Basket

3.1K 221 1
                                    

Happy reading🦋❤️

Suasana lapangan sangat ricuh dikarenakan hari ini SMA Darmawangsa mengadakan lomba basket antar sekolah untuk memperingati HUT. Sekolah Darmawangsa hari ini melawan sekolah Rajawali dimana rano bersekolah. Rano menatap sinis vano dengan tatapan permusuhannya. Vano yang ditatap sinis oleh rano hanya bersikap santai dengan wajah coolnya.

Pritttt

Permainan dimulai, baru awal permainan vano sudah mencetak gol sebanyak 3 kali. Semua siswa yang ada disana menjerit ketika vano menyugarkan rambutnya yang basah ke belakang. Caca dan sahabat-sahabatnya juga ikut menonton pertandingan basket di kursi penonton. Banyak sorakan yang dikeluarkan oleh siswa siswa disana untuk vano dan farrel. Dara dan caca yang mendengar suara sorakan yang di berikan kepada pacarnya itu hanya diam pasrah.

"Alay banget sih," cibir dara melihat cewe-cewe yang menyoraki pacarnya.

"Bilang aja lo cemburu," sindir lala.

"Bukannya cemburu tapi gue yang sebagai pacarnya aja ga sampe sealay gitu nyorakin pacar gue."

"Liat noh caca adem anyem aj—eh caca mana woi?!" tanya via tidak melihat caca di sampingnya.

Pertandingan sudah selesai yang di menangkan oleh sekolah Darmawangsa. Caca menghampiri wanita yang ingin memberikan minum kepada cowonya. Ia melempar botol itu hingga terpental entah kemana. Vano terkejut dengan tindakan frontal gadisnya ini.

"Jangan caper sama cowo orang dong," sindir caca.

"Gue cuman ngasi minum doang, emang ga boleh?"

"Ya ga bole lah! Caca ini pacarnya kak vano, jadi cuman caca yang boleh deket-deket sama kak vano!"

"Cuman pacar aja bangga," sindir cewe itu.

Caca tersentak mendengar sindiran itu lantas ia menarik kencang rambut cewe tadi dan di balas juga oleh orangnya. Semua orang menatap heboh ke arah caca dan cewe itu. Ada yang berusaha merekam, ada juga yang menyoraki mereka. Vano melerai mereka berdua, bukannya berhasil ia malah terpental karena kekuatan kedua cewe itu sangat kuat. Tidak menyerah sampai sana, Vano menggendong paksa caca membawanya ke rooftop. Setelah di rooftop ia menurunkan gadisnya yang sudah menangis dihadapannya.

"Kenapa nangis?"

"Takut hiks," jujur caca tidak berani menatap vano.

"Aku ga suka ngeliat kamu kayak tadi!"

"M-Maaf."

Vano membuang nafas kasar berusaha menenangkan dirinya agar tidak kelepasan seperti kemarin. "Sayangg," panggil lembut vano.

"K-Kenapa hiks?"

"Besok-besok jangan kayak gitu lagi. Bisa kan selesaiinnya secara baik-baik ga usah pake kekerasan?" tanya vano dengan nada lembutnya berusaha tidak membentak caca lagi.

"Tapi dia caper sama kak vano. Caca ga suka hiks," adu caca.

"Kan dia yang caper. Emang tadi kamu ngeliat aku ngerespon dia? engga kan?"

"Tapi tetep aja caca ga suka hiks. Caca takut kak vano direbut sama dia hiks hiks."

"Hei, coba sini liat aku. Aku sayang sama kamu, Aku cinta sama kamu, Aku cuman punya kamu, Jadi ga usah berpikir yang aneh-aneh sayang," ujar vano menenangkan gadisnya.

"Caca sayang kak vano hiks," ujar caca memeluk vano.

"Kak vano juga sayang caca," balas vano mengelus kepala caca lembut.

"Gimana tadi aku basketnya, hebat kan?" tanya vano mengubah topik.

"Hebat banget hihi. Caca jadi tambah bangga punya kak vano," bangganya.

Caca Story [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu