24. Pengakuan Syila

76 13 10
                                    

***

Hallo guys...  Terimakasih ya sudah mampir dan baca ceritaku...  Malam ini aku bener-bener seneng banget karena ceritaku ini udah nyampe 1 k readers. Thanks a lot guys.  Tanpa doa dan dukungan kalian, aku gak mungkin ada di titik ini. 

Meski mungkin bagi kalian hal ini adalah biasa. Tapi bagi pemula seperti aku, ini benar-benar kabar gembira.

maaf ya aku belum bisa konsisten upload tiap hari. Kuharap kalian setia menungguku. Menunggu kelanjutan cerita ini.

Happy reading guys...

***

Pagi-pagi sekali Dev telah sampai di rumah sakit. Sebelumnya ia sudah mengantar Elia ke tokonya seperti biasa. Dev berjalan menyusuri koridor rumah sakit, menaiki lift menuju lantai 3 tempat ruangannya dan ruangan Syila berada.

"Sus, lihat Dokter Syila gak?" tanya Dev pada suster yang lewat saat Dev keluar dari lift.

"Belum, Dok. Kayaknya Dokter Syila belum datang," jawab suster itu.

"Ohh, makasih ya!"

"Iya, Dok sama-sama. Mari!" pamit suster itu yang segera berlalu. 

Dev masih penasaran, ia melanjutkan langkahnya untuk mengecek ruangan Syila sekedar memastikan. Ternyata benar saja, Syila belum ada di sana, ruangannya masih kosong. Dev memutuskan untuk ke ruangannya terlebih dahulu, jaraknya lumayan dekat hanya terhalang beberapa ruangan.

"Aku harus bisa meluruskan kesalahfahaman ini," gumamnya sendiri.

Ia mengecek ponselnya, mencari kontak Syila. Saat ia hendak mengetikan sesuatu, tiba-tiba pintunya ada yang mengetuk. Dev segera menoleh, ternyata Syila yang ada di balik pintu kaca itu.

"Masuk, Syil!"

Syila pun masuk dengan tenang.
"Selamat pagi, Dokter Dev!" sapanya. 

Melihat Dev tidak menyahuti sapaannya, Syila langsung bertanya. "Tadi kata Suster Vani kamu nanyain aku? Ada apa?" tanya Syila penasaran. Namun sebenarnya ia sudah tahu hal apa yang akan dibahas oleh Dev.

"Semalam kamu ke rumah aku?" tanya Dev mulai mengintrogasi.

"Iya," jawab Syila datar.

"Mau ngapain?"

"Ya main aja... Kenapa emangnya?"

"Maksud kamu apa bilang sama Mamaku kalau kamu mantan aku sewaktu kuliah?" tanya Dev langsung.  Napasnya sedikit menggebu, tak terima.

Syila tersenyum sambil memandang Dev. "Bukan aku yang ngaku-ngaku Dev. Tapi Mama kamu yang mendesakku, tanpa aku jelasin dulu beliau langsung menyimpulkan seperti itu!" bantah Syila.

Dev mengerutkan keningnya bingung.  "Jadi maksud kamu, Mama bohong gitu?"

"Ya nggak tau juga... Yang jelas itulah yang terjadi. Aku nggak ada ya ngaku-ngaku mantan kamu, kita cuman temen deket ya, kan?" elaknya lagi. 

Dev bergeming. Ia bingung harus percaya pada siapa. Di satu sisi mamanya tidak mungkin bohong, di sisi lain pengakuan Syila juga terdengar meyakinkan.

"Ada lagi yang mau ditanyakan, Dev?" tantang Syila.

Dev menggelengkan kepalanya perlahan. Pikirannya masih menerawang setiap ucapan mamanya dan Syila. Pusing sendiri jadinya.

"Eh, tunggu!" cegah Dev saat Syila telah membuka pintu.

"Ada apa lagi?" tanya Syila kembali menghampiri Dev.

"Kamu tau alamat rumahku dari mana?"

"Ya ampun Dev... Ini kan rumah sakit.  Data setiap dokter yang ada di sini mudah sekali didapat, kali."

After The Rain (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now