30.

1.1K 175 43
                                    

"Polisi. Polisi. Polisi."

Ara menatap malas ke arah Christy yang melompat-lompat seperti anak kucing, "Girang banget liat polisi."

"Chik, jagain." Ucap Vivi sambil memberikan Christy kepada Chika, di  dalam kondisi seperti ini, tidak baik membiarkan anak TK berkeliaran sendirian.

Vivi berjalan menghampiri Viny yang sedang mengobrol dengan Lidya, "Kak Viny."

Viny menoleh ke belakang, ia berbisik ke arah Lidya sebentar dan diangguki oleh Lidya lalu Lidya berjalan pergi. Viny menunggu Vivi menghampirinya, ia tidak mau memaksa kakinya untuk berjalan-jalan lagi. Ia sudah lelah terus berjalan seharian ini.

Vivi melihat ke sekeliling, "Di rumah sakit?"

Viny mengangguk, ia melirik ke orang-orang di belakang Vivi, "Kenapa bawa pasukan? Chika juga kenapa bawa kendi?"

"Ya, lo bilang ada kasus. Otomatis semuanya juga ngikut. Kalo kendi itu bonus."

"Oh."

"Gimana? Kasus apa?" Tanya Vivi yang sudah tidak sabar.

"Kasus biasa. Gue udah tahu pelakunya."

Vivi mengerutkan keningnya bingung, "Trus kenapa lo minta gue ke sini?"

"Tes."

Vivi berdecak sebal, ia menatap malas ke arah Viny. Seharusnya ia sudah tahu kalau Viny tidak akan membutuhkan bantuannya karena Viny adalah seorang detektif. Menyesal sudah ia buru-buru ke rumah sakit, mendatangi Viny yang ia pikir sangat membutuhkan bantuannya.

"Ini yang terakhir, gue janji. Kalo lo bisa, gue bakal sepenuhnya percaya sama elo dan lo ikut setiap kasus yang gue tangani. Gimana?"

"Ini kasus sulit?"

"Gak terlalu."

Vivi menghembuskan napas panjang, kepalanya mengangguk, "Oke. Gue ambil. Petunjuk?"

Vivi bisa memecahkan misteri sebelum-sebelumnya dengan mudah, ia pasti bisa menyelesaikan kasus ini dengan cepat, apalagi setelah melihat wajah Viny yang seperti mengejek dirinya, ia yakin dengan sepenuh hati kalau kasus ini sebenarnya sangat mudah.

Keadaan di rumah sakit cukup tenang, hanya beberapa polisi yang keluar masuk, beberapa pasien dan pengunjung rumah sakit ada yang penasaran dengan apa yang terjadi, ada juga yang cuek dan memilih untuk jauh-jauh dari tempat ini.

"Mira."

Mira menoleh ke belakang, ia tersenyum tipis melihat perempuan cantik dengan pakaian rapi yang berbalut jas putih khas seorang dokter. "Mamah."

Ara sedikit terpesona dengan kecantikan mamahnya Mira, walaupun tadi pagi ia juga sudah melihat mamahnya Mira yang mengantarkan seragam ke apartemennya Mira. Tapi sekarang saat ia melihat mamahnya Mira mengenakan pakaian formal lengkap dengan jas putih, membuat mamahnya Mira terlihat sangat cantik.

Chika menyikut lengan Ara, "Mau macem-macem?"

Ara mengerjap, kepalanya menggeleng cepat, "Enggak lah."

"Ratu Jahat suka sama yang cantik." Ucap Christy tiba-tiba.

Ara menoleh, ia menatap Christy yang berdiri di samping Chika. Rasanya setiap kali ia melihat Christy, ia ingin merobek mulut Christy. Ia bingung kenapa Christy selalu saja mengganggunya, padahal ia tidak pernah mengganggu Christy, kecuali saat ia meninggalkan Christy ke dalam kolam ikan.

"Jangan." Fiony menahan lengan Ara, mencegah agar Ara tidak melakukan kekerasan kepada Christy.

"Tante, aku mau nanya." Ucap Ara.

AlmostWhere stories live. Discover now