91. Jangan Bawa Asya

22.6K 1.7K 349
                                    

Maaf, karena kamu yang harus merasakan kehilangan itu.
- asya

Kediaman gadis itu sudah sangat ramai dikunjungi orang-orang. Bendera kuning sudah terpasang sempurna di pagar rumah Asya. Semua orang masih ramai berdatangan untuk melihat Asya untuk terakhir kalinya.

Sama seperti Kelvin, ia terus memandangi balutan kain putih itu dengan tatapan kosongnya. Dibalik kain itu terdapat seorang gadis cantik yang selalu membuat Kelvin merasakan kenyamanan.

"Bon bangun Bon"

"Bon ayo kita beli es krim"

"Ayo kita beli es krim Bon," ucap Nathan diiringi derasnya air mata. Bukan hanya ia yang menangis, tapi seluruh anggota Bradiz maupun Katradoz juga sama sepertinya. Mereka sangat terpukul saat ini ketika melihat tubuh Asya yang sudah tidak berdaya lagi.

"Sya, bangun Sya..."

"Ayo kita jalan-jalan lagi, ayo kita beli cemilan lagi, Sya"

"Asya ayo bangun Sya..."

"BANGUN SYA!" jeritan Anya mampu mengalihkan perhatian semua orang. Sejak tadi ia berusaha membangunkan Asya. Bahkan Ivana dan Key terus menghentikan aksi gadis itu dengan perasaan iba.

"Kak Asya bangun!"

"Kak Asya harus liat Moza sampai sukses"

"Kak Asya gak bisa pergi gitu aja"

"Moza sama Rasya akan jadi anak yang sukses, tapi Kak Asya bangun...Ayo Kak, buka matanya, Moza kangen pelukan Kak Asya. Moza janji, Moza gak akan ikut balapan lagi kalau Kak Asya gak suka" ujar Moza dengan air mata yang terus berjatuhan. Gadis itu sama seperti Anya, ia berusaha membangunkan Asya sejak tadi, namun nihil, gadis itu tetap diam dan terpejam.

Kini tubuh Asya tengah dikelilingi oleh sahabat dekatnya. Arga dan Dirga yang terus menangis, Aland dan Alex yang sedang berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah. Sedangkan Asih, wanita itu terus menangis sampai-sampai ia tidak sadarkan diri. Bahkan setelah melihat tubuh Asya yang tidak berdaya di gendongan Kelvin malam tadi, raut wajah David seketika berubah. Sampai sekarang pun David masih sama, ia terus saja diam. Dunianya seakan hancur karena ketiga putrinya sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

"Kenapa lu disini Sya? Ayo bangun, ini bukan tempat tidur lu" titah Arga. Pria itu masih tidak percaya jika gadis yang ada di hadapannya sekarang adalah Asya.

"Dirga" panggil Arga.

"Lihat Adik gue,"

"Cantik bukan?"

"Dia pasti kedinginan. Adik gue pasti malu di liatin banyak orang. Ayo Sya bangun, gue gak suka lu diliatin banyak orang Sya" papar Arga. Tangisannya semakin kencang saat dirinya tersadar bahwa tidak ada sahutan sama sekali dari Adik tersayangnya.

"Karena tidak ada lagi keluarga yang harus di tunggu, jenazah bisa langsung di masukkan kedalam keranda" ujar Ustadz Ragil. Mengapa gadis itu tidak dimasukkan kedalam peti saja? Bukan kah itu lebih nyaman? Tapi itu semua bukan kemauan Asya. Iya, sebelum Asya meninggal ia sempat berbincang sedikit dengan Rita.

"Gurita, suapin Asya dong" pinta Asya. Entah mengapa Asya memang sedang ingin disuapi oleh Rita. Mungkin karena Asya merindukan moment itu.

"Iya Non" balas Rita ramah. Ia segera menuruti kemauan anak itu.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now