16. Mayleen Yang Menyebalkan (2)

12.5K 2K 58
                                    

Beberapa helai rambut rontok terlihat di telapak tangan seputih kertas Mayleen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa helai rambut rontok terlihat di telapak tangan seputih kertas Mayleen.

Bukannya merasa bersalah melihat rontokan rambut tersebut, ia malah tersenyum senang. Membuat pria yang dijambaki tadi bergidik ngeri dan perlahan menjauh seraya mengusap kepalanya yang nyut-nyutan.

Asal kalian tahu, jambakan Mayleen sangat tidak main-main sakitnya. Sekarang saja kulit kepalanya masih sangat sakit.

Pandangan Mayleen teralihkan ke arah Pangeran Wu Tianzhi yang mengambil jarak aman. Kening wanita cantik itu mengerut dengan bibir yang melengkung ke bawah. "Kenapa menjauh? Lukaku belum selesai di perban."

Pangeran Wu Tianzhi menghela nafas kasar. "Jangan menjambak rambutku lagi."

"Ish, iya, iya."

"Janji?" Tanyanya bak memperlakukan anak kecil.

"Iya. Janji." Renggut Mayleen sebal.

Pangeran Wu Tianzhi mendekat lagi. "Duduk lah yang manis sampai aku selesai memperban lukamu."

"Iya, sayang."

Senyum kembali menghiasi bibir Pangeran Wu Tianzhi. Ah, dia memang selalu lemah jika dipanggil manis oleh istrinya itu.

Dengan cekatan Pangeran Wu Tianzhi membalut luka Mayleen sampai selesai. Untungnya si Mayleen duduk manis saja sambil memperhatikan Pangeran itu intens.

Tatapannya tertuju pada mata sipit, hidung mancung, bibir kissable, dan wajah sempurna tanpa cela Pangeran Wu Tianzhi. Ia begitu mengagumi ketampanan suaminya dalam diam.

Kala lukanya sudah selesai di perban, Pangeran Wu Tianzhi membantu Mayleen berpakaian. Tentunya dengan sangat hati-hati supaya luka Mayleen tidak semakin sakit.

Tidak hanya itu, Pangeran Wu Tianzhi juga menyisir rambut hitam nan panjang Mayleen.

Pria itu sudah begitu terlatih dalam mengurus seorang perempuan. "Kau sudah cocok menjadi ayah, Tian." Kikik Mayleen mengemukakan pemikirannya barusan.

"Benarkah?" Pertanyaan Pangeran Wu Tianzhi terdengar sangat antusias sehingga membuat Mayleen semakin terkekeh geli.

"Iya, sayang."

Pria itu tiba-tiba memeluknya dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu Mayleen. Tangannya mengusap perut rata Mayleen penuh kelembutan. "Semoga saja anak kita segera hadir di dalam perutmu, istriku. Aku sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Pasti akan sangat menyenangkan rasanya memiliki seorang anak."

Hati Mayleen menghangat dan perutnya terasa dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu. Ia pun tidak sabar menunggu kehadiran calon anak mereka di dalam perutnya. Ah, membayangkan punya anak saja sudah terasa sangat membahagiakan apalagi mempunyainya langsung.

"Bagaimana denganmu, istriku? Apakah kau sama tidak sabarnya sepertiku?" Tanya Pangeran Wu Tianzhi terdengar menuntut.

Mayleen tertawa kecil dan meletakkan tangannya di atas tangan Pangeran Wu Tianzhi. "Tentu saja sama sepertimu. Aku juga sudah tidak sabar untuk punya anak."

"Ah, bagaimana kalau kita angsur membuatnya dari sekarang?"

Mayleen menjauhkan tangannya dan melepaskan diri dari pelukan sang suami. Ia berbalik dan menatap suaminya kesal. "Bisa tidak sih jangan mesum terus?"

Pangeran Wu Tianzhi menaik turunkan alisnya menggoda. "Tidak bisa, istriku. Kau selalu membangkitkan imajinasi liarku." Pria itu meringis kesakitan saat rambutnya kembali dijambak.

"Astaga, istriku. Jangan menjambak rambutku lagi." Ujarnya panik seraya menahan tangan mungil Mayleen.

Mayleen tersenyum miring. "Otak mesum mu perlu diberi sedikit goncangan." Menyingkirkan tangan sang suami dan mulai menjambaki rambut Pangeran Wu Tianzhi dari dua sisi. Kanan dan kiri.

Wanita cantik itu sama sekali tidak mempedulikan jeritan suaminya karena yang ada di dalam otaknya hanya lah melanjutkan kesenangannya yang tertunda tadi.

Entah kenapa, menyenangkan sekali rasanya menjambak rambut suaminya itu.

Pangeran Wu Tianzhi yang tidak bisa menahan rasa sakit lagi akhirnya menyentakkan kedua tangan Mayleen dan menguncinya lalu menghempaskan tubuh Mayleen ke tempat tidur serta menguncinya.

Eh, bukannya ketakutan, Mayleen malah tertawa riang seperti anak kecil yang mendapatkan mainan sehingga membuat Pangeran Wu Tianzhi jadi tidak tega untuk memarahi.

Pangeran tampan itu hanya bisa menghela nafas sabar.

"Akhh!"

Tiba-tiba saja wanita cantik itu mendesis kesakitan. Membuatnya panik. "Kenapa, istriku?"

"Tanganku sakit karena doronganmu tadi."

Pangeran Wu Tianzhi mengerjap pelan.

'kenapa baru sekarang terasanya?' pikirnya.

"Menjauh lah dariku, kau menindih lenganku yang terluka!"

Sontak Pangeran Wu Tianzhi bangkit dari atas tubuh Mayleen dan menatap istrinya bersalah.

Mayleen yang peka mengigit bibir bawahnya gemas. Padahal tadi dia hanya iseng-iseng saja mendesis kesakitan supaya Pangeran Wu Tianzhi panik.

"Ehm, aku ingin sarapan. Perutku sudah minta di isi." Cetusnya.

"Baiklah. Ayo kita makan. Dayang pasti sudah memasaknya."

"Aku ingin makan di sini."

"Hah?"

"Budeg ya, mas? Aku ingin makan di sini!" Ujar Mayleen penuh penekanan di setiap katanya.

Pangeran Wu Tianzhi hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal dan memilih untuk mengiyakan saja.

Fixs, ini akan menjadi pengalaman pertamanya makan di ruang tidur.

"Oh ya, aku ingin makan nasi dan gulai jengkol aja deh." Tuturnya kala Pangeran Wu Tianzhi sudah di ambang pintu. Suami tampannya itu berbalik dan menatapnya kaget.

Bersambung...

My Possesive HusbandWhere stories live. Discover now