setelah banyak berpikir, dan bergumam pada diriku sendiri, aku merasa sedikit lega.

Aku melanjutkan lagi apa yang menjadi tujuaan ku sekarang.

Club dikota ini ada bejibun banyaknya. Apa aku harus menanyai di setiap rumah dekat club - club itu? Aku rasa sudah hampir 10 club yang aku temui selama ini.

Untuk apa aku mengeluh? Sedangkan aku masih labil untuk meneruskan nya atau tidak. payah!

***

Sudah hampir 4 kilometer aku jalan sedari tadi, sama sekali tak ada yang ku temukan. Mungkin jika aku berjalan ± 10 kilometer lagi, aku bisa menemukam salah satu dari club - club dikota ini. Tetapi, aku sama sekali tidak kuat untuk meneruskan perjalanan ku ini. Sangat lelah. Dan sekarang sudah pukul 22.24 malam.

Aku benar benar tidak kuat untuk berjalan lagi. Aku memesan taxi online untuk aku bisa balik ke penginapanku dan melanjutkan ini esok. Aku tidak bisa janji besok aku akan menemukannya. Tapi aku menegaskan pada diriku sendiri, jika aku harus menemukanya besok. Bukan sebagai janji.

Disepanjang perjalanan, aku hanya diam dan airmata ku selalu menetes disaat aku memikirkannya.

Aku sangat merindukannya. Sungguh. Aku tak tahan jika ia selalu mendapatkan masalah yang sangat berat disetiap waktu. Tetapi ia bisa menutupi semua masalahnya itu dari orang
sekitarnya.

Aku tak tau perasaannya terbuat dari apa. Yang jelas, ia perempuan yang rapuh dan membutuhkan tempat untuk berlindung dari orang orang yang tak pantas untuk disebut sebagai manusia.

Aku sekarang tau, bagaimana perasaan seseorang jika disakiti terus menerus. Mereka rapuh, bukan berarti mereka lemah. Justru mereka kuat karena selalu di Uji sampai mereka merasakan yang namanya kerapuhan.

Belajar menghargai perasaaan semua orang memang tidak mudah. Jika sering kali luput dari kata "menghargai" lebih baik diam dan tidak menyakiti perasaan siapa pun. Dan apa yang aku lakukan di masa itu, aku telah menaruh luka padanya. Luka yang sangat dalam. Dan aku sangat jijik melihat diriku sendiri berperilaku layaknya seorang brengsek. Tepatnya memang orang brengsek.

Sampai sudah di kamar kecilku. Aku merebahkan punggungku pada kasur. Hanya dalam Hitungan detik aku terlelap. Aku tidak tau. Aku merasa hari ini hari melelahkan. Lelah fisik, lelah hati, dan lelah pikiran.

Sendu untuk Sandy (END)Where stories live. Discover now