55. Lelah

9.5K 1K 13
                                    

Sudah dua jam berlalu, namun Kelvin belum juga datang menemuinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua jam berlalu, namun Kelvin belum juga datang menemuinya. Padahal sejak tadi Asya menunggunya, sampai-sampai ia sempat diusir secara halus oleh beberapa pegawai cafe lantaran tempat ini yang memang akan segera ditutup. Namun yang Asya katakan kepada pegawai itu adalah, "Sebentar ya Kak, pacar saya sebentar lagi datang kok"

Asya sengaja mengatakan Kelvin sebagai kekasihnya, agar pegawai cafe itu bisa memberi waktunya lebih lama lagi dalam menunggu Kelvin. Namun orang yang tengah ditunggu Asya seperti tidak menghargai waktu yang sudah diberikan.

"Kak maaf, saya tidak bisa memberikan anda waktu lebih lama lagi. Karena kami harus menutup cafe ini, mohon pengertiannya ya Kak" ucap pegawai itu sopan.

Asya masih diam. Ia terus menatap kursi disebelahnya dengan tatapan berharap. Tapi kemudian tatapan itu menjadi kecewa, "Terimakasih ya sebelumnya, maaf saya merepotkan kalian. Kalau seperti itu saya pamit, sekali lagi terimakasih"

Asya berjalan keluar dengan langkah penuh kekecewaan. Ia memilih berjalan tanpa sebuah alas kaki menuju markas Bradiz. High Heels nya sengaja ia jinjing ditangan kiri, Asya tidak bisa menggunakan sepatu itu berlama-lama lagi, karena kini kakinya sudah mulai lecet.

Seakan mengerti tentang perasaannya, sebuah tetesan air mata Asya langsung melintas diatas pipinya begitu saja. Dengan gerakan gesit ia langsung menghapus air mata itu.

"Lu gak boleh nangis, Sya,"

"Mungkin Kelvin lagi sibuk, lu harus bisa positif thinking."

"Iya, gue harus positif thinking."

Asya terus bermonolog dipinggir trotoar. Jalanan ini sudah hampir sepi, mungkin kendaraan yang melintas disebelahnya bisa ia hitung menggunakan jari.

"Jangan nangis Sya, skincare lu mahal"

"Jangan nangis, gue gak boleh nangis"

"Jangan nangis Zatasya, lu kuat"

"Jangan nangis..." Asya berhenti melangkah, ia menjatuhkan lututnya hingga bersentuhan dengan aspal. Ia lelah, hari ini sangat melelahkan baginya. Asya memilih menangis lantaran dirinya sudah tidak tahan lagi menahan bendungan air mata itu.

Asya segera menghapus semua make up yang menghiasi wajahnya, ia juga mencopot semua hiasan yang berada di rambutnya dengan cara kasar, "Kelvin lu dimana sih?!"

"Asya capek nungguin Kelvin,"

"Gue capek... gue capek banget kali ini..." saat Asya mengatakan kalimat itu tetesan air hujan mulai berjatuhan mengenai tubuhnya. Mungkin langit mengerti tentang perasaan Asya saat ini.

Tetesan air hujan itu seketika berubah deras. Asya masih berlutut dipinggir jalan dengan air mata yang terus berlinang bersamaan dengan turunnya air hujan. Tetapi tak lama dari itu, Asya merasakan jika air hujan tidak lagi mengguyur tubuhnya.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang