79

10.8K 1.2K 70
                                    

Asya mengerjapkan matanya saat cahaya lampu itu berhasil menyorotnya. Saat mata gadis itu berhasil ia buka dengan sempurna, Asya terlonjak kaget dan menatap semua orang bertanya-tanya. Mengapa ia berada di kamar? Bukankah ia tadi sedang berada di rumah sakit?

"Kelvin mana?" tanya Asya untuk pertama kalinya.

"Sya, lu kenapa?" tanya Arga panik.

"Kelvin dimana Bang?!"

"Kelvin ada dirumah sakit Sya, dia belum sadar" serkas Ivana. Asya tertegun, bukankah tadi ia sedang bersama Kelvin? Bahkan pria itu sudah menjadikan Asya sebagai kekasihnya? Gadis itu masih menatap semua orang bingung. Ia menatap seluruh teman-temannya satu persatu untuk meminta penjelasan.

"Lu pingsan di pelukan Om David Sya, sebelum pingsan lu selalu teriak-teriak kesakitan. Akhirnya kita bawa lu kesini" jelas Key. Asya kembali diam. Jadi semua ini hanya mimpi? Tapi mengapa mimpi itu terasa seperti kenyataan. Padahal Asya sudah senang karena berhasil mendapatkan Kelvin menjadi miliknya, tapi ternyata semua ini hanyalah bunga tidur. Ia mengubah raut wajahnya menjadi lesu. Lantas bagaimana dengan penyakitnya? Apakah itu juga sebuah mimpi?

"Dimana Alena?" tanya Asya lagi.

"Lu lupa? Alena udah dipenjara Sya. Lu kenapa sih? Jangan bilang lu lupa ingetan lagi?" cicit Anya. Asya hanya menggeleng kecil dengan tatapan pilunya.

Tapi tiba-tiba saja Aland masuk kekamar gadis itu dengan wajah sumringah nya, "Sya, operasi Kelvin berhasil, dan dia udah sadar sekarang"

Asya menengakkan tubuhnya. Perkataan itu sama persis dengan mimpi Asya. Mengapa ia merasa seperti Dejavu sekarang? Bersamaan dengan itu, David dan Asih juga masuk kedalam kamarnya. Ia menatap Asya dengan tersenyum simpul, "Akhirnya kamu udah sadar," kata Asih.

"Sayang, apa kepala kamu masih sakit?" tanya David cemas.

"E-enggak Ayah"

"Maafkan Ayah ya, ini semua karena Ayah" titahnya.

"Gak Ayah, Asya sudah maafkan semua kesalahan Ayah. Oh iya, Asya mau ke rumah sakit, Asya mau ketemu sama Kelvin. Boleh ya Ayah?" ucap Asya dengan ekspresi memohon kepada David.

"Tapi kamu baru saja sadar" balas David.

"Sudahlah Mas, biarkan saja. Bunda ijinin, hati-hati dijalan ya" serkas Asih seraya tersenyum manis. Asya melebarkan senyumannya saat sang Bunda memberinya ijin untuk bertemu Kelvin. Asya segera bangkit dari tempat tidurnya, namun pergerakan gadis itu dihentikan oleh Nathan, "Gue ikut"

Asya kembali membelalakkan matanya. Asya berusaha untuk menghiraukan ucapan Nathan. Mungkin ini hanya kebetulan. Iya, pasti ini hanya kebetulan.

"Sya?" Panggil Nathan.

"H-hah? I-iya ayo" Asya berjalan lebih dulu meninggalkan Nathan.

Selama diperjalanan gadis itu hanya terdiam sembari memainkan jari-jemarinya. Jika mimpi itu menjadi kenyataan, maka penyakit yang berada didalam tubuh Asya memang benar adanya.

"Enggak, enggak!" sentak Asya. Gadis itu berusaha menyingkirkan semua pikiran buruknya. Tidak, ini pasti kebetulan. Tidak mungkin sebuah mimpi bisa menjadi kenyataan.

"Bon, lu kenapa Bon?" tanya Nathan khawatir. Sejak tadi tatapan Asya kosong, bahkan ia selalu diam tidak seperti biasanya. Aksi itu sangat membuat Nathan cemas.

"Jojo, Asya takut..."

"Bon, tenang. Ada gue disini"

"Sekarang kita turun, kita udah sampai" lanjutnya. Asya beralih menatap keluar jendela mobil Nathan untuk memastikan suasana rumah sakit saat ini.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang