6. Protektif

20.9K 2.9K 99
                                    

Mayleen buru-buru turun dari atas pangkuan Pangeran Wu Tianzhi sedangkan Pangeran Wu Tianzhi menghela nafas kesal karena diganggu oleh Fei Fei

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Mayleen buru-buru turun dari atas pangkuan Pangeran Wu Tianzhi sedangkan Pangeran Wu Tianzhi menghela nafas kesal karena diganggu oleh Fei Fei.

"Tenang saja, pangeran, tuan putri. Saya yang akan menjaga Tuan Putri Yueyin. Kalian boleh melanjutkan kegiatan yang tertunda di dalam kamar." Fei Fei terkekeh manis sambil menatap keduanya.

Pangeran Wu Tianzhi tiba-tiba berdiri dan menggendong tubuh Mayleen dengan mudah sedangkan Mayleen terpekik kaget dan segera memeluk leher Pangeran Wu Tianzhi agar tidak terjatuh.

"Kalau begitu jaga lah adikku dengan baik. Kami pergi dulu."

Fei Fei mengangguk senang. "Baiklah, pangeran."

Pangeran Wu Tianzhi meninggalkan tempat itu. Menjauh dari Fei Fei si penganggu moment bersama mereka.

Mayleen yang berada di dalam gendongan Pangeran Wu Tianzhi menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. Begitu hangat dan nyaman.

Pangeran Wu Tianzhi tersenyum kecil melihat tingkah manja Mayleen di dada bidangnya. Sangat menggemaskan baginya.

Amarah yang sempat tersimpan di dalam dirinya menghilang begitu saja akibat tingkah manja istrinya itu.

"Kemana saja tadi dan melakukan apa saja?"

Pangeran Wu Tianzhi menengok ke bawah.

Tatapan mereka saling bertemu.

Wajah polos dan penasaran Mayleen semakin terlihat menggemaskan di mata Pangeran Wu Tianzhi.

"Seperti yang ku katakan tadi pagi, aku mengawasi keadaan kota secara langsung dan tidak melakukan apa pun karena tidak ada masalah."

"Oh, bagus lah kalau begitu."

"Bagaimana denganmu, istriku? Melakukan apa saja hari ini?"

Mayleen mengerucutkan bibirnya kesal kala teringat dengan kejadian tadi. "Aku tadi bertemu dengan seorang pria menyebalkan. Dia membentak ku dan Yueyin. Selain itu, dia sangat sombong dan arogan."

"Dia tidak melakukan apa pun padamu, 'kan? Maksudku, dia tidak main tangan padamu 'kan?" Tanya Pangeran Wu Tianzhi cemas karena dia tahu siapa yang dimaksud sang istri.

Siapa lagi memangnya kalau bukan Pangeran Wu Hongli, pangeran yang paling arogan dan sombong di antara para pangeran lainnya.

Semua orang tahu bagaimana sikap arogan dan sombongnya. Pria itu juga tidak segan-segan untuk berbuat kasar pada orang lain.

"Tidak, dia tidak melakukan itu padaku. Dia hanya membentak kami dan langsung pergi begitu saja."

Mayleen tidak menjawab dengan jujur karena takut suami tampannya itu langsung mencari Pangeran Wu Hongli dan menghajar pria itu habis-habisan.

Dia hanya tidak ingin terjadi kekacauan di dalam istana karena dirinya.

Kalau mau, dia bisa membalas perbuatan menyebalkan Pangeran Wu Hongli seorang diri, tanpa bantuan siapa pun.

"Untung lah kalau begitu. Kalau saja dia berani berbuat kasar padamu, aku akan mencari dan membuat perhitungan padanya saat ini juga." Geram Pangeran Wu Tianzhi.

Dan yah, benar saja tebakan Mayleen.

Suami tampannya itu terlalu protektif pada dirinya. Pangeran Wu Tianzhi tidak akan pernah membiarkan orang yang menyakitinya lepas begitu saja. Siapa pun orangnya.

Pernah dulu sekali, ada seorang dayang yang tidak sengaja menabrak Mayleen sehingga Mayleen terjatuh ke dalam kolam. Akibatnya, Pangeran Wu Tianzhi menjatuhkan hukuman cambuk ke dayang tersebut.

Mayleen menjulurkan tangannya, mengusap pipi Pangeran Wu Tianzhi lembut. "Jangan khawatir. Aku tidak akan dilukai orang semudah itu. Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Aku takut, Mayleen. Aku takut kau dilukai orang lain. Aku ingin selalu melindungi mu, makanya aku menyuruhmu berdiam diri di dalam kediaman kita saja saat aku tidak ada. Hanya saja kau terlalu nakal. Kau tidak mendengarkan ucapan ku."

Mayleen meringis mendengar Omelan Pangeran Wu Tianzhi.

"Pokoknya kau tenang saja, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku tidak akan kenapa-napa meskipun kau tidak ada di sisiku."

Pangeran Wu Tianzhi tiba-tiba duduk di bawah sebuah pohon. Ia memeluk Mayleen erat dan meletakkan dagunya di atas puncak kepala Mayleen. Gadis cantik itu hendak protes karena merasa dagu suaminya berat tapi tidak jadi setelah mendengar ucapan sang suami.

"Istana ini dipenuhi oleh musuh dalam selimut, istriku. Kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Para saudara laki-laki ku saling bersaing untuk menduduki tahta, para selir kaisar saling bersaing untuk membuat anaknya menonjol, para selir saudaraku saling bersaing untuk mendapatkan posisi tertinggi, dan masih banyak lagi persaingan lainnya di dalam istana ini. Aku hanya tidak ingin kau menjadi korban dari persaingan mereka. Aku ingin kau hidup aman damai di dalam kediamanku tanpa perlu repot-repot ikut campur dalam persaingan itu."

Bersambung ...

My Possesive HusbandWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu