12.

1K 176 38
                                    

"Siang ini balik ke Jakarta, ya." Ucap Vivi sambil membasuh kedua tangannya di wastafel.

Ara mengangguk, ia mengambil dua lembar tisu dan mengeringkan tangannya, "Dari sini kita langsung balik."

"Kenapa gak naik kereta lagi, ya?"

"Lebih irit mungkin."

Vivi mengambil tiga lembar tisu dan mengeringkan tangannya, "Gue lebih suka naik kereta, kalo naik bis suka mules. Sopirnya ugal-ugalan."

"Loh, elo gak tahu?"

Vivi menoleh, "Tahu apa?"

"Sopirnya mantan pembalap F1, temennya Dani Pedrosa."

Vivi mengerutkan keningnya, "Dani Pedrosa itu pembalap MotoGP."

"Oh, kebalik dong."

"Kalo pembalap F1 itu Sebastian yang jadi penyanyi cilik itu, temennya Iqbal."

Ara menaikkan satu alisnya ke atas, "Itu Bastian, bangsat."

Vivi tertawa kecil, ia melempar tisu ke dalam keranjang sampah lalu berjalan keluar dari kamar mandi.

Ara mengikuti Vivi dari belakang, ia bingung saat suasana restoran sudah mulai sepi, "Pada kemana nih orang?"

"Udah selesai mungkin, ayo cepet, nanti ketinggalan bis."

"Mira?"

"Ada dua kemungkinan, Mira udah selesai dan nunggu kita di bis atau Mira nunggu kita di depan restoran." Ucap Vivi.

Ara memicingkan matanya, ia tersenyum tipis, ia menunjuk ke depan restoran, "Dan ini kemungkinan yang kedua."

Vivi mengikuti arah jari telunjuk Ara dan ia mendapati Mira sedang berbicara dengan salah satu perempuan yang sangat cantik. Tentu saja Mira memilih untuk menunggu mereka di depan restoran, ada umpan yang sangat pas untuk Mira.

"Ikan udah gigit umpannya."

"Tinggal narik benangnya." Imbuh Ara.

"Ayo beraksi."

"Ok."

Mira mencondongkan kepalanya, perempuan asing di sebelahnya ini sedang memperlihatkan foto anak anjing, "Wah, lucu banget. Pasti ngurusnya susah?"

"Gak juga, seminggu sekali dibawa ke dokter hewan buat pemeriksaan rutin. Setiap sore dibawa jalan-jalan, diajak main. Seru banget."

Mira tersenyum, "Aku gak terlalu pandai melihara anak anjing, nanti kalo aku punya anjing, aku telfon kamu, ya?"

"Boleh," perempuan itu mengulurkan tangannya, "hapemu, aku kasih nomer telfonku."

Ikan sudah menggigit umpannya, tinggal menarik benang dan mengeluarkan ikan dari dalam sungai.

Mira hendak mengeluarkan ponsel saat tiba-tiba seseorang berdiri di sampingnya dan menatap tajam ke arah dirinya.

"Oh, jadi gini? Aku tinggal ke kamar mandi bentar trus godain cewek lain?" Ucap Ara, ia melipat kedua tangannya ke depan dada.

"Loh Mira?" Vivi muncul di sela-sela antara Mira dan perempuan itu, ia bergelayut manja di lengan Mira, "Syukurlah kita ketemu. Aku kangen banget sama kamu."

Ara menatap sebal ke arah Vivi, "Dia siapa, Mira? Cepet jelasin dia siapa?"

"Mira, gak mungkin kamu lupa sama aku, kan? Semalem aja kita tidur bareng." Ucap Vivi.

Mira menoleh ke samping, perempuan yang ia ajak bicara tadi sudah menghilang entah kemana. Ah sial, gara-gara dua teman kurang ajarnya ini. Ia jadi gagal mendapatkan nomer telepon perempuan itu, padahal tinggal sedikit lagi sampai tiba-tiba temannya ini muncul mendadak.

AlmostDonde viven las historias. Descúbrelo ahora