72. Permainan Alena

11.8K 1.2K 8
                                    

Alena sudah membersihkan tubuhnya di markas Katradoz. Ia juga sudah mengobati luka ditubuhnya dibantu dengan anggota Katradoz yang lain. Kemarahan Alena semakin meningkat setelah ia tahu bahwa ada yang merekam semua percakapannya di toilet.

Lamunannya seketika buyar saat sebuah getaran notifikasi masuk kedalam ponselnya. Bahkan tidak hanya Alena saja yang mendapati notifikasi itu, tapi seluruh murid SMA Cakra Birawa. Karena kepintaran Key, video pembunuhan Alika disebar luaskan kesuluruh orang. Sontak video itu langsung menjadi viral saat itu juga.

Alena melebarkan matanya ketika video itu sudah banyak orang yang menonton. Ia mencengkram ponsel ditangannya dengan sangat kuat. Satu tetes air matanya juga berhasil turun.

"Asya..."

"Lu main-main sama gue" ucap Alena dengan suara bergetar.

"Dan kamu Vin, tega-teganya kamu mutusin aku. Kalau seperti itu sekarang akan aku berikan kamu sebuah kejutan yang sangat indah," Alena beranjak dari markas Katradoz dengan menyembunyikan sebuah pisau dibalik tubuhnya. Ia segera pergi menuju rumah Kelvin, untuk menemui wanita tua itu.

Semua kejahatannya sudah terbongkar. Bagi Alena, jika Asya belum habis ditangannya saat ini, maka Bunga dulu yang akan menjadi korban selanjutnya. Ia segera berkendara dijalanan tengah kota dengan ugal-ugalan. Alena tidak peduli dengan semua peraturan rambu-rambu lalu lintas. Baginya itu tidak penting sekarang.

Tidak butuh waktu lama, gadis itu akhirnya sampai ke kediaman Kelvin. Ia menerobos masuk dengan paksa. Bahkan satpam yang berada di depan rumah Kelvin sudah lebih dulu Alena lukai.

Tanpa sepengetahuan gadis itu ternyata sejak tadi Bunga sudah melihatnya melalui jendela. Tubuh gadis itu bergetar ketika melihat Alena yang ingin masuk menggunakan senjata tajam ditangannya. Bunga segera berlari menuju dapur untuk bersembunyi.

"Rumah yang sangat indah" ucap Alena sembari tersenyum kecil.

Brakk

Gadis itu berhasil mendobrak pintu rumah Kelvin hanya dalam satu hentakan kaki saja. Perlahan ia melangkah masuk dengan memainkan pisau ditangannya, "Oma Bunga..."

"Aku datang..."

"Aku juga membawakan mu sebuah mainan" ucap Alena menggunakan sebuah nada. Ia terus memainkan pisau itu dengan tersenyum licik. Sementara Bunga sudah mulai menitihkan air matanya ketika suara Alena mulai terdengar.

"Sepertinya kamu ingin mengajak ku bermain petak umpat"

"Kalau begitu, tunggu aku Oma..."

"Sebentar lagi aku akan menemukan mu" Alena terkekeh setelah mengatakan kalimat itu. Ia terus mencari-cari keberadaan Bunga yang sedang bersembunyi.

"Oma, tampakkan saja dirimu"

"Mari kita bermain bersama setelah itu" ucapnya sembari menyeringai. Bunga membekap mulutnya rapat-rapat setelah dirasa jika suara gadis itu kian mendekat.

Pyarr

Alena membanting semua barang-barang Kelvin hingga pecah dan berserakan di bawah lantai. Sontak itu membuat Bunga semakin terkejut, "Kelvin...tolong cepat pulang..."

"Bantu Oma Nak..." gumam Bunga pelan sembari menahan suara isak tangisnya.

"Oma..."

"Nampaknya kamu semakin membuat ku kesal" Alena terus mencari keberadaan Bunga. Sejak tadi ia tidak menemukan wanita tua itu. Perlahan Alena berjalan menuju dapur.

"Oma...apa kamu mendengar ku?"

Bunga kembali membekap mulutnya saat Alena sudah mulai mendekatinya. Didalam hatinya ia terus menangis dan meminta pertolongan. Bunga segera merogoh kantung celananya untuk menghubungi Asya. Siapa tahu gadis itu bisa membantunya. Dengan tangan bergetar Bunga terus mencari nama Asya.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now