13. Curiga

102 21 10
                                    


***

Malam semakin larut, sunyi dan sepi kian menghinggapi. Pijaran bintang nampaknya tak cukup membuat riang hati di malam ini. Dev gelisah, sepulangnya dari rumah sakit pikirannya tak karuan. Tadi sore Elia memintanya untuk tidak menjemputnya, naik taksi online katanya. Padahal, hal itu memang sudah biasa terjadi, tapi entah kenapa kali ini Dev benar-benar tak enak hati.

Dev melangkah ke balkon kamarnya, duduk di pojokan ditemani angin malam.
Ia berniat menelepon Elia untuk sekedar memastikan kecemasannya.

"Hallo...." terdengar suara Elia agak serak seperti baru terbangun dari tidurnya dan sesekali menguap.

"Hallo... El, kamu udah tidur ya?"

"Iya, Mas. Ada apa?"

"Maaf ya mengganggu! Mas hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."

"Aku gak papa kok, Mas. Kenapa?"

"Aku gak bisa tidur, pikiranku terus saja mencemaskanmu. Tadi sore gak terjadi apa-apa kan, El?"

Elia bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk karena kaget. Tadi sore ia telah berbohong pada Dev soal kepulangannya dari toko.

"Gak kok, Mas. Gak terjadi apa-apa, kamu... Tenang aja!" Elia mengusap dadanya, apa mungkin Dev mencurigai sesuatu tentangnya?

Sebenarnya seharian tadi Elia tidak di toko, tapi di pantai dengan Glen. Ia juga diantarkan pulang oleh Glen, tapi Elia gak mungkin bilang sama Dev soal ini semua.

"Gak ada yang kamu sembunyiin kan, El?"

"Apa yang harus di sembunyiin, Mas? Gak ada kok, sekarang mendingan Mas tidur. Besok kan harus ke rumah sakit lagi."

"Ya udah, El. Maaf ya aku ganggu tidur kamu! Selamat tidur lagi, El."

"Gak papa kok, Mas. Selamat tidur juga, Mas."

Elia mematikan telepon nya, jantungnya masih saja berdebar. Sedetik kemudian Elia sadar bahwa ia sudah mulai berbohong pada Dev dan jika kebenaran itu suatu hari terungkap, bisa saja hal itu akan menjadi bom waktu baginya.

"Maafkan aku ya, Mas!" gumam Elia yang kemudian berusaha memejamkan matanya kembali.


***


Pagi ini udara terasa lebih dingin, Elia mengenakan kaos putih ringan dengan tangan panjang yang berkerah dibalut dengan hoody warna ungu muda. Ia memilih jeans panjang berwarna navy untuk bawahannya. Bunyi klakson mobil sudah terdengar, itu tandanya Dev sudah menunggu di luar. Elia cepat-cepat menyambar tas slempangnya dan bergegas keluar.

"Selamat pagi, Sayang!" sapa Elia riang saat menghampiri Dev.

Sementara Dev tersenyum lebar dan terkesima dengan ucapan Elia. Hati yang tadinya sempat resah kini terasa berbunga-bunga hanya dengan satu kalimat saja.

"Selamat pagi juga, El. Eh, Sayang," ucap Dev sedikit gugup.

Elia tertawa melihat kegugupan Dev, ia segera masuk ke dalam mobil setelah Dev membukakan pintunya.

"Pagi ini kamu ceria banget, El." Dev membuka suara setelah berada di tengah perjalanan.

Elia menoleh sambil tersenyum manis. "Harus dong, Mas. Cukup langit saja yang murung, kita mah jangan!" jawab Elia disertai tawa bersamaan dengan Dev.

"O ya, Mas! Semalem kamu kenapa?" tanya Elia memastikan.

"Oh gak papa, El. Mungkin lagi rindu sama kamu," jawab Dev yang membuat Elia tersipu.

Dev sengaja tidak berterus terang, ia tidak mau merusak mood bagus Elia pagi ini.

"Nanti sore aku jemput ya!"

Elia terdiam sesaat, tadinya ia mau makan malam sama Glen. "Emm... Tapi aku sudah ada janji sama teman SMA aku, Mas. Mau makan malam bareng," jawab Elia, ia sedikit ragu takut Dev curiga. Tapi mau gimana lagi?

"Siapa?" tanya Dev membuat Elia langsung panas dingin.

"Euh... Itu, sama temen SMA pokoknya. Mas gak akan kenal."

"Oh ya udah deh. Tapi cewe kan?"

Degg!

Pertanyaan Dev nyaris membuat Elia jantungan. Lagi-lagi ia kebingungan sendiri untuk menjawab pertanyaan itu. Elia mengedarkan pandangannya keluar, ternyata sudah dekat dengan tokonya.

"Udah sampai, Mas!" ujar Elia yang langsung bersiap turun.

Dev menghentikan mobilnya tepat di depan toko.

"Hati-hati di jalan ya, Mas!"

"Iya, kamu juga ya!" ucap Dev yang dijawab anggukan oleh Elia.

"Gak usah Mas, Biar aku aja!" sergah Elia saat Dev hendak keluar untuk membukakan pintu.

Elia segera melompat keluar dengan tergesa tanpa memperdulikan Dev yang menatapnya penuh heran.

"Dah, Mas!" Elia melambaikan tangannya ke arah Dev.

Detik itu juga Dev langsung melajukan mobilnya dengan perlahan setelah pamitan dengan elia.

"Huuhh... Untung aja keburu sampai," ucap Elia lega. Ia menarik napasnya untuk menstabilkan suasana.

'Elia kok aneh ya pagi ini?' gumam Dev dalam hati.

Pagi ini sikap Elia benar-benar berbeda dari biasanya sampai-sampai Dev kebingungan memikirkannya. Namun ia tersadar, pertanyaan terakhirnya belum sempat Elia jawab. Dev semakin curiga dan tak enak hati, ia tidak mau berpikiran negatif terhadap kekasihnya itu. Namun sikapnya pagi ini membuat Dev berpikiran yang aneh-aneh, membuat rasa penasarannya semakin menjulang.


***


Glen dengan semangat keluar dari kedainya saat melihat Elia sudah berdiri di depan toko menunggunya. Seperti biasanya Diman dan Winny sudah pulang duluan. Setelah menghidupkan motornya, Glen bergegas menghampiri Elia yang tersenyum menyambut kedatangannya.

"Silahkan naik Tuan Putri Kejora!" ucap Glen mempersilahkan Elia, Glen benar-benar terpesona melihat senyuman Elia di wajah cantiknya.

"Ih apa-an sih, Glen!" Elia mencubit lengan Glen yang terbalut jaket kulit hitamnya, pipinya memerah karena tersipu.

Elia segera naik ke atas motor Glen. Masih seperti empat tahun silam, Elia merasakan kenyamanan berada diboncengan Glen.

Sementara itu, tanpa mereka sadari dari kejauhan ada sepasang mata menatap mereka dengan penuh tanya. Ya, Dev sejak tadi mengawasi mereka dari dalam mobilnya. Ia sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari toko Elia supaya tidak ketahuan oleh kekasihnya yang saat ini sedang dibonceng seorang pria yang katanya teman masa SMA-nya.

"Tapi kok wajahnya familiar ya? Rasanya pernah melihat dia sebelumnya. Tapi di mana ya?" Dev terus bertanya-tanya pada diri sendiri yang saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"O iya!" pekik Dev.

Ia mengingat sesuatu, pria itu adalah orang yang saat itu nyamperin Elia di depan tokonya ketika Elia sedang menunggu dirinya menjemput. Saat itu bertepatan dengan hujan deras yang mengguyur bumi.

"Tapi kalo gak salah, Elia bilang dia adalah orang yang mau beli buku."

'Eeeeel... Apa yang terjadi sebenarnya?'

Dev tersadar akan sesuatu, Elia ternyata sedang membohonginya, entah itu sekarang atau waktu itu. Ia membenamkan wajahnya pada kemudi, kekecewaan mulai menyapa dirinya. Selama ini Dev mengenal Elia dengan sosok yang jujur, tidak pernah membohonginya seperti ini.

Dev segera mencari kontak Winny dan langsung menghubunginya, ia berharap ada informasi yang bisa meyakinkan kecurigaannya.

"Win... Ada hal yang ingin aku tanyakan."

"Tentang apa, Mas? Serius amat!"

"Tadi Elia bilang gak dia mau kemana?"

"Mau Dinner katanya sama-"

"Sama siapa?"

***

After The Rain (Sudah Terbit)On viuen les histories. Descobreix ara