32. Mereka Kembali

Start from the beginning
                                    

Nathan masuk kedalam mobil nya, ia menutup pintu mobil itu cukup keras. Pria itu meninggalkan Asya yang masih mematung di pinggir jalan. Semua uang pemberinnya sudah berserakan dibawah aspal. Asya masih menatap mobil itu dengan tatapan pilu. Nathan sudah berubah.

Satu tetes air mata Asya jatuh begitu saja melewati pipinya,"Jojo berubah ya"

Asya memilih untuk memungut uang nya kembali. Ia mengusap air matanya dengan tegar. Tidak, kali ini ia tidak ingin menangis. Asya sudah cukup merasa senang hanya karena melihat wajah sahabat lamanya. Walaupun perlakuan nya sedikit membuat Asya sakit hati.

"Gapapa Asya, besok pasti bisa ketemu Jojo lagi,"

Disisi lain, Nathan tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia mencengkram setir mobilnya cukup kuat dan terus memukulinya berulang kali,"GOBLOK! GOBLOK!"

"Gue udah goblok!'

"Maafin gue Sya, maaf..." ucap pria itu di selang-selang suara isak tangisnya.

********

Asya sudah berada didepan base camp, ia tengah memarkirkan motornya. Namun dari luar ia bisa mendengar ada suara keributan didalam bangunan itu. Karena takut terjadi sesuatu, Asya langsung masuk kedalam base campnya dengan langkah cepat.

"Kurang aja lu ya! Berani-beraninya lu masuk ke kawasan ini!"

"Lancang banget lu!!"

Bugh

Bugh

Bughh

Ivana dan Key terus memukul dan menendangnya. Moza dan Rasya sibuk mengikat orang itu,sedangkan Anya tengah menutupi kepala pria itu menggunakan ember.

"Woy sakit kepala gue!"

"Ada apaan sih?" tanya Asya heran. Ia juga terkejud ketika melihat ada penyusup yang berhasil masuk kedalam base campnya.

Anya mendongakkan kepalanya menatap Asya,"Ini Sya, ada penyusup masuk"

"Gue bukan penyusup anjir!" ucap pria itu dibalik ember.

"DIEM!"

pletak

Anya kembali memukul ember itu cukup keras. Asya mulai menghampirinya, dari postur tubuh pria itu seperti tidak asing. Asya menyuruh Rasya agar mengangkat ember dikepalanya. Pria itu mengangguk dan menuruti perintah Asya.

Saat ember itu mulai diangkat, Asya menatapnya kaget, "Bang Arga lu ngapain disini sih?!"

"Bentar bentar, napas gue pengap"

"Lu kenal dia Sya?" tanya Ivana heran.

"Kenal lah! Dia Bang Arga. Abang sepupu gue bego, kalian udah pada lupa? Udah cepetan lepasin dulu ikatannya" Moza mencoba melepaskan ikatannya. Para sahabatnya saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.

"Masa sih?" Anya mencoba untuk memperhatikan wajah pria itu sekali lagi. Dan benar saja, ia adalah Arga, abang sepupu Asya.

"Buset, lah iya bener"

Semua mata menatapnya merasa bersalah, terutama Ivana. Ia sangat merasa bersalah karena hanya dirinya yang sejak awal terus menghujam Arga tanpa henti, "Eh iya Bang Arga, sakit gak bang?"

"Bego pake ditanya, coba sini muka lu gue gebukin satu-satu" cetus nya sengit.

"Ya maaf, gue kan udah lupa sama muka lu Bang"

"Ini lagi anak satu! ember lu bau amat, bekas apaan sih?" sentak Arga menatap Anya.

"Bekas nyuci bh sama celana dalem doang padahal"

Tatapan Arga menjadi datar, "Istighfar gue"

"Lagian lu ngapain kesini sih?" gerutu Asya.

Masih menjadi pertanyaan mengapa pria ini bisa berada di dalam base camp nya.

Arga Putra Anggara, dengan nama panggilan Arga. Ia adalah Kakak sepupu Asya, dirinya termasuk anak dari pengusaha kaya di Jakarta.

Arga dulunya memiliki pangkat sebagai ketua Bradiz. Namun kedudukannya digantikan dengan Asya. Walaupun kini anggota Bradiz hanya berjumlah sedikit, namun dirinya berhasil membuat peraturan baru. Dimana seluruh anggota Bradiz hanyalah perempuan, tidak ada pria.

Asya hanya tidak ingin jika wanita dikatakan lemah. Tidak ada wanita yang lemah, semua wanita tangguh dan pemberani. Asya yakini itu. Namun kemana perginya seluruh anggota Bradiz yang dulu?

Dulu Bradiz didirikan oleh Arga beserta geng motornya. Bradiz beranggota 50 orang pria. Namun karena semua anggota telah lulus dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, maka Bradiz di berikan kepada Asya atas persetujuan semua orang.

Asya mengenal semua anggota Bradiz yang dulu. Sebelumnya Asya juga sudah membicarakan ini kepada Arga, jika dirinya ingin mendirikan Bradiz khusus untuk wanita. Tanpa adanya perdebatan mereka langsung menyetujuinya. Jadi jangan heran jika anggota Bradiz saat ini dipenuhi dengan wanita.

Arga memutari ruangan ini sambil melihat-lihat keseluruh sudut ruangan, Arga tau tempat ini karena Asya pernah memberinya alamat. Ia memilih untuk mendudukkan dirinya diatas sofa. Ia mulai meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal. Semua mata masih manatap Arga diam. Tak kalah diamnya dengan Moza, gadis itu terus menatap Arga dengan tatapan memukau.

"Sangat tampan" batin Moza.

"Eh Za, kenapa lu?" tanya Rasya, ia terus memperhatikan gerak gerik Kakaknya yang aneh.

"Ganteng" ucapnya spontan.

Seluruh mata menatap Moza dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Arga juga mendengarnya, ia jadi tersenyum malu dihadapan Moza.

"Iya gue tau gue ganteng"

"Duh, jadi pengen sombong kan gue" papar Arga.

Moza langsung memalingkan tatapannya kebawah. Ia sangat malu, bisa-bisanya mulutnya ini sangat jujur. Moza sangat merutuki kebodohannya. Ia katakan sekali lagi bahwa dirinya benar-benar malu.

"M-maaf ya bang"

"Siapa nama lu?"

"Moza Amarelly Bang, kalau ini Adek aku. Heh buruan sebut nama lu!" desak Moza.

"Gue Rasya Rahardian Bang" Arga hanya mengangguk paham. Setelah Moza dan Rasya memperkenalkan diri Asya beserta ketiga temannya memilih duduk bersama Arga diatas sofa.

"Heh jawab pertanyaan gue dulu, lu ngapain disini?" Tanya Asya sekali lagi.

"Lagi libur kuliah gue, karena gabut gue kesini. Bukannya dikasih minum gue malah digebukin. Untung gue orang nya baik hati dan penyabar"

"Oh iya Sya" lanjutnya.

"Apaan?"

"Katradoz balik lagi."

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now