AKSARA 11

5.9K 508 4
                                    

Amara melangkahkan kakinya kedalam rumah. Sepi. Lagi-lagi dirinya hanya bisa menghela napas kasar. Papa dan Mamanya sepertinya tidak punya waktu untuk pulang. Mereka benar-benar seperti sudah melupakan dirinya. Rumah yang cukup luas ini, kini hanya ada dirinya yang menempati. Terasa benar-benar sunyi.

Haruskah Amara menangisi nasibnya? Oh tidak. Dia tidak akan melakukan itu. Dia tidak mau dicap sebagai perempuan lemah. Perlahan Amara mencoba kuat walaupun aslinya dia juga rapuh. Dia juga manusia yang memiliki hati. Dia juga merasa sedih melihat keluarganya yang hancur seperti ini. Mau bagaimanapun lagi, dia hanya bisa mencoba berpura-pura untuk tegar.

Amara melangkahkan kakinya menuju kamar. Dia melepaskan ikat rambut dan sepatunya. Amara lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Tubuhnya masih terasa lemas walaupun tidak selemas tadi saat di sekolah. Dia menutup matanya sejenak.

Amara menjadi teringat jika besok adalah hari sabtu yang berarti dia libur. Bibirnya tersenyum lebar. Akhirnya dia bisa terbebas dari pelajaran walaupun hanya dua hari. Malam ini dia bisa begadang dengan tenang.

Suara dering ponsel yang berada di nakas membuat tangan Amara otomatis langsung mengambil. Nama Tata terpampang nyata di layar ponselnya. Padahal Amara mengharap jika Aksara yang menelponnya. Sudah cukup jangan berhalu!

"Apaan Tayo?" tanya Amara sambil menempelkan ponselnya di telinga.

"Malam ini pergi kemana,
Mblo?" tanya Tata di seberang sana.

"Ke alam mimpi sih kayaknya. Kalau nggak ya ke dunia halu. Kenapa emangnya?" tanya Amara balik.

"Ih kasihan jomblo! Mending gue main ke rumah lo ya!" teriak Tata.

"Ogah! Mau ngapain lo anjir? Rumah gue bukan barak pengungsian ya!" jawab Amara tegas. Terakhir kali Tata menginap di rumahnya, anak itu sudah seperti perampok saja karena menghabiskan makanan persediaan hidup Amara. Dan dengan tidak tahu malunya, anak itu juga membawa beberapa snack Amara untuk dia bawa pulang. Tamu tidak tahu diri emang.

"Gue gabut banget woi di rumah. Pengen main. Ayo main Ra. Keluar gitu kemana biar gue nggak kelihatan jones banget."

"Mager. Mendingan di rumah aja. Di luar nanti cuma lihatin orang pacaran di jalan. Mendingan di rumah ngehaluin Aksara," sahut Amara sambil cengengesan membayangkan jika Aksara mengajak dirinya main.

"Ah lo mah halu terus. Kasihan mana masih muda," ejek Tata.

"Siapa tau bisa kenyataan."

"Udah ah. Gue mau coba telpon Diandra. Siap tau bisa ngerampok di sana. Babai Ra."

Sambungan telepon dimatikan oleh Tata. Amara lalu berlanjut memainkan ponselnya. Tangannya bergerak lincah di atas layarnya. Dia membuka aplikasi instagram membuka akun Aksara. Sialan dirinya masih belum di acc oleh Aksara. Akun Aksara memang digembok, dan sudah dari sangat lama Amara mengirim permintaan mengikuti tapi hingga kini belum juga di acc.

Membuat second account adalah jalan ninja Amara. Tapi perbuatannya itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Aksara tidak pernah menanggapinya permintaan mengikutinya. Amara mengerucutkan bibirnya kesal.

Jarinya kini menjelajahi akun instagram milik Nabila. Dengan second account tentunya. Dia tidak mau jika nanti dia tidak sengaja memencet tombol love. Amara membuka instastory yang dibuat oleh Nabila. Dan terkejutnya dia saat melihat pujaan hatinya difoto secara candid oleh mak lampir itu. Anjir. Amara mengucapakan banyak sumpah serapah untuk gadis itu. Berani-beraninya dia memfoto Aksara lalu memasukkannya ke Instagram. Wah tidak bisa dibiarkan.

"Nabila meresahkan! Minta dibetot emang ini anak!"

Tangan Amara otomatis langsung menekan tombol keluar dari akun Nabila. Sialan. Nabila selalu bisa membuat emosinya naik. Amara tidak boleh kalah saing. Dia harus lebih gencar mendekati Aksara sebelum dia keduluan oleh mak lampir satu itu.

AKSARA Where stories live. Discover now