25.

999 180 70
                                    

"Gue sama Chika saudara kembar." Vivi menghampiri mobil bak terbuka penjual tahu bulat. "Bang, beli 5000 gak pake apa-apa."

"Dapet plastik aja dong, Neng."

"Bisa-bisa. 8/10 lah." Vivi tertawa kecil, ia mengibaskan tangannya, "Sama tahu bulatnya dong, Bang, gak usah pake bumbu-bumbu."

"Siap, Neng."

Ara menarik pundak Vivi agar menatap ke arahnya, "Ngomong apa lo?"

"Gak usah pake bumbu-bumbu."

"Sebelumnya."

Vivi mengerutkan keningnya, "Bisa-bisa. 8/10."

"Sebelumnya." Kesal Ara.

"Beli 5000 gak-"

"Sebelumnya!"

Vivi menaikkan satu alisnya ke atas, "Gue sama Chika saudara kembar."

"WHAT? KEMBAR?!!" Teriak Ara secara mendadak.

Vivi hampir terjatuh ke wajan penggorengan tahu bulat kalau saja tidak berpegangan dengan tangan Mira. Teriakan Ara mampu membuat orang-orang menoleh ke arah mereka berdua, bahkan abang tahu bulat pun mengurungkan niat untuk memberikan bonus kepada Vivi.

"Gue tahu kalo ini mendadak dan mengejutkan." Vivi mengeluarkan uang lima ribuan dan ia berikan kepada abang itu, ia kembali menatap Ara sambil tersenyum. "Tapi itu kenyataannya."

"Ada akta kelahirannya." Imbuh Mira.

Ara mengusap kasar wajahnya, "Ini bener-bener gila."

"Ini masih rahasia, jadi lo harus tutup mulut." Vivi berjalan masuk ke dalam gerbang sekolahnya.

Ara memicingkan matanya, "Pasti ada sesuatu yang kalian rencanain. Diliat dari wajah kalian yang babak belur dan Vivi paling parah, pasti kalian berdua abis berantem."

Mira berjalan di samping Vivi, "Itu masalah kecil."

"Vivi tahu kalo lo suka sama Chika?"

"Ya."

"Dia nyium Chika juga." Imbuh Vivi.

Ara memukul kepala Mira sampai tubuh Mira terdorong ke depan, "Tolol!"

"Kenapa, sih?!" Kesal Mira, "Apa salahnya coba?"

"Peraturan dalam pertemanan itu jangan cium orang yang disukai temennya sendiri, sekalipun lo juga suka."

"Yaudah sorry." Mira menunjuk plester di pipinya, "Gue juga udah kena imbasnya."

"Tapi Vivi lebih parah. Lo kurang ajar jadi temen. Dasar temen makan temen." Sinis Ara.

Vivi memberikan tahu bulatnya kepada Ara, "Akhirnya ada yang berada di pihak gue."

Ara menggigit tahu bulat itu, keningnya berkerut, "Kenapa rasanya enak? Padahal gak ada bumbunya?"

"Karna ini murni kulit manusia." Jawab Vivi asal.

"Gak gitu juga, bang."

Vivi tertawa kecil, ia menusuk satu tahu bulat lalu ia perlihatkan kepada Mira. "Kulit manusia, 500 rupiah per centi."

Mira ikut tertawa, ia pura-pura mengeluarkan uang dari kantong sakunya. "Saya beli 2 meter persegi, tapi ada diskon."

"Boleh, nanti saya kasih yang masih ada dakinya."

Mira bergidik ngeri, ia menendang pantat Vivi. "Jorok lu."

Vivi berbalik, ia berjalan mundur sambil mengunyah tahu bulatnya untuk menghindar dari pukulan atau tendangannya Mira.

AlmostWhere stories live. Discover now