Satu kelas bersorak sambil menatap Rifki dan Putri. Layla hanya tersenyum sambil berjalan mendekat kearah kedua anak tersebut, ia menatap Rifki lembut.

"Rifki enggak pacaran, kan?"

"Enggak Bu, kata Mama masih kecil"

"Bener, Rifki belajar dulu yang bener. Nanti kalo udah gede, boleh deh pacaran"

"Iya Bu Gulu"

Layla kembali ke meja guru, ia duduk sambil membuka salah satu buku pembelajaran. Ia mulai mengajarkan anak-anak tersebut tentang caranya menulis, meskipun itu hal yang cukup sulit. Dengan sabar, ia mengulangi materi yang sama, hingga semuanya benar-benar bisa.

"Bu Gulu! Capek"

"Kalian capek?"

"Iya"

"Sekarang, angkat tangan kalian"

Semua anak-anak tersebut mengangkat kedua tangan mereka, mengikuti arahan dari Layla.

"Goyangkan"

Anak-anak tersebut tertawa karena aktivitas yang dilakukan mereka saat ini. Rasa lelah mereka perlahan menghilang karena hal tersebut.

"Berhenti ... turunkan tangan kalian"

"Mau apa lagi, Bu Gulu?"

"Belajar menulis lagi"

"Lho?"

"Udah gak capek, kan?"

"Udah enggak"

"Ya sudah, kita mulai belajar lagi"

"Aaaa Bu Gulu apaan sih?!"

"Hehe semangat anak-anak!"

Setelah melalui hari yang terasa begitu melelahkan. Layla berjalan kearah parkiran, sesekali tersenyum karena menerima begitu banyak lambaian tangan dari anak-anak muridnya. Ia melajukan motornya untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Layla melihat begitu banyak sandal di teras rumahnya. Siapa yang berkunjung siang ini? karena rasa penasaran yang begitu besar, ia akhirnya melangkah masuk ke dalam rumahnya.

"Orang-orang pada kemana? kok sepi? tapi, sandalnya rame kayak orang-orang demo"

Layla melangkah kearah kamarnya, tampak begitu banyak orang di sana. Mata Layla tertuju kepada Bima yang sedang memijat kepalanya frustrasi. Layla semakin dibuat kebingungan oleh hal yang ia jumpai.

"Kenapa? ada apa?"

"Anak-anak kita, La ...."

"Alan sama Alana kenapa, Bima?!"

"Lihat aja di box-nya"

Layla melangkah menuju box bayi, menatap kedua anaknya yang sedang tertidur pulas dengan balutan baju bayi yang terlihat begitu menggemaskan. Layla menghela napas lega sambil mengusap dadanya. Ia kembali menatap Bima yang masih melamun dengan pemikirannya sendiri.

"Bima kenapa, sih?" tanya Layla lirih.

"Cuma bingung, bisa-bisanya Om Reno gantiin baju mereka pake baju itu"

"Kan gemes"

"Tapi sekarang panas, Layla"

"Nanti Layla gantiin baju mereka, sekarang Layla buatin minum dulu, ya"

"Buat?"

"Bima gak lihat ada banyak banget orang?"

"Orang apa? kita cuma berempat disini"

Layla meneguk ludahnya susah payah, ia mengucek matanya, dan orang-orang dihadapannya masih saja terlihat. Apakah ia berhalusinasi? Layla terjatuh lemah di sebelah Bima dengan kepalanya yang mulai pusing.

"Eh? La ... kenapa?"

"Ini rame orang, lho. Bima gak lihat emangnya?"

"Enggak"

"Bima! Mentang-mentang ada si Layla, kita dilupain," ketus Leo dan Paman Layla bersamaan.

"Bima ... hantunya bisa ngomong?"

"Layla! Jangan percaya sama Bima! Udah dewasa, gak mungkin kamu polos. Kita orang, lho"

"Mereka manusia?" tanya Layla lagi.

"Iya, Layla. Maaf udah bohong"

"Gak masalah"

🌻🌻🌻

Bima sibuk menenangkan putri kecilnya yang terus menangis, ia sudah berjalan mondar-mandir sedari tadi. Sedangkan putranya masih terlelap dalam buaian Layla. Suasana rumah Layla menjadi ramai hari ini, dikarenakan beberapa orang yang berkunjung.

"La ... Alana nangis mulu, dia haus kayaknya"

"Sebentar, sayangnya Mama. Sini gantian sama kakak"

Bima memberikan Alana kepada Layla, dan mengambil Alan dengan hati-hati.

"Belok! Anak kamu mirip banget sama kamu, sama-sama rewel," timpal Reno.

"Om ... jangan gini deh. Layla udah gede, jangan panggil belok lagi"

"Tapi, mata kamu tetap sama besarnya"

"Gak apa Om. Mata besar juga cantik," balas Bima.

"Ciyeee yang dibelain, aku kapan dibelain?" tanya Nia.

"Sini aku bela"

Bima menatap Nia sekilas dengan senyum jahilnya. Sudah begitu lama ia tidak menjahili sahabatnya yang satu ini. Lengannya membelai lembut putranya.

"Apakah Nia jelek?"

"Benar!"

"Leo!"

"Jelek bagi orang, bagiku sangat cantik"







Nih nih yang nunggu extra part, angkat tangannya !

Turunin turunin, ketiak kalian bau 😭 canda

Kalian minta sekuelnya 🙂 aku pikirin lagi, ya
Karena aku butuh ide. Meskipun ide itu datang sendiri, tapi ia hanya singgah lalu pergi. Seperti dia ... Dahlah sad

Pantau terus akun Zezkya, siapa tau ada cerita baru hehe

Good bye !!

Diary Layla [ SELESAI ]Where stories live. Discover now