26. Gadis mencurigakan

Start from the beginning
                                    

"Kalau begitu kamu bisa beristirahat sekarang. Alika, aku pamit ya? aku juga harus kembali kerumahku"

"Iya Kak, hati-hati ya.." Alika melambaikan tangannya. Asya membalas lambaian tangan gadis itu. Ia segera pergi untuk kembali ke base campnya. Pasti teman-temannya sudah sangat khawatir karena ia meninggalkan mereka tanpa pamit.

Merasa jika Asya sudah pergi begitu jauh, Alika mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum lebar dan terkekeh, "Zatasya Louvina, nama yang indah"

******

Dari kejauhan Asya bisa terlihat jika keadaan base camp nya masih terang benderang. Lampu diseluruh ruangannya tidak ada yang dipadamkan, padahal ini sudah tengah malam. Pasti teman-temannya sudah sangat mencemaskan nya.

Asya segera memarkirkan motornya dan berlari masuk kedalam base camp. Saat ia membuka pintu, terlihat seluruh teman-temannya sedang berkumpul di ruang tamu. Asya merasa tidak enak karena terus membuat mereka khawatir.

Orang yang pertama menyadari kedatangan Asya adalah Moza, "Kak Asya!"

Semua mata langsung fokus menatapnya, "Maaf"

"Asya lu kemana aja sih?!"

"Lu bikin kita semua khawatir"

"Udah gak pamit, hp juga gak dibawa!"

"Maaf Anya, jangan marah-marah gitu...serem tau" ucap Asya memelas, ia terus memainkan jemarinya dengan tatapan lurus kebawah.

"Lu dari mana aja Sya?"

"Cari angin diluar" jawab Asya cepat. Tetapi tujuan awalnya memang untuk mencari angin saja. Tidak berniat kemana-mana sebelum ia berjumpa dengan Alika.

"Lu bikin gue takut" serkas Key. Pandangan gadis itu beralih menatap tangan Asya, "Dimana perban lu?"

"Gue copot hehe. Pliss...maafin Asya, Asya tadi gak bermaksud buat kalian cemat, suwer deh"

"BODOAMAT!" ucap ketiga sahabat Asya bersamaan. Mereka meninggalkan Asya begitu saja. Tatapan Asya beralih menatap Rasya, namun pria itu hanya menaikan pundaknya dan ikut meninggalkan Asya. Sedangkan Moza masih terus menatap wajah Asya yang memelas, "Kak Asya, sini gue obatin lagi tangannya biar cepet sembuh"

Asya berjalan untuk menghampirinya, ia memilih untuk duduk disebalah gadis itu, dan mulai mengulurkan tangannya yang memang masih terasa nyeri.

"Maafin gue ya Za,"

"Iya Kak, gapapa. Mana yang masih sakit?" Asya hanya menunjuk kearah luka goresannya saja. Karena hanya luka itu yang masih terasa perih. Asya terus mengamati wajah gadis dihadapannya. Gadis ini sangat cantik dan juga baik. Sampai-sampai Asya merasa jika Moza tidak ada yang boleh melukainya. Sebisa mungkin Asya dan teman-temannya akan tetap terus menjaganya.

"Sudah Kak"

"Terimaksih ya"

"Kalau gitu Moza tidur ya, Kak Asya juga tidur gih"

"Siap cantik!" Asya mengakat ibu jarinya. Ia langsung berjalan menuju kamarnya. Saat pintu kamarnya terbuka Asya langsung mendaratkan seluruh badannya keatas kasur kesayangannya itu. Perlahan ia mulai meregangkan otot-otot tubuhnya. Dan kembali tertidur diatas pulau kapuknya.

Asya meraba kasur nya. Ia sedang mencari ponselnya yang tidak sempat Asya bawa. Saat ia menyalakan layar ponsel itu sudah banyak sekali notif panggilan tidak terjawab dari keempat sahabatnya. Asya kembali merasa bersalah. Pasti mereka sangat marah padanya. Namun ada satu notif yang membuatnya tersenyum. Benar, itu notif pesan dari Kelvin.

Kelvin

Gue udah anter adek lu sampai rumah
Sya lu udah mkn?
Gmn sama luka nya?
Masih sakit?cepet sembuh ya
Sya,lu dmn?

Kelvin mengirimkan banyak sekali pesan untuknya. Apakah ia tahu jika dirinya telah membuat semua sahabat nya cemas? ah tapi tidak mungkin. Dengan cepat Asya membalas semua pesan itu.

Makasih ya
Luka gw jg udh mendingan vin
gw dirumah drtd

Tetapi belum ada lima detik Kelvin langsung membuka pesan balasan Asya. Apakah pria itu memang sedang menunggunya? tapi tidak, Asya tidak mau kepedean.

Lu hmpir bikin gue khawatir
Udh sono lu tidur

Idih ngusir
Ydh night

Night to bocil
Read

Asya kembali menatap langit kamarnya, gadis itu berniat untuk beranjak ke sekolah lebih awal. Ia ingin membawakan bekal untuk Kelvin. Ia yang akan memasaknya dan ia juga yang akan menaruhnya dilaci meja kelasnya.

Tetapi Asya tidak mau jika dirinya harus terang-terangan memberikan benda itu. Karena Asya masih enggan untuk mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada Kelvin. Mungkin melalui cara ini Kelvin tidak akan tau siapa yang sudah memberinya. Asya harap sih begitu. Sementara itu ia masih bingung harus memasak masakan apa untuk Kelvin.

"Bikin telor dadar aja kalik ya?"

"Tapi gak estetik banget"

"Atau gue bawain nasi pake garem aja ya?"

"Gila, dikira dia kekurangan yodium"

"Terus apa ya?"

Asya masih sibuk bermonolog. Entah mengapa ia lebih senang berbicara dengan dirinya sendiri. Mungkin karena dirinya adalah sumber kekuatannya. Jika bukan karena dirinya sendiri sudah dipastikan Asya telah menyerah beberapa saat yang lalu. Bisa jadi namanya sudah berada di batu nisan. Tapi mau bagaimanapun Asya sangat berterimakasih kepada dirinya sendiri karena masih bertahan sampai saat ini.

'Cobalah untuk mencintai dirimu sendiri' namun kalimat itu masih menjadi pemicu bagi Asya. Karena Asya belum bisa mencintai dirinya sepenuh hati. Ia masih memikirkan keadaan orang lain tanpa mau memikirkan dirinya sendiri lebih dulu. Bagi Asya keadaan orang lain lebih penting daripada keadaannya. Entah sampai kapan ia harus egois dengan dirinya sendiri.

Kembali ketopik cerita, sampai saat ini Asya masih bingung harus membuat apa untuk pria itu, "Gimana kalau gue buat rendang?"

"Tapi dia suka gak ya?"

"Kita coba dulu kali ye"

"Tapi kan, bikin rendang lama"

"Gapapa gue pasti bisa, semangat Asya!!" Ia terus menyemangati dirinya sendiri. Karena terlalu banyak bicara rasa kantukpun mulai menyelimuti seluruh tubuhnya. Perlahan penglihatannya mulai gelap. Mungkin saatnya bagi tubuh Asya beristirahat.

Selamat malam Bunda..

Selamat malam Ayah..

Selamat malam Asya, dan selamat malam Kelvin..

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now