48. Penculikan

9.4K 1K 60
                                    

"Asya lu bego banget!"

"First kiss gue ilang..."

"Arghhh, kenapa sih gue harus cium dia didepan orang banyak" ucap Asya di hadapan cermin toilet. Ia sangat merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa harus dibagian bibir yang ia cium? Asya sangat tidak sengaja. Kalau boleh jujur ia juga tidak ingin melakukan hal itu.

Asya langsung memegang debaran jantungnya. Setelah ini apa yang harus ia lakukan jika berada dihadapan pria itu? Dan, apakah Kelvin akan marah kepadanya setelah ini? Asya menjadi takut.

Kini Asya sedang sibuk menghapus jejak ciuman Kelvin di bibirnya menggunakan air. Namun tetap saja, bibirnya sudah menyentuh bibir Kelvin.

"Bunda maafin Asya, Asya gak sengaja..." ucap nya frustasi.

"Tahan tahan"

"Tenang Asya, tenang..."

"Oke, mulai seperti biasanya. Anggap aja tadi gak terjadi apa-apa" monolog Asya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

Namun pintu toilet tiba-tiba terbuka, Moza langsung menerobos pintu itu dan menghampiri Asya dengan suasana hati panik, "Kak, lu gapapa?"

Asya mematung dan menganggukkan kepalanya. Moza sedikit menghembuskan deburan nafasnya tenang, ia kira Asya akan menyakiti dirinya sendiri lantaran merasa malu. Tapi kemudian Moza langsung mengangkat alisnya mencoba menggoda Asya, "Gimana Kak? Enak gak?"

"Ngapain lu nanya-nanya?! Ya enak lah" jawab Asya dengan cengiran khasnya di akhir kalimat. Moza langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Becanda gue. Jangan tanya-tanya lagi, gue gak mau bahas masalah itu. Btw, Kelvin marah ya?" tanya Asya ragu-ragu.

"Kak Kelvin? Gak tuh, malahan dia diem dari tadi kayak orang kena sawan"

Kelvin masih duduk termenung dimeja kantin. Semua teman-temannya sudah mencoba untuk mengajak pria itu berbicara. Tetapi mereka tidak berhasil, Kelvin masih diam dan terus menyentuh bibirnya.

"Nyerah gue nyerah," ucap Aland. Ia sudah lelah mengajak Kelvin berbicara namun tetap tidak ada jawaban dari pria itu.

"Gue tau" ujar Alex tiba-tiba. Aland dan semua sahabat Asya langsung menatap Alex dengan tatapan serius.

Pria itu sudah ancang-ancang ingin memukul kepala Kelvin. Mungkin dengan cara ini temannya akan sadar.

PLAK

"WOI!"

"Sakit anjir!"

"Lu apa-apaan sih?!" sentak Kelvin.

Semua orang merasa lega, akhirnya Kelvin sudah sadar. Namun ada yang berbeda dari pria itu. Mengapa pipi Kelvin seperti merona? Bahkan telinga pria itu juga berwarna merah seperti sedang menahan rasa malu nya.

"Bang, muka lu kenapa?" tanya Rasya heran.

Kelvin spontan memegang kedua pipinya. Ia segera beranjak dari kantin dan pergi menuju taman belakang. Langkahnya sengaja ia percepat karena Kelvin sudah tidak tahan lagi, dan ia juga ingin menenangkan perasaannya disana.

Pria itu memilih untuk duduk dibalik pohon yang begitu besar. Ia menyenderkan tubuhnya dan membiarkan angin sepoi-sepoi itu untuk mengenainya. Kelvin sedikit merasa tenang, ia menaruh salah satu tangannya diatas rerumputan. Namun Kelvin merasakan jika tangannya tiba-tiba terasa hangat.

Pria itu menatap tangan kekarnya, ia menemukan sebuah tangan yang sudah mendarat diatas tangannya. Karena merasa terkejud, Kelvin langsung berbalik dan menemukan Asya yang juga tengah bersandar dibalik pohon itu.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now