3. Pandangan Pertama Setelah Jauh

181 31 17
                                    


***

Alarm di handphone Elia sudah berbunyi, ia sedikit menggeliat sebelum membuka mata. Pukul 04.30 . Beberapa menit lagi adzan subuh, ia segera melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi. Ia menguap berulang kali, meski sudah bersentuhan dengan air. Padahal semalam ia tidur lebih awal dari biasanya. Adzan subuh sudah berkumandang, ia mengambil air wudhu dan bergegas menuju kamarnya untuk shalat subuh. Setelahnya, Elia bersih-bersih rumah seperti biasanya.

"Semua sudah beres, tinggal mandi," gumam Elia yang kemudian bergegas ke kamar mandi.

Sekarang ia sudah duduk di meja makan yang terkesan jauh lebih kecil dari pada yang dulu saat ia masih tinggal di rumah besarnya bersama kedua orang tuanya.

"Kok gak ada pesan masuk dari Mas Dev ya?" ujarnya sambil beberapa kali membuka handphone-nya.

"Masa udah berangkat praktik?"

Tiba-tiba ponselnya berdering, tanda panggilan masuk. Ia terperangah kaget sekaligus senang. Ya, itu panggilan dari Dev. Lagi-lagi ia seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Elia.

"Selamat pagi, Cantik," sapa Dev di ujung sana.

Elia langsung tersipu mendengarnya. "Pagi juga, Mas. Aku kira kamu udah berangkat praktik," ucap Elia mengingat waktu itu Dev pernah pergi subuh-subuh karena ada panggilan darurat dari rumah sakit.

"Kenapa? Kangen, ya?"

"Gak usah di tanya, Mas. Lagian biasanya kan suka ada pesan masuk gitu kalo Mas belum berangkat."

"Iya, maaf ya. Mas sengaja mau nelpon aja. Udah sarapan belum?" tanya Dev.

"Belum, ini juga mau...."

"Ya udah, sekarang kamu sarapan dulu ya, nanti kalo udah beres kamu langsung ke luar. Kita berangkat bareng, ya!" ujar Dev membuat kening Elia berkerut sedikit.

"Jadi kamu udah ada di depan rumahku?"

Elia segera melangkah ke depan pintu, menyibakkan gorden untuk melihat keberadaan Dev. Dan benar saja, ia sudah ada di luar rumahnya, sedang bersandar pada mobil putihnya.

"Ya ampun, Mas, ngapain di situ? Ayo masuk!" ajak Elia yang sekarang sudah ada di teras rumahnya.

Dev tersenyum dan langsung mematikan panggilannya, untuk kemudian membuka pintu pagar dan menghampiri Elia.

"Ya udah, kita sarapan bareng aja yuk, Mas! Aku tau kamu pasti belum sarapan."

"Kamu aja dulu, nanti Mas sarapannya di kantin."

"Udah di sini aja, aku buatin roti kesukaan kamu ya!" Elia segera bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan. Roti sandwich plus telor mata sapi, minumannya air putih.

Setelah beberapa menit, akhirnya jadi juga. Ia segera membawa sarapannya ke luar, di mana Dev telah duduk santai di sana. Karena setahu Elia, ia tidak pernah berani masuk rumahnya saat Elia sendirian. Lebih tepatnya setelah ia hidup sendiri dan memilih pindah dari rumah orang tuanya dulu. Kecuali, kalau mendesak alias darurat.

"Sarapan spesial, buat orang spesial."

Dev tersenyum mendengarnya, ia segera menyantap sarapan nya itu, begitu juga dengan Elia.

"Selalu enak, dan selalu lezat," puji Dev jujur.

"Bisa aja, Mas!" sahut Elia sambil tersipu.

Setelah sarapan selesai mereka segera berangkat. Elia terlihat begitu cantik dengan dress biru bermotif kupu-kupu di bagian bawahnya yang menjuntai sampai bawah lutut. Rambutnya hari ini ia biarkan tergerai yang panjangnya sampai ke tengah punggung, ia tambahkan bando berwarna senada dengan bajunya. Sementara Dev dengan setelan jas putihnya ala Dokter sungguh terlihat mempesona dan berwibawa, parasnya yang putih bersih plus hidungnya yang mancung mendukung ketampanannya. Apalagi dia memakai kaca mata bingkai hitam, sangat terlihat menawan bukan?

After The Rain (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now