22.

918 157 29
                                    

Mira menatap Chika, ia tersenyum tipis, "Aku suka sama kamu."

Chika terdiam. Disaat seperti ini Mira menyatakan perasaan kepada dirinya, terdengar aneh tapi terasa hangat, sangat berbeda saat Vivi mengucapkannya. Apakah mungkin karena Vivi sudah mengatakan berkali-kali sehingga terasa biasa saja? Atau memang ada sesuatu yang berbeda dari Mira?

Mira menarik tangan Chika ke arah roller coaster, ia mengangkat HT yang ia pegang lalu ia lempar ke arah mesin penggerak roller coaster. Ia mendorong Chika agar naik ke kereta luncur terlebih dahulu.

"OLLA!!" Teriak Mira sambil duduk di samping Chika.

"Sial!" Kesal Olla, ia menambah kecepatan larinya dan melompat ke kereta luncur.

Pengaman roller coaster sudah turun dan kereta itu bergerak cepat meninggalkan Mario yang kesal sendiri karena target yang ia incar kembali lolos tepat di depan matanya.

Mira menghela napas lega, ia memegang pengaman di depan tubuhnya, "Akhirnya, ya Allah."

"Ah!" Pekik Olla.

Mira menoleh, ia tidak bisa bergerak karena tertahan oleh pengaman, "Kenapa, La?"

Olla melihat lengan kanannya yang berdarah dan semakin lama semakin terasa sakit, "Kayaknya gue kena."

"HAH?!"

"Sakit, tapi gapapa." Ucap Olla, ia meringis menahan rasa sakit.

Mira melirik jam tangannya, "Tahan dulu, bentar lagi kita sampai. Ini deket lintasannya."

Chika menoleh, ia melihat Mira yang sedang mengawasi daerah sekitar lintasan ini. Perkataan Mira barusan membuatnya menjadi semakin kepikiran. Ia menduga kalau Mira menyukainya, tapi kenapa reaksinya seperti ini, ia seolah tidak mau Mira menyukainya. Ini semua akan terasa sulit, disaat ia terjebak dengan perasaannya Vivi, ternyata ia juga terjebak diperasaanya Mira.

"Ah, itu dia." Pekik Mira, ia menunjuk ke depan saat melihat perhentian roller coaster.

Mira membulatkan kedua bola matanya begitu melihat seorang laki-laki berlari ke arah perhentian. "Gawat! Itu Mario!!"

"Emang roller coaster gak bisa puter balik?" Tanya Olla.

"Emang ini bisa berhenti?" Tanya Chika, "Mesin kontrolnya kan kamu rusak."

"Ah, iya. Aku lupa. Kenapa harus aku rusak mesin kontrolnya, sih?" Kesal Mira.

"Kita bakal dipanggang di roller coaster sampe polisi dateng." Gumam Olla.

"Ya, sorry!" Seru Mira sambil meluapkan kekesalannya.

Sesuai perkiraannya Chika, roller coaster yang mereka naiki tidak berhenti di tempat perhentian dan sekarang mereka akan menuju ke tempat di mana mereka naik lagi. Untung bagi mereka karena bisa lolos dari Mario, tapi sepertinya keberuntungan mereka hanya sampai di sana saja. Tepat di tempat mereka naik sudah terdapat roller coaster kosong, roller coaster yang mereka naiki akan menghantam roller coaster itu.

"WOY, KITA BAKAL NABRAK!!!" Teriak Mira.

Chika mencoba melepas pengaman, tapi tidak bisa karena sistemnya otomatis dan hanya terlepas saat roller coaster yang mereka naiki berhenti bergerak.

Mira berdecak sebal, ia ikut mendorong lepas pengamannya tapi tidak bisa. "Ini kenapa sih, lengket banget sama gue?"

"Bakal lepas kalo roller coasternya berhenti." Ucap Chika.

Olla menghela napas panjang, "Udahlah gue pasrah aja."

"Olla! Lo gak boleh nyerah gitu aja!" Ucap Mira.

AlmostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang