9. Terimakasih

Mulai dari awal
                                    

"Gitu dong, sekarang cepet naik"

"Bawel"

"Mau gue naikkin atau naik sendiri?" pria itu menatap Asya dengan tatapan menggoda. Karena Asya takut, ia lebih memilih untuk naik keatas motor Kelvin dengan cara mandiri. Sedangkan sang empu yang baru saja menggoda Asya hanya bisa tertawa kecil.

Kini Asya sudah duduk diam diatas motor Kelvin. Tapi, sudah hampir lima menit Kelvin tak kunjung menjalankan motornya, "Kenapa diem?" tanya Asya heran.

"Terus lu mau pamer paha kayak gitu?" Kelvin tetap menatap lurus ke depan. Asya lupa bahwa ia sedang menggunakan rok pendek seragam sekolahannya.

"Tutupin pake jaket gue" Asya menerima jaket itu. Ia mulai mengikat lengan jaket Kelvin di pinggangnya nya, hingga jaket itu berhasil menutupi paha Asya yang awal nya terekspos.

Setelah dianggap nya beres, Kelvin perlahan menjalankan motornya menuju sekolah untuk mengambil motor Asya yang masih berada di parkiran.

Diperjalan tak ada hening di antara mereka. Kedua pemuda itu bergantian untuk melakukan hal-hal konyol nya. Kelvin sedikit melirik kaca spion untuk melihat Asya yang berbeda dari biasanya.

Di sekolah Asya terkenal dengan sifat cuek dan judes nya, tatapi berbeda dengan hari ini. Asya nampak terlihat ceria, lebih banyak tertawa, dan Kelvin sangat menyukai itu, apalagi ketika Asya sedang makan. Baginya itu sangat menggemaskan.

"Sya"

"Iya?"

"Kenapa tadi lu nekad mau ngerokok?" tanya Kelvin. Asya mengubah ekspresi nya, ia terlihat keberatan atas pertanyaan Kelvin. Tapi Asya berusaha untuk menutupi nya.

"Siapa juga yang mau ngerokok," elak nya.

"Terus dapet darimana rokok nya?"

"Nemu di jalan"

"Jangan coba-coba buat ngerokok lagi"

"Lu jadi bawel ya Vin"

Mereka sudah sampai di depan sekolah, sudah banyak siswa SMA Cakra Birawa juga yang keluar dari dalam kelas nya masing-masing. Malang nya, mereka ber pas-pasan dengan Andra yang sedang menunggu jemputannya di depan gerbang sekolah.

"KELVINNN" teriak Andra. Ia mulai melangkah menghampiri dirinya dan juga Asya. Sementara Kelvin kini hanya bisa mendengus pasrah.

"Kok kamu bisa sama Asya sih? kalian dari mana coba? bolos ya?!"

"Iya, kenapa?" jawab Kelvin santai.

"Kelvin kamu kok gak pernah sih ajak aku bolos? Kenapa harus sama cewek sialan ini?"

"Jaga omongan lu, Ndra"

"Gapapa Vin, yaudah gue pulang dulu ya"

"Kelvin, makasih ya makanan nya" ucapnya dengan tersenyum manis. Andra melotot menatap Asya, mengapa ia semakin hari semakin dekat dengan Kelvin?

Asya terus melangkah menuju motor vespa miliknya, ia segera meninggalkan kawasan itu untuk menemui teman-teman nya yang sudah menunggu nya di base camp. Bahkan Kelvin tetap menatap Asya hingga punggung wanita itu menghilang dari pandangan nya.

"Makanan? maksudnya?!" tanya Andra curiga.

"Jangan bilang kalian udah..."

"MAMA KELVIN JAHAT SAMA ANDRAA" Andra berteriak histeris dan segera masuk ke dalam mobil jemputannya yang sudah tiba sejak tadi sambil merengek kencang.

"Gila tuh cewek"

*******


Kelvin Gio Bramasta adalah putra tunggal dari pengusaha kaya raya yang bisnis nya sudah terdapat di beberapa kota. Ia termasuk siswa SMA Cakra Birawa XII IPA 1. Dia adalah murid pindahan dari Medan.

Kelvin hanya tinggal berdua dengan sang Oma, sedangkan kedua orang tua nya sibuk dan selalu berada di luar kota. Hanya Oma yang selalu memperhatikan nya sejak kecil hingga saat ini.

"Assalamualaikum, Oma" Kelvin memasuki rumah nya dengan senyuman yang tak pernah pudar. Dengan cepat ia segera mencium punggung tangan Oma nya, Bunga. Nama yang cantik bukan? Cantik seperti hati nya.

Cantik bukan melulu soal fisik, tetapi hati. Orang yang memiliki wajah cantik belum tentu hatinya baik, tetapi orang yang memiliki hati baik sudah tentu ia cantik.

Bunga merekahkan senyuman nya ketika melihat cucu kesayangan nya sudah pulang, "Waalaikumsalam, udah pulang aja kamu"

"Iya dong, kan kangen sama Oma Bunga yang cantik nya tiada tara" kekeh Kelvin.

"Ada-ada saja kamu, sudah sana cepat mandi"

"Setelah itu jangan lupa untuk sholat," kata Bunga.

"Iya deh, yang udah wangi mah beda" ledek Kelvin. Sebelum ia pergi menuju kamar nya, tak lupa ia mengecup pipi Bunga terlebih dahulu.

"Dasar gila"

Kelvin melempar tas nya kesembarang tempat, ia segera mengambil haduk untuk melakukan ritual mandinya. Tapi pergerakan nya terhenti ketika ia kembali mengingat moment-moment kebersamaannya dengan Asya.

"Udah gak waras nih gue"

Pria itu segera berjalan masuk menuju kamar mandi. Tanpa ia sadari ternyata ada perasaan yang berbeda dari sebelumnya.

Sedangkan Asya, gadis itu tengah merayu Asih untuk meminta ijin. Karena beberapa minggu kedepan ia akan tidur di base camp bersama teman-temannya. Ada sesuatu yang membuat Asya merasa ganjal. Tetapi ia akan tetap pulang walaupun itu hanya sebentar, agar Bunda nya tidak terlalu cemas nantinya.

"Bunda...boleh ya?" bujuk Asya.

"Nanti kamu kalau kelaparan gimana?"

"Ih Bunda, Asya kan bisa masak. Asya juga masih punya simpenan uang kok"

"Boleh ya Bunda?" Asya tetap kekeh, ia beralasan akan tinggal di rumah Anya.

"Ya sudah boleh, tapi janji ya kamu harus jaga diri baik-baik"

"Asya sayang banget sama Bunda...makasih ya Bunda" Asya segera memeluk Asih dan mengecup pipi nya.

Setelah mendapatkan ijin Asya langsung masuk ke dalam kamar nya, ada beberapa barang yang harus ia bawa ke base camp. Rita tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Asya dengan membawa segelas susu coklat hangat untuknya, "Non, disana jaga diri baik-baik ya"

"Iya gurita cantik, alias Ibu Rita hehe" kekeh Asya.

"Ih kamu ini suka banget ngeledek Ibu" Asya segera mengambil susu coklat itu dan meneguknya sampai habis.

"Yaudah Asya langsung berangkat ya, Bu" pamit Asya. Rita hanya tersenyum, perasaannya tiba-tiba saja menjadi tidak enak. Sebelum pergi Asya lebih dulu menuju kamar Adik nya.

"Alena" panggi Asya. Sang empu yang namanya disebut seketika menoleh dengan senyuman ceria nya.

"Iya Kak? Eh Kakak mau kemana?" Tanya Alena heran. Ia baru menyadari saat melihat Asya membawa sebuah tas yang cukup besar.

"Kakak mau pergi jauh...banget" canda Asya. Ia berjalan menelusuri kamar Adik nya, sampai mata nya tertuju kesebuah buku. Ia membalik buku itu dan terus memperhatikan nya. Tetapi ia segera menaruh buku itu kembali dan berjalan menghampiri Alena.

"Becanda, Kakak cuma ada urusan sebentar"

"Kamu jagain Bunda ya?"

"Siap boss. Kakak jangan lama-lama ya, nanti Alena kesepian" ucap Alena dengan wajah sedih.

"Iya little princess, yaudah Kakak pergi dulu ya"

Asih dan Alena mengantar Asya sampai ke depan pintu, "Jangan males mandi" ujar Asih dengan mengusap puncuk kepala Asya.

"Bunda nih, Asya gak mandi juga tetep wangi tau"

"Kalau gitu Asya pergi dulu ya Bunda" Sebelum gadis itu pergi ia sudah lebih dulu bersaliman dengan semua orang rumah. Asya segera mengendarai motor Vespa nya menuju base camp. Gadis itu akan jujur kepada Asih, jika memang waktu nya sudah tepat.

Asya hanya takut Bunda nya akan marah seperti David, ia takut perlakuan Asih akan berubah seperti David.

"Bunda, maafin Asya ya"

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang