16. Art Gallery

103 22 14
                                    

>>Ada kehampaan menjalar tatkala mengingat bahwa takdir tak selalu berjalan sesuai keinginan. Namun apapun itu, aku hanya bisa meyakinkan diri untuk saat ini kamulah takdirku.<<

***

"Glen?!" panggil Elia sedikit memekik.

Pria itu baru saja akan memasuki kedai kopinya setelah menyimpan sekantong sampah di depan saat seseorang memanggilnya dari belakang.

Glen membalikan badannya dan ia dapati gadis pujaannya tengah berdiri menatapnya.

"El? Hai...." Glen menyapa sambil melambaikan tangannya, tak lupa ia sunggingkan senyuman menawannya.

"Lo kemaren-kemaren kemana?" tanya Elia. Ia memang sengaja pergi ke kedai kopi Himalaya untuk menemui Glen dan menanyai keberadaannya tiga hari terakhir ini.

Glen terkekeh mendengar pertanyaan Elia. "Lo nyariin gue, El? Kangen ya?"

"Idih... Glen, apaan sih?" Elia mengerucutkan bibirnya sedikit.

"Gue serius nanya, tau!"

"Ya udah, sini duduk!" ajak Glen yang memasuki kedai dan langsung mengambil tempat di dekat pintu masuk.

Elia mau tak mau membuntutinya.

"Gue bikinin kopi dulu ya buat lo,"

"Eh, gak usah Glen! Nanti aja," cegah Elia.

Glen pun menuruti, ia kembali duduk di sebelah Elia.

"Jadi kemarin kemana?" Elia mengulangi pertanyaannya.

"Gue ada project bareng sama Ify. Lo inget gak Ify?"

"Ify yang seangkatan sama lo bukan?"

"Iya dia... Inget juga ternyata."

"Inget lah, dia kan kakak kelas yang naksir sama lo," ucap Elia sambil tersenyum sinis.

Mendengar itu, Glen langsung menatap raut wajah Elia. Ia tersenyum sambil menggodanya. "Kenapa, cemburu ya?"

"Dih, ngapain juga cemburu? Mau jadian sama lo juga terserah, gue gak peduli!"

"Udah ah, tenang aja! Sekarang dia udah gak naksir gue lagi... Mungkin."

"Iya, mungkin!" ulang Elia.

Glen tertawa melihat wajah Elia yang ditekuk. Ada kecemasan di sana, membuat Glen berpikir bahwa Elia cemburu padanya. Ya kalian juga tahu lah, cemburu itu tandanya apa?

"O iyah! Lo kan mau lihat galeri seni rupa gue, kan? Sekarang, yuk!" ajak Glen, ia baru ingat bahwa minggu lalu saat di pantai Elia ingin sekali berkunjung kesana.

"Sekarang? Gila lo! Gue banyak kerjaan, lagian juga jam pulang masih lama," cibir Elia.

Glen terkekeh mendengar ucapan Elia. Ia tak habis pikir dengan gadis yang ada di sampingnya itu. Elia adalah pemilik toko bukunya, tapi dia sama sekali tidak mudah meninggalkan karyawannya bekerja tanpa bantuannya. Padahal kalau saja Glen di posisi Elia, ia pasti akan seenaknya pergi tanpa ada yang bisa melarang.

"Eliaaa... Eliaaa... Lo itu Bos di sana, bebas dong mau ngapain juga."

"Tapi kasian mereka, Glen. Pasti kerepotan kalau cuman berdua," ucap Elia, ia merasa tidak enak jika harus sering meninggalkan mereka berdua. Apalagi orderan online-nya makin meningkat, banyak sekali paket buku yang harus dikirim secepatnya. Meskipun hati kecilnya benar-benar ingin ke sana.

"Ya udah kalau gak mau! Gue gak akan ngajakin lo lagi ke sana!" ancam Glen, ia pura-pura cemberut sambil melipat tangannya di dada.

Elia membelalak tak percaya dengan ancaman Glen. Kali ini ia harus mengalah lagi, karena jika menolak takutnya Glen serius dengan ancamannya. "Iya deh iya, ayo... Gue mau."

After The Rain (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now