34.

1.1K 183 79
                                    

"Kak, bangun." Ucap Shani sambil menguncir rambutnya, ia melirik ke arah Viny yang masih bersembunyi di balik selimut.

Shani turun dari atas kasur, "Kak, udah siang."

Viny menutup kepalanya dengan selimut, "Aku pengangguran, bangun pagi buat apa? Nyaingin Rembo?"

"Terserah." Gumam Shani, ia berjalan keluar dari kamar.

Begitu ia membuka pintu dan hendak menuju kamar mandi, ia disambut oleh pemandangan yang sangat jarang terjadi. Langsung saja Shani kembali masuk ke dalam kamarnya, menarik selimut serta Viny untuk ia bangunkan secara paksa. Mana mungkin Viny melewatkan momen seperti ini.

"Apa, sih?!" Kesal Viny.

Shani meletakkan ibu jari di depan bibirnya, "Jangan banyak tanya, liat aja di luar ada apa."

Viny mengerutkan keningnya, ia berjalan keluar, senyumnya tersungging melihat Vivi dan Chika tidur bersama dalam satu sofa. Posisi Vivi berada di bawah dan Chika berada di atas, tidur dua orang di atas sofa memang sedikit menyulitkan, tapi posisi Vivi dan Chika malah membuat mereka berdua terlihat romantis.

Viny sudah menebak kalau ia akan menemukan pemandangan seperti ini, tapi ia tidak menduga akan secepat ini. Baru sebulan Vivi dan Chika dekat, sekarang mereka berdua sudah tidur bersama sambil berpelukan.

Shani berjalan mendekati Viny, ia berbisik, "Mereka gak make out, kan?"

Viny menoleh, ia terkekeh pelan, kepalanya menggeleng, "Gak lah."

"Yang bener?"

"Iya."

"Buktinya?"

"Pertama, aku semalem baru tidur jam 4 pagi dan gak denger suara desahan. Kedua, Vivi sama Chika masih pake pakaian yang semalem. Ketiga, gak mungkin mereka make out di tempat terbuka kayak gini. Keempat, posisi bantal sofa gak jatuh ke bawah. Semua bukti itu bisa menguatkan kalo mereka berdua cuma tidur bareng."

"Syukurlah kalo gitu." Gumam Shani, ia menghela napas lega. Ia sempat takut kalau Vivi dan Chika benar-benar melakukan hal itu.

Viny tersenyum miring, "Tapi aku penasaran apa yang mereka obrolin semalam."

"Emang kamu gak tahu mereka ngobrolin apa? Katanya kamu tidur jam 4."

"Kan, semalem hujan deres. Aku gak dengerlah."

"Berarti kamu gak akan denger kalo mereka make out."

"Shan, percaya deh. Telingaku bakal langsung sensitif kalo denger desahan."

Shani menaikkan satu alisnya ke atas, mencoba mencerna apa yang dikatakan Viny barusan, "Coba bilang apa?"

"Em, anu, gak. Telingaku gak kenapa-kenapa."

"Awas kalo kamu macem-macem."

Viny menahan tangan Shani ketika Shani hendak pergi ke arah dapur, ia meletakkan telunjuk di depan bibir lalu matanya melirik ke arah Christy yang baru keluar dari kamarnya Vivi dan kini berjalan lurus menuju sofa tanpa menyadari keberadaan Viny dan Shani.

Viny tertawa pelan, "Biji kuaci sedang mencari kulitnya, dan akan terdengar suara yang khas--"

"--kak Vivi." Christy mengusap kelopak mata kanannya, ia menarik lengan baju Vivi.

Viny tersenyum lebar, "Tepat sekali."

Vivi mengulurkan tangan kanannya, ia menarik Christy agar naik ke atas sofa dan ikut tidur bersama dirinya dan Chika. Christy menarik baju Vivi dan naik ke atas sofa, ia berbaring di samping tubuhnya Vivi dengan tangan Vivi sebagai penyangganya.

AlmostWhere stories live. Discover now