2. Ayah...

40.1K 3.1K 87
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring. Bisa di bilang ini moment yang pasti di nanti-nanti bagi seluruh murid di sekolah. Bagi mereka bel pulang sekolah lebih membuat mereka bahagia daripada bel pelajaran yang akan dimulai.

Seperti saat ini, semua murid sangat antusias untuk berkemas dan mulai meninggalkan kelas satu persatu.

Tak kalah semangatnya dengan Anya. Sadari tadi hanya ia yang sangat bersemangat untuk berkemas perlengkapan nya, sampai-sampai seisi ruangan hanya di isi oleh suara wanita mungil tersebut.

"WOY PULANG!"

"Jangan lupa buku kalian,"

"Heh Azka! itu celana lu melorot!"

"Sama satu lagi, bulpen nya awas ketinggalan,"

"Takut di ambil Asep." lirih Anya.

"Heh, apa-apaan lu, kok jadi gue dibawa-bawa?" ucap Asep terkejut saat namanya disebut oleh Anya.

"Alah ngaku lu, lu kan yang suka ngambilin bulpen di laci?!" ujarnya dengan nada tinggi.

"Aduh bibir lu minta di alusin kalo ngomong. Kan emang iya gue yang ngambil hehe" Asep yang tengah ditatap oleh sebagian mata penghuni kelas pun bergidik ngeri.

"Ikhlasin aja udah ikhlasin. Sumpah dah, warung bulpen deket rumah gue mahal-mahal. Kan sayang duit gue nanti abis, entar gabisa ngajak jalan-jalan bebeb Sri gimana?" Penjuru kelas hanya bisa pasrah dengan teman kelas nya yang satu ini.

Asep memang sering mengajak kekasihnya untuk jalan-jalan. Asya pun sering melihat ia setiap malam. Ia selalu mengajak kekasih nya itu untuk makan malam di pinggir jalan.

Tapi Asya cukup bangga dengan tingkah Asep, ia mau berusaha agar bisa membuat wanitanya bahagia, walaupun sederhana. Tapi percaya deh hal yang kalian anggap remeh dan sederhana, kadang bisa sangat membuat orang lain bahagia.

Bahagia itu sangat sederhana, selalu menghargai sesuatu yang telah diraih walau sekecil apa pun. Bahagia juga bisa di sebut sederhana, ketika kita mensyukuri apa saja yang kita punya, bukan dengan apa yang orang lain punya.

Asya berharap ada seseorang yang mau memperjuangkannya, dan bisa membuat nya bahagia setiap hari. Akan ada saatnya.

"Asya, lu gak pulang?" Tanya Ivana heran. Tingkah Asya sadari tadi terus tersenyum dengan sendirinya, yang membuat sahabatnya merasa ngeri.

"Heh! kena sawan ya lu?!" ucapnya mampu membuat Asya tersadar dari lamunannya.

"Hah, apa, Na?"

"Wah, beneran kena sawan nih temen lu, iya kan, Key?" tanya Anya dengan memandang Key yang masih sibuk dengan buku rumus nya.

"Aduh... Keykeyi, udah deh ayo pulang. Asya pusing liat rumus-rumus punya lu. Tulisan apa sih itu. Hei, ayo pulang." Asya memilih meninggalkan mereka semua yang masih mematung di dalam kelas.

"Itu temen lu?" Tanya Key.

"Temen lu deh keknya, temen lu bukan si?" Tanya Ivana bergantain.

"Iya sih kayak nya, yaudah ayo ih pulang, keburu sore."

Dengan segera, mereka langsung menyusul Asya yang sudah lebih dulu menuju ke parkiran.

******


Asya yang sudah lebih dulu duduk diatas motor vespa kesayangan nya itu pun tetap sabar menunggu teman-temannya yang ia sadari telah ia tinggal terlebih dahulu.

Asya masih memikirkan sosok yang membuatnya tidak fokus selama jam pelajaran terakhir. Ia masih memikirkan siapa Kelvin itu, dia cukup membuat otak Asya berputar hanya karena seorang pria yang ia tatap dan ia temui saja belum pernah.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓Where stories live. Discover now