77

11.1K 1.2K 52
                                    

Semua orang menatap kepergian Alena pilu. Bahkan setelah kepergian Alena, Asya langsung manangis meratapi nasib Adiknya. Bagaimana pun Alena tetap Asya anggap sebagai Adik tersayangnya, ia juga menatap David maupun Asih dengan tatapan nanarnya. Mereka kembali kehilangan dua gadis cantiknya. Karena sebentar lagi Alena akan menjalani hukum gantung.

"Tugas ku sudah selesai" timpal Alika. Ia sejak tadi masih berdiri disebelah Asya. Ia juga ikut menatap Kakaknya yang baru saja digiring oleh polisi.

Semua orang beralih menatap Alika. Mereka menatap Alika terkejut, bahkan Arga sempat terpingkal saat melihat gadis itu.

"Alika?" gumam Arga.

"Land, gue gak salah liat kan? Gila...gue punya indra keenam Land" ucap Alex pelan, tepat di samping telinga Aland.

"Diem gembel"

"Dia Alika Adiknya Asya kan? Buset, udah jadi setan masih cakep aja"

"Lex, gue gaplok mulut lu kalau ngomong sekali lagi" ancam Aland kesal. Alex segara menutup mulutnya rapat saat mendengar ancaman dari pria itu.

Kini David dan Asih menatap Alika dengan menahan isak tangisnya. Mereka sudah kehilangan Alika, dan kali ini mereka juga harus bisa menerima kepergian Alena.

"Tugas Alika disini sudah selesai, Alika berhasil membuat keluarga kita seperti dulu lagi. Ayah, jangan sakiti Kak Asya lagi, jangan menyiksanya lagi. Ayah tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya menjadi Kakak, kasian Kak Asya Yah..." ujar Alika halus. David kembali menangis ketika mendengar ucapan itu. Ia mengangkat kedua tangannya dan menatapnya kecewa. Kedua tangan itu yang sudah membuat anaknya tersiksa, ia kembali dilanda rasa bersalah yang sebesar-besarnya.

"Bunda...maaf, maaf kalau Alika belum jadi anak yang baik bagi bunda. Tapi Alika sudah lega, karena setelah ini aku bisa tenang diatas sana" imbuh Alika.

"Alika tetap anak Bunda yang baik, Bunda bangga sama kamu Nak" balas Asih yang mulai berlinang air mata. Semua orang ikut bersedih ketika melihat peristiwa itu. Mereka juga ikut menangis sama seperti Asih.

"Bu Rita, Pak Udin, makasih ya sudah pernah menjaga Alika. Alika sayang kalian" Rita dan juga Udin hanya bisa mengangguk diikuti tetesan air matanya yang jatuh. Sedangkan Alika beralih menatap Asya yang sejak tadi menatapnya pilu. Asya masih saja menangis seraya menatap lekat mata Adiknya.

"Kak Asya, makasih ya udah mau bantuin aku. Makasih juga karena sudah mau menjadi Kakak ku, aku sangat senang memiliki Kakak yang baik sepertimu,"

"Alika harus pergi sekarang, karena tugas aku sudah selesai. Kak Asya, aku tunggu Kakak disana ya? Sampai jumpa, Alika pamit..." Perlahan bayangan Alika mulai menghilang untuk selamanya. Saat-saat terakhirnya pun ia masih tersenyum menatap Asya, dan saat itu juga bayangannya hilang. Ia sudah pergi untuk selamanya. Ia sudah kembali kepada sang penciptanya.

"Enggak, Alika gak boleh pergi"

"Alika, kamu harus terus disini sama Kakak"

"Alika.."

"ALIKA!" ucap Asya sembari berteriak. Dengan cepat David langsung mendekap tubuh Asya kepelukannya, "Maafin Ayah,"

"Maafin Ayah, Maafin Ayah..."

"Asya, ayo hukum Ayah Nak...cepat pukul Ayah dengan kayu itu, benturkan kepala Ayah kemana saja yang kamu mau. Cepat lakukan! Cepat pukul dan benturan kepala saya!" pinta David. Ia kembali menangis ketika melihat luka-luka di sekujur tubuh Asya. Ia sudah menyiksa Anak yang selama ini tidak bersalah.

"Ayah sangat jahat"

"Saya bukan Ayah yang baik buat kamu"

"Kamu pantas membenci seorang Ayah sepertiku,"

"Hukum Ayah Nak...hukum Ayah..."

Bukannya menuruti ucapan David, Asya malah semakin mengeratkan pelukannya. Pelukan ini yang sangat Asya rindukan, akhirnya ia bisa merasakan pelukan ini kembali, "Asya sudah maafkan Ayah, Asya sudah ikhlas"

"Mengapa kamu sangat baik kepada saya? jelas-jelas saya sudah menyiksa mu"

"Ayah baik, Ayah tetap Ayah Asya" ujar Asya. Ia mencium pipi David dengan perasaan senang sekaligus terharu. Asih segara menghampiri mereka dan ikut memeluk keluarga kecilnya. Saat ini hanya Asya yang ia punya, hanya Asya yang menjadi anak satu-satunya.

"Maafkan aku ya? Maaf aku sudah kasar"

"Gapapa Mas, aku sudah memaafkanmu. Mari kita memulai semuanya dari awal lagi" balas Asih tulus. Mereka kembali berpelukan layaknya seperti keluarga yang jarang sekali bertemu. Asya sangat merindukan momen ini, dan akhirnya ia bisa merasakan hal itu kembali.

Semua orang menitihkan perasaan harunya. Ivana segera menyeka air matanya dan bertepuk tangan yang diikuti oleh semua orang. Ia ikut merasa senang ketika melihat Asya saat ini.

"Ayah, kenalin itu teman-teman Asya"

"Mereka adalah inti Bradiz" ucap Asya sembari memperkenalkan semua teman-temannya. Karena memang David belum pernah mengetahui teman-teman Asya.

"Bradiz?" tanya David bingung.

"Iya, itu nama geng motor Asya. Ada Bang Arga, ada Bang Dirga juga. Bahkan Jojo juga ada disini Ayah" imbuh Asya dengan tersenyum manis.

"Dirga? Bukankah kamu sudah meninggal?" tanya Asih bingung.

"Dirga masih hidup Bunda. Dirga masih pengen nikah" jawab Dirga dengan tertawa renyah. Semua orang juga ikut tertawa ketika mendengar jawaban pria itu. Sementara Nathan, ia menghampiri Asih dan juga David untuk mencium telapak tangan keduanya.

Asih mengerutkan dahinya heran ketika melihat Nathan, "Ini Nathan? Kemana saja kamu, sudah lama Bunda tidak melihat kamu"

"Ada kok Bunda, kemarin lagi diumpetin aja sama Asya"

"Ihh, Jojo jangan fitnah Asya ya!" dumel Asya dengan memanyunkan bibirnya. Semua orang kembali tertawa ketika melihat aksi gemas Asya. Sedangkan Asya sendiri, merasa kesal karena ditertawai oleh semua orang.

Perlahan David mengelus lembut rambut Anaknya. Namun sebuah cairan merah kembali menyita perhatian David. Ia melebarkan matanya ketika melihat darah yang keluar dari celah kepala Asya. Apa mungkin darah ini juga disebabkan boleh ulahnya? Sepertinya David terlalu menarik rambut Asya dengan sangat kasar, sampai-sampai sebuah darah berhasil lolos dari tengkorak gadis itu.

"Asya, ada darah di kepala kamu"

"Ini pasti karena Ayah"

"Ayo kita ke rumah sakit, Ayah tidak mau terjadi sesuatu dengan kamu" David bertekad ingin membawa Asya kerumah sakit. Namun aksinya dihentikan oleh Asya, "Gak usah Ayah, kepala Asya gak sakit" ucap Asya berbohong.

Justru rasa sakit di kepalanya sangat luar biasa. Ia menahan rasa sakit itu dihadapan semua orang agar mereka tidak mengkhawatirkannya. David masih menatap Asya tidak percaya, "Kamu yakin?"

Asya hanya mengangguk dengan tersenyum simpul. Saat ini rasa sakitnya telah dikalahkan oleh perasaan senangnya. Ia hanya tidak menyangka jika semua ini akan kembali Asya rasakan. Jadi setelah ini, Asya tidak perlu takut lagi jika berada dihadapan David.

Tapi tiba-tiba Aland menghampiri mereka dengan raut wajah senangnya, "Sya, operasi Kelvin berjalan lancar, sekarang dia udah sadar"

Senyuman diwajah Asya kembali terukir. Semua orang terus memanjatkan rasa syukurnya saat mendengar berita itu.

"Ayah, Bunda. Asya mau ke rumah sakit ya?"

"Asya mau ketemu sama Kelvin" ijin Asya.

"Iya, hati-hati dijalan ya" ucap Asih lembut. Asya mengangguk cepat dan bertekad ingin berlari menuju motornya. Namun, pergerakan gadis itu kembali terhenti saat Nathan menggengam tangannya, "Gue ikut"

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin