7.

1.1K 173 24
                                    

"Gak siap-siap?" Tanya Chika sambil berdiri di depan cermin membenarkan dasi di seragamnya. "Udah jam setengah tujuh."

Vivi menggeleng pelan, ia masih fokus dengan layar lebar di depannya itu. "Duluan aja."

"Kamu dari semalem di situ terus, emang gak tidur?"

"Tidur kok, jam 1-2, trus bangun, ngerjain ini."

Chika menghela napas panjang, ia mengambil tasnya yang tergeletak di atas kasur, "Aku berangkat dulu."

"Oke."

Vivi harus mengerjakan pekerjaannya yang ditawarkan kepada dirinya dengan bayaran 10 juta rupiah. Dua hari yang lalu ia diminta untuk mengirimkan sketsa kasarnya terlebih dahulu supaya dicek oleh pihak yang bersangkutan, kalau seandainya mereka setuju, maka Vivi akan melanjutkan pekerjaannya. Kalau ada yang salah, maka Vivi harus merevisi terlebih dahulu.

"Oh, bentuk rel kereta kayak gini." Gumam Vivi, ia menggeser-geser gambar rel kereta api di layar komputernya.

Vivi mengambil pensilnya dan mulai menggambar di atas kertas. Ia terbiasa membuat sketsa kasar dan halus di kertas, baru setelah itu ia masukkan ke komputer untuk pengecekan, dan kemudian lanjut ke pewarnaan dan yang lainnya.

Drrtt. Drrtt.

Vivi menoleh saat telepon berkabelnya bergetar, seseorang sedang menelfon dirinya. Ia kembali melanjutkan menggambarnya sambil menunggu pesan suara dari si penelfon itu. Di rumah ini ada 3 telepon berkabel, satu berada di kamarnya Viny dan Shani, satu berada di kamarnya Vivi, dan satu lagi berada di samping sofa.

"Selamat pagi, Viona Fadrin. Saya ingin membatalkan kontrak tawaran pembuatan animasi iklan--"

Vivi seketika langsung berdiri, menyebabkan kursinya jatuh ke belakang. Ia mengambil gagang telfonnya dan menempelkan ke telinganya. Ia harus mengonfirmasi sendiri mengapa orang ini tiba-tiba membatalkan kontrak dengan dirinya.

"Apa? Batal?"

"Iya."

"Kenapa?"

"Bagian 3D yang akan mengerjakan animasi iklan ini."

Vivi mengacak rambutnya kasar, ia melihat hasil kerjaannya, "Bukannya ini diserahkan ke animator?"

"Tapi setelah melihat contoh 3D, sutradara memutuskan menggunakan itu. Katanya, hasilnya lebih keren. Lagipula anda belum mengerjakannya, bukan?"

"Belum?!" Bentak Vivi, ia mengepalkan tangan kirinya. "Saya sudah selesai 75%!"

"Tapi, kan, anda belum selesai. Kalau kerjaan supervisi animator harus diutamakan, keyframe-nya nanti bisa keteteran."

"Keyframe? Bukannya dari awal sketsa kasar sampe final, saya yang ngerjain?"

"Tidak. Sutradara bilang kalau keyframenya terlalu lama dibuat dan terlalu mahal, jadi diganti dengan 3D."

"Apa gak bisa nunggu bentar?!"

"Tapi kami tidak membutuhkan keyframenya."

"Tidak butuh?!" Vivi mengusap kasar wajahnya, "Maksudnya, kalo udah ada animator 3D, animator 2D gak diperluin lagi?!"

"Kam-"

"-kalo pengen yang simpel, murah, dan cepet. BIKIN SENDIRI!!" Vivi meletakkan gagang telepon dengan kasar, sampai terdengar suara benturan yang cukup keras.

Vivi melihat hasil sketsa kasarnya yang sudah hampir selesai, kerja kerasnya selama dua hari dua malam, sampai mengorbankan waktu tidurnya, terbuang sia-sia.

AlmostWhere stories live. Discover now