39. Merepotkan Perasaan

Start from the beginning
                                    

Cairan asin terus melintas melewati wajah mereka. Hari ini sangat panas, rasanya Asya sangat ingin mengguyur tubuhnya sekarang juga. Karena sudah merasa terlalu lelah Asya memerintahkan semuanya untuk beristirahat terlebih dahulu, "WOI!"

"KALIAN BOLEH ISTIRAHAT, NANTI KITA LANJUT LAGI," ucapnya dengan nada suara keras agar semua orang bisa mendengarnya. Mereka akhirnya menghentikan kegiatan itu dan mulai melangkah menuju kantin.

"Sya, ke kantin gak lu?" Tanya Ivana yang mulai menghampirinya.

"Iya, gue ke kan-"

"ASYA!" ucapannya terpotong karena kedatangan Kelvin.

Asya memberi kode sebuah tatapan kepada sahabatnya agar mereka bisa lebih dulu ke kantin. Karena paham, keempat gadis itu sepakat untuk meninggal Asya di lapangan basket bersama Kelvin.

Kelvin sudah sampai dihadapan gadis itu. Asya langsung menaikkan sebelah alisnya menerka-nerka, "Suapin lagi?"

"Tau aja"

"Lu kan bisa makan sendiri, Vin"

"Tapi bagi gue makan dari tangan lu lebih enak, Sya"

Mereka memilih duduk di salah satu bangku yang terdapat di lapangan basket. Banyak murid yang sedang menatap kebersamaan mereka. Ada yang menatapnya dengan tatapan kagum, senang, kecawa dan ada juga yang menatapnya tidak suka.

Asya kembali merebut bekal pemberiannya dari tangan Kelvin. Perlahan gadis itu mulai menyuapi pria dihadapannya seperti biasa. Kelvin kembali menerima suapan itu dengan lahap.

"Dasar bayi"

"Gue bukan bayi! Jangan pernah sebut gue bayi, awas aja"

"Bayi bayi bayi bayi bayi bayi" ucap gadis itu berulang kali.

"Gue bukan bayi! Gue gigit nih"

"Dimana-mana ya Vin, cowok yang kebiasaannya suka ikut balapan liar itu gak manja. Apalagi makannya masih di suapin," tutur Asya. Ia terus menunjuk wajah Kelvin dengan sendok yang sedang ia bawa.

"Buktinya ada"

"Siapa?"

"Gue"

"Btw, lu tau darimana kalau gue suka ikut balapan liar?"

"Karena gue lawan balap-" Asya membulatkan matanya tidak sadar. Sedangkan Kelvin masih menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.

Asya mengalihkan pandangannya, otaknya langsung berusaha berfikir mencari alasan yang sangat masuk akal.

"M-maksud gue...maksudnya gue itu, gue pernah tanya sama lawan balapan liar lu. Gue kemarin gak sengaja ketemu sama Vina di supermarket, dia bilang kalau lawan balapannya itu lu"

"Tapi gue kan gak pernah nunjukin muka Vina dihadapan lu, gue yang lawannya aja gak tau muka dia kayak gimana"

Skakmat

Asya lu bego banget, kenapa jadi jawab ini sih!

Ya Tuhan, Apa lagi yang harus Asya katakan dihadapan pria ini? Ia sudah kehabisan kata-kata.

"Atau jangan-jangan lu..."

"Apasih! Udah sono minta suapin sama cewek lu aja, gue capek kalau harus nyuapin orang kayak lu"

"Cewek gue kan lu"

blushh...

Pipi Asya merona. Asya menghentikan kegiatannya dan menatap manik mata Kelvin dengan lekat. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Apakah kali ini telinganya tidak salah mendengar? Kalaupun benar bisa kah Asya berguling-guling ditengah lapangan basket saat ini juga? Sial, dirinya kembali salah tingkah karena ucapan Kelvin.

"Muka lu kenapa?"

"Gue cuma becanda hahaha"

Asya kembali mengerjapkan matanya. Ia menatap Kelvin dengan tatapan kecewa. Apakah itu memang kebiasaan Kelvin? Setelah membuatnya terbang terlalu tinggi tapi langsung ia jatuhkan kembali. Asya menjadi malu, perasaannya seperti dimainkan oleh Kelvin.

"Gak lucu!"

Asya langsung memberikan tempat nasi itu kepada Kelvin sedikit kasar. Ia kesal karena pria itu. Asya memilih untuk meninggalkan Kelvin dan mulai menghampiri teman-temannya tanpa memperdulikan Kelvin yang terus menerus memanggil namanya.

"Sya"

"Gue becanda"

"Dih, ngambek tuh anak"

"Asya gue cuma becanda, jangan ngambek dong..."

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now