23.

930 153 35
                                    

“Bilang kalo lo gak suka Chika.”

Mira masih menatap Vivi, sedari tadi tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya, ia takut kalau ia mengucapkan sesuatu yang malam memperburuk hubungan antara dirinya dan Vivi. Tapi ia sudah menerobos batas yang ia buat sendiri, ia tidak bisa kembali lagi.

“Please, bilang kalo lo gak suka Chika.” Lirih Vivi, kini suaranya terdengar seperti orang yang putus asa.

Hanya satu harapan yang dimiliki Vivi saat ini, ia rela kehilangan semuanya asalkan ia mendengar kalimat ‘ya, gue gak suka Chika’ keluar mulut Mira. Itu keinginannya kali ini, ia tidak akan meminta apa-apa lagi. Ia sangat menginginkan Mira meralat kalimat yang ia dengar saat di rumah sakit tadi.

“Sorry, Vi.”

Vivi menggelengkan kepalanya, kelopak matanya sudah tidak bisa menampung air matanya dan bersiap untuk terjun bebas. “Please.”

“Sorry.” Ucap Mira, ia menatap Vivi, meyakinkan dirinya untuk mengakui perasaannya saat ini. “Gue suka sama Chika.”

Lemas sudah seluruh otot di tubuhnya, harapan satu-satunya hilang. Ia sudah menduga akan mengalami kejadian seperti ini saat ia mengetahui tipe orang yang disukai Mira lewat Ara. Ia tahu kalau Ara berbohong kepada dirinya dan mengatakan kalau tidak tahu siapa yang disukai Mira. Ia tahu semuanya, tatapan mata Mira tidak akan pernah berbohong.

“Gue suka sama Chika.” Ulang Mira.

“Kenapa? Kenapa lo suka sama Chika?” Vivi mengangkat kepalanya, ia mengusap air matanya yang membasahi pipinya, ia tertawa getir, “Ara bilang lo suka sama seseorang yang sempurna. Chika bukan orang yang sempurna.”

“Emang.”

“Trus kenapa lo masih suka sama Chika?”

Mira mengendikkan bahunya, ia tersenyum tipis, “Karna gue gak mau sempurna. Gue mau Chika.”

“Lo egois, Mir.”

Mira mengerutkan keningnya, ia menunjuk dirinya, “Gue egois? Apa gue gak salah denger, bukannya elo yang egois? Elo pake rompi anti peluru dan lo keliatan baik-baik saja, sementara Chika di luar sana diincer sama laki-laki gila.

“Apa jadinya kalo di sana gak ada gue? Gimana kalo waktu Chika didorong dari halte dan gue terlambat nyelametin Chika? Gimana kalo kak Viny gak bantuin gue? Nyawanya Chika terancam dan lo malah enak-enakan tiduran di kasur.”

Mira mengepalkan kedua tangannya, ia berjalan menghampiri Vivi, tangannya meraih kerah piyama rumah sakit, “Lo egois! Manusia paling egois yang pernah gue temui. Lo biarin Chika jadi satu-satunya target. Lo cuma mentingin diri lo sendiri.”

Awalnya Mira sama sekali tidak mau bertemu dengan Vivi setelah kejadian tadi, ia takut tidak bisa mengontrol emosinya dan menjadi hilang kendali, dan sekarang ia sudah tidak bisa menahan dirinya sendiri. Ia meluapkan semuanya kepada Vivi.

“Gue cuma ngetes lo doang, buktiin apakah lo punya rasa sama Chika atau enggak.”

“Ngetes lo bilang?”

“Iya.”

Mira mendorong tubuh Vivi ke belakang, ia melayangkan satu pukulan tepat di pipi kiri Vivi, “Chika hampir mati, Olla kena tembakan dan lo bilang cuma buat ngetes?”

Tubuh Vivi jatuh berguling ke samping kanan, walaupun ia memakai rompi anti peluru, tapi rompi itu hanya melindungi badannya saja, tangan dan kakinya tidak terlindungi. Ia mendapat operasi kecil di lengan kanannya, dan tubuhnya belum fit 100%, ia terlalu banyak kabur saat malam hari, sehingga tubuhnya tidak sembuh secara maksimal.

AlmostWhere stories live. Discover now