8. Kekejaman Mayleen

17K 2.5K 147
                                    

Mayleen menarik ranting yang tertancap di mata Wei secara kasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mayleen menarik ranting yang tertancap di mata Wei secara kasar. Teriakan Wei terdengar begitu kesakitan sekaligus memilukan. Wei berguling-guling kesakitan sambil memegangi matanya.

Tidak ada raut wajah menyesal dan prihatin di mata Mayleen sama sekali. Gadis cantik itu malah terlihat sangat puas dan bahagia. Terlihat dari ekspresi wajah dan tawa bahagianya.

Tidak tahu terbuat dari apa hati gadis cantik itu sehingga tidak merasa simpati sedikit pun. Atau kah mungkin hatinya sudah membeku hingga tak lagi merasakan perasaan itu?

Namun, yang jelas, hati kejamnya mencintai Pangeran Wu Tianzhi. Dia sangat mencintai pangeran itu dan tidak ingin kehilangan.

Kembali ke realita ... Mayleen mendekati Wei yang masih berguling kesakitan sambil memegangi matanya.

Mayleen menginjak pergelangan kaki Wei kuat dan memutarnya.

"ARGHH!! INI SANGAT SAKIT!! TOLONG HENTIKAN!!"

Jeritan Wei menggema di pendengaran Mayleen namun itu tidak membuat Mayleen menaruh iba. Ia malah semakin tersenyum senang.

"Teriakan kesakitan memang bunyi yang paling menyenangkan di dunia ini," kekehnya tanpa dosa.

Injakannya semakin menguat hingga Wei kembali berteriak kesakitan.

Seolah tidak puas melihat Wei menjerit kesakitan, Mayleen melanjutkan aksinya.

Kali ini, dia menginjak paha Wei dengan kuat lalu menendang perut korbannya sadis.

"Hentikan." Mohon Wei dengan nada pilu. Memunculkan senyuman sinis di bibir mungil Mayleen.

"Sayangnya permainan ini tidak akan berhenti sebelum kau menjadi mayat menyedihkan." Sinis Mayleen. Semakin membuat Wei menggigil ketakutan.

Menyadari nasibnya tidak akan berakhir baik jika semua ini terus berlanjut, akhirnya Wei berusaha untuk melawan dan mencari-cari keberadaan pisaunya.

Mayleen yang melihat gelagat menyedihkan Wei menggeleng-gelengkan kepalanya miris. "Kau tidak akan bisa melawanku dengan keadaan buta seperti itu." Tawa mengejek keluar dari mulut Mayleen sehingga membuat Wei kesal.

"Kau orang jahat!! Aku kasihan dengan permaisuri dan kaisar yang selama ini tertipu oleh wajah polosmu." Hardiknya.

"Lebih kasihan lagi dirimu. Niatnya ingin membunuh tapi niatmu malah berbalik untuk dirimu sendiri." Kikiknya geli. "Ini lah yang dinamakan dengan karma, makanya jangan berbuat sesuatu yang tidak baik jika tidak ingin keburukan menghampirimu." Setelah mengatakan itu, ia langsung menendang dada Wei hingga korban malangnya itu muntah darah. Tendangannya memang tidak main-main.

Wei yang dilanda kesakitan di kaki, mata, dan dada berusaha melawan rasa sakitnya. Ia tidak terima dibunuh begitu saja oleh musuhnya. Harusnya ia yang membunuh, bukan menjadi yang terbunuh.

Tekadnya itu membuat Mayleen tersenyum licik. Menyenangkan juga mendapatkan korban yang pemberontakan. Sudah tahu diambang Kematian tapi tidak mau menyerah.

Gadis cantik itu mundur perlahan. Membiarkan Wei meraba-raba tempat tersebut sambil mengumpati nya. "Suatu saat nanti mereka pasti akan tahu wajahmu yang sebenarnya! Kau tidak akan dihargai lagi! Kau akan dibenci oleh siapa pun!"

Ia tersenyum sinis lalu memungut pisau yang digunakan Wei sebelumnya. Kembali berjalan mendekati Wei dan menancapkan pisau tersebut ke atas kepala Wei.

"Arghhhh!!" Teriak Wei kesakitan.

"Mampus! Makanya jangan banyak bacot jadi orang!" Ejek Mayleen sembari menarik pisaunya lagi.

Mayleen tersenyum puas melihat wajah Wei dibanjiri oleh darah.

Pemandangan itu adalah salah satu pemandangan terindah baginya di dunia ini. Mengalahkan keindahan Menara Eiffel atau pun keindahan laut.

"Lah, dia sudah tidak bernyawa?" Renggut Mayleen protes.

Ia kemudian berjongkok untuk memastikan sendiri.

"Cepat sekali matinya ckck."

Sayangnya, meskipun Wei sudah meninggal, dia tidak melepaskan Wei sama sekali.

Dia tetap menyiksa tubuh tak bernyawa Wei dan membuat tubuh Wei terpisah menjadi berbagai bagian.

Setelah itu, bagian-bagian tubuh Wei yang sudah dipotong rapi itu diletakkannya di berbagai tempat.

Sementara pisaunya ia lemparkan ke dalam air.

Mayleen pulang dengan hati berbunga-bunga. Rasa bosan yang tadinya ia rasakan menguap begitu saja setelah bermain dengan Wei. Tidak ada penyesalan di dalam dirinya sedikit pun setelah melenyapkan wanita itu dengan sadis atau pun ketakutan jika pembunuhan yang dilakukannya ketahuan oleh orang lain.

Ia sama sekali tidak menyadari ada orang lain yang melihat aksi sadisnya dan terus mengikutinya sedari tadi.

Orang itu menatap Mayleen penuh makna dan tersenyum misterius.

Bersambung...

My Possesive HusbandWhere stories live. Discover now