37.

1K 180 36
                                    

"Kenapa ke rumah sakit lagi?" Tanya Vivi begitu mobil online yang membawanya ke rumah sakit berhenti.

"Ini bukan rumah sakit. Ini pusat otopsi punya kepolisian." Ucap Viny, ia membuka pintu samping mobil dan langsung keluar.

"Bentuknya kayak rumah sakit." Gumam Vivi lalu ia buru-buru menyusul Viny, "Kenapa cuma gue sama Chika doang? Kenapa gak bawa Mira, Ara, sama Fiony?"

Viny menoleh, "Karena kalian berdua udah cukup."

Setelah Vivi melakukan tes darah dan tes urin untuk mengetahui apakah Vivi benar-benar terkontaminasi dengan kokain atau tidak, Viny membawa Mira, Ara, dan Fiony pulang ke rumah masing-masing. Viny juga menjelaskan apa yang terjadi di sekolah kepada orang tua Mira dan Ara, dan mengatakan kalau ia yang akan mengurus sisanya.

Orang tuanya Mira dan Ara sama sekali tidak marah atas hal itu, bahkan mereka senang karena anak mereka bisa menyelamatkan nyawa orang meskipun faktanya anak mereka masuk ke dalam club dan menonton penari striptis.

Vivi dan Chika berjalan di belakang Viny, mereka baru pertama kali berada di tempat seperti ini. Secara sekilas tempat ini hampir sama seperti rumah sakit, bahkan baunya pun persis bau rumah sakit yang khas.

Viny menekan tombol kecil di samping pintu dan pintu itu bergeser ke samping, ia masuk ke dalam sebuah ruang kecil dan panjang yang digunakan untuk menonton otopsi yang sedang berlangsung.

"Dia adalah korban yang semalem kita temuin. Otopsinya bentar lagi selesai." Ucap Viny.

Vivi berjalan mendekat kaca tembus pandang pemisah antara ruang tunggu dan ruang otopsi, "Udah tahu identitasnya?"

Viny menggeleng, "Belum."

Chika duduk di kursi tunggu, ia melihat sebuah layar kecil yang menampilkan keadaan di dalam ruang otopsi dengan lebih jelas, "Korbannya perempuan?"

"Ya, usia sekitar 16-18 tahun."

"Anak SMA." Gumam Vivi, ia duduk di samping Chika dan ikut menonton lewat layar kecil.

Chika mengerutkan keningnya, ia menunjuk ke layar yang menampilkan wajah korban, "Kulit wajahnya gak ada?"

Vivi dan Viny mengangguk bersamaan, Viny menghela napas panjang, "Kulit wajah dan sidik jarinya udah disayat."

Vivi mengusap kedua lengannya, ia bergidik ngeri, "Mengerikan."

"Tapi lo semalem bisa tidur nyenyak. Gue baru bisa tidur jam 4 pagi." Sinis Viny.

Vivi tertawa kecil, "Karena dipeluk Chika, rasanya semua mimpi buruk jadi mimpi indah."

Chika mencubit lengan Vivi, "Diem ah."

"Iya-iya."

Viny melipat kedua tangannya ke depan dada, setelah ini semua mimpi indahnya akan berubah menjadi mimpi buruk karena Shani sudah mengakhiri hubungan dengan dirinya. Ia juga masih belum berani menghubungi Shani, takut kalau Shani akan semakin marah kepada dirinya.

Vivi menegakkan tubuhnya saat proses otopsi sudah selesai dilakukan. Seorang dokter yang melakukan otopsi kini masuk ke dalam ruangan yang sama dengan dirinya untuk melaporkan hasil otopsi. Terlihat kalau Viny dan dokter otopsi itu sudah lama saling mengenal, karena Viny tidak menggunakan bahasa formal ketika berbicara dengan dokter otopsi itu.

“Gimana hasilnya?” tanya Viny tanpa berniat untuk berbasa-basi terlebih dahulu.

“Serius, Vin? Gak perkenalan dulu?”

Viny menghela napas panjang, ia menunjuk ke arah Vivi dan Chika yang sudah berdiri, “Yona, ini Vivi sama Chika. Vivi, Chika, ini Yona dokter bedah otopsi di tempat ini.”

AlmostWhere stories live. Discover now