AKSARA 24

6.8K 623 132
                                    

“Luka di hati ini biar ku urus sendiri. Pergilah, meski hatiku teriris perih. Ingat, jika kau ingin kembali, kembalilah.”

_____


Setelah mengucapkan kata-kata tadi, Amara langsung berlari kencang meninggalkan Aksara yang masih terdiam di tempatnya. Mungkin Aksara terkejut dan keheranan mendengar ucapan menohok Amara. Oh sungguh, Amara sudah tidak peduli. Gadis yang kini berlari menuju ke kelas itu masih setia menenteng tas yang berisi jaket milik Aksara yang belum sempat dia kembalikan.

Entah mengapa, kini Amara akan merasakan nyeri di hatinya jika berada dalam jarak yang dekat dengan Aksara, apalagi jika melihat ada keberadaan Nabila yang ada di samping lelaki jangkung itu. Rasa sakit di hatinya sudah tidak perlu ditanyakan lagi.

Membuka pintu kelasnya yang masih tertutup rapat, kini Amara melangkahkan kakinya menuju kursi tempat duduknya. Dia adalah murid yang hari ini menjadi yang pertama menginjakkan kakinya di kelas tercintanya itu. Menaruh tas yang berisi jaket milik Aksara di laci, Amara lalu menelungkupkan kepala di lipatan tangannya. Matanya masih terasa sangat berat.

"Masih pagi udah molor aja." Suara Tata terdengar di telinga Amara yang hingga kini masih enggan mengangkat kepalanya. Malas sekali jika nanti dicecar pertanyaan oleh sahabatnya yang satu itu.

"Berisik lo," balas Amara pelan.

Tata hanya menggelengkan kepalanya heran. Dia agak terkejut karena melihat sosok Amara yang tumben sekali masih pagi sudah datang. Gadis pemalas yang satu itu hanya akan datang pagi ke sekolah jika ada alasan-alasan tertentu saja. Dan kini apakah alasan yang mendasari tindakan Amara ini?

"Lo lagi ada masalah?" tanyanya penasaran.

"Enggak ada."

"Bohong lo!"

"Enggak percaya ya udah."

"Aelah, Ra. Cerita aja kali," paksa Tata.

"Males."

Tata hanya bisa diam saja. Gadis itu lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai memainkannya tanpa memedulikan Amara yang sepertinya sudah terlelap itu.

Sementara itu, sedari tadi Aksara hanya menunjukkan raut wajah datarnya saja. Entah mengapa, setelah bertemu Amara tadi pagi, hatinya merasa resah sendiri. Melihat muka Amara yang menunjukkan jika gadis itu sedang dalam masalah, ditambah lagi dengan sifat dingin yang tadi ditunjukkan oleh Amara, membuat dirinya pusing bukan kepalang.

"Kenapa lo?" tanya Dhirga yang baru saja sampai di kelas. Laki-laki itu kini duduk di samping Aksara yang kini menunjukkan raut wajah datarnya membuat dirinya mengerutkan keningnya heran. Tumben sekali sahabatnya terlihat frustrasi seperti ini

"Pusing gue. Amara kayaknya marah sama gue," ujar Aksara pelan sambil menolehkan kepalanya menghadap Dhirga yang masih menatapnya heran.

"Dia marah karena apa?"

"Mana gue tahu. Tadi dia tiba-tiba pergi gitu aja."

"Enggak lo kejar?" tanya Dhirga.

"Males."

Tangan Dhirga spontan langsung menampar pelan lengan Aksara, "Kalau cewek marah itu dikejar bego!"

"Tadi gue sama Nabila, jadi enggak mungkin gue tinggalin dia," terang Aksara.

Dhirga hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Lelaki itu lama-lama kesal sendiri dengan sahabatnya yang satu ini.

"Sebenarnya hubungan lo sama Nabila itu apa?" tanyanya sambil menatap Aksara bingung.

AKSARA Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon