14. Jawaban Sebuah Tanya

111 22 12
                                    


"......"

"Win... Ada hal yang ingin aku tanyakan."

"Tentang apa, Mas? Serius amat!"

"Tadi Elia bilang mau kemana?"

"Mau Dinner katanya sama-"

"Sama siapa?"

"Euhhh sama...."

"Gak papa jujur aja Win! Gak akan aku bilang sama Elia kok."

"Sama Glen, Mas!"

***


Glen menghentikan motornya di parkiran sebuah kafe kenangan. Bukan hanya namanya saja Cafe Kenangan, tapi memang itu tempat kenangannya mereka ketika pacaran dulu.
   
Elia turun dari motor dan membuka helm yang sengaja Glen beli khusus buat Elia dulu. Saat tahu helm itu masih Glen simpan, Elia senengnya bukan main. Ia tidak menyangka Glen akan sesulit itu move on darinya.

"Yuk, El!" ajak Glen yang mempersilahkan Elia masuk.

Elia mengangguk lalu melangkahkan kakinya mendahului Glen.

Tiba-tiba Glen menyadari sesuatu. "Bentar, El!" ucapnya sambil menarik lengan Elia hingga membuatnya kini berhadapan.

Elia kaget, ia membelalakkan matanya saat tau kini dirinya hanya berjarak beberapa senti dengan Glen.

"Ya ampun... El, rambut kamu berantakan gini sih!" ucap Glen. Ia langsung merapikan rambut Elia dengan lembut.

Tak perlu ditanya bagaimana reaksi Elia, saat ini ia benar-benar gugup dan salah tingkah.

"Eh, sorry!" Elia segera menjauhkan diri dari Glen, ia merapikan rambutnya yang berantakan karena helm tadi dengan sedikit gemetar.

Tanpa pikir panjang Glen langsung menarik tangan Elia, membawanya ke dalam dan duduk di salah satu kursi dengan meja bundarnya. Setelah itu, Glen segera memesankan makanan untuk mereka berdua.

Elia tersenyum senang saat memperhatikan suasana sekeliling kafe. Rindu yang selama ini ia pendam perlahan mulai terobati. Ia tak pernah lagi mampir ke sana karena tak mau terlalu keinget terus sama Glen.

Saat Elia mengedarkan pandangan pada sudut ruang yang berubah, ia terpaku mendengar sebuah lagu dinyanyikan seseorang. Lagu yang menjadi kesukaan mereka berdua saat pacaran, ia tahu persis suara khas ini. Dan benar saja, saat ia menoleh ke arah panggung kecil, ia mendapati Glen yang sedang memainkan gitar sambil menyanyikan sebuah lagu berjudul 'Anugerah Terindah' dari Sheila On 7. Elia terpesona melihat Glen, tanpa sadar ia mulai tersenyum bahagia. Pikirannya berlari pada masa lalu, di mana Glen selalu menyanyikan lagu-lagu Sheila On 7 di sini, untuk dirinya.

"Wahhh... Glen, suara lo masih sebagus itu?" puji Elia saat Glen sudah kembali menghampirinya.

"iya dooong...."

"Idiiihh, sombong lo ya!" Elia tertawa sambil mencubit lengan Glen.

"Kamu suka?"

Elia langsung menoleh saat Glen bilang 'kamu'.

Menyadari hal itu Glen langsung kelabakan, ia salah berucap. "Eh sorry, El! Maksudnya lo suka?"

Elia tersenyum sambil melahap kembali makanannya. "Gak papa... Kebiasaan masa lalu ya?" ledek Elia sambil terkekeh.

Glen malah gelagapan dikatain seperti itu. Ia menyeruput lemon tea yang dipesannya untuk sedikit menghilangkan debaran hebat di jantungnya.

"Udah lama banget ya kita gak kesini... Banyak perubahan ternyata," ungkap Glen sambil memperhatikan sekeliling.

After The Rain (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now